Tuesday, August 12, 2014

“Kamerad VS Dear” Bagian Bahasa Atau Ideologi?

Kata Dear akrab dalam penggunaan surat atau pun ucapan tertulis lainnya di Indonesia. Dear biasa di tuliskan sebelum nama tertuju. Kata tersebut dijadikan kata ganti ‘yang terhormat’, ‘kawan’, ‘teman’, atau juga ‘yang tersayang’.
Bagaimana dengan Kamerad?. Jauh berbeda dengan Dear. Menggunakan mesin pencari seperti google yang berbahasa Indonesia. Kamerad di artikan sebagai sapaan ala komunis atau ejekan seseorang yang anti komunis terhadap komunis.
Berbanding lurus dengan makna Kamerad dalam mesin pencari google yang berbahasa Indonesia. Banyak orang Indonesia yang begitu takut dan buru- buru memberi stigma komunis kepada orang yang berani menuliskan kata Kamerad baik dalam tulisan tangan maupun media sosial. Benarkah Kamerad merupakan bagian dari ideologi komunis?.
Dalam buku ‘An Unknown Message From Chinnese Mother’ Xinran, seorang penyiar Radio, wartawati dan penulis kebangsaan Cina yang lahir di Beijing pada tahun 1958 menceritakan salah satu kisah wanita Cina yang kehilangan putrinya melalui sebuah surat yang di kirim pada stasiun radio.
Xinran membacakan surat tersebut secara langsung dalam siaran. Ia menuliskan dalam bukunya bahwa begitu kagetnya ketika membacakan surat tersebut karena ternyata kata pembuka dibuka dengan ‘Dear’ sebelum menyebut nama Xinran sebagai tertuju. Padahal, sapaan pembuka yang jamak di pakai disana adalah Kamerad sebelum menulis nama tertuju. Setelah membacakan keseluruhan isi surat barulah terungkap bahwa si penulis memang sempat mengenyam pendidikan di negara barat.
Terbalik dengan keadaan di Indonesia. Perang pengaruh antara blok barat dan blok timur di menangkan oleh blok timur di Cina. Kebarat- baratan di anggap terlarang di Cina. Kata Dear termasuk bagian dari bahasa yang di anggap ideologi barat.

          Dear maupun Kamerad sesungguhnya adalah bagian dari bahasa yang tersangkut dalam proses penyebaran ideologi. Keduanya adalah bahasa. Bahasa merupakan proses terbentuknya kebudayaan yang sudah ada jauh sebelum ideologi- ideologi bermunculan. Masihkan menganggap salah satunya terlarang?.

Undangan Pesta Tasya

Waow.. kali pertama bikin cerpen anak nih! semoga berkenan!


“Mita. Kamu datang ya ke acara ulang tahunku ,” dengan suara berbisik, Tasya memberikan sebuah undangan berbentuk kelinci di bawah bangku.
“Ya. Terimakasih ,” Mita tersenyum dengan tangan kanan menerima undangan. Dalam
hati ia bertanya mengapa Tasya berbisik- bisik. Bukankah undangan ulang tahun adalah kabar gembira yang harus di umumkan dengan suara keras dan gembira?.
***
“Tasya kita belikan kado apa Mit? ,” Mama bertanya pada Mita yang sibuk menonton televisi.
“Terserah Mama saja ,” Mita menjawab sambil tangannya sibuk memencet remote televisi.
“Tasya itu teman kamu. Dia mengundang kamu karena senang bila kamu datang apalagi membawa kado istimewa ,” Mama mengelus kepala Mita.
“Baiklah Ma. Temani Mita ke toko buku sore ini. Mita akan membeli satu buku sebagai hadiah untuk Tasya ,”
“Siap ibu Ratu ,” Mama menjulurkan lidah sambil mencubit pipi Mita.
***
Pesta ulang tahun dilaksanakan di sebuah restoran mewah. Sepanjang pesta ulang tahun Mita cuma cemberut. Pulang dari pesta, ia langsung masuk ke kamar dan menutup pintu.
“Mita kenapa? Sepanjang pesta cuma cemberut tadi ,” Mama mengelus kepala Mita.
“Mita sebal Ma!. Tiga teman sekelas Mita yang berasal dari panti asuhan tidak ada di pesta itu. Mungkin mereka tidak diundang oleh Tasya ,” mata Mita berkaca- kaca.
“Bukan tidak di undang. Tapi mungkin mereka bertiga tidak boleh hadir oleh ibu
panti karena mereka tidak ada yang mengantar. Kalau Mita belum lega, coba tanya pada mereka bertiga kenapa tidak datang di pesta ulang tahun Tasya ,”
Mita mengangguk.
***
Jam istirahat. Mita menghampiri Vina. Vina adalah salah satu dari tiga anak panti asuhan yang sekelas dengannya.
“Vina. Kenapa Vina, Kiki dan Dini tidak datang ke pesta ulang tahun Tasya kemarin? ,” tanya Mita.
“Pesta ulang tahun apa?. Kami tidak dapat undangan ,” jawab Vina.
“Kemarin Tasya berulang tahun di rumah makan mewah. Semua teman sekelas datang kecuali kalian bertiga ,”
“Kami benar- benar tidak dapat undangan. Coba tanya Kiki dan Dini kalau kamu tidak percaya ,” mata Vina berkaca- kaca.
Mita menghapiri Kiki dan Dini dan bertanya mengapa mereka tidak datang ke pesta ulang tahun Tasya. Kiki dan Dini pun mengatakan bahwa mereka juga tidak mendapat undangan. Kiki dan Dini kelihatan sangat sedih.
Itulah sebabnya kenapa Tasya memberikan kartu undangan ulang tahunnya di bawah meja sambil berbisik- bisik. Tasya rupanya tidak ingin tiga teman sekelas mereka yang berasal dari panti asuhan tahu bahwa ia akan mengadakan pesta, pikir Mita.
***
Pulang sekolah Mita langsung memeluk Mama. Mita menangis keras sekali.
“Mita kenapa? ,” mama bertanya.
“Vina, Kiki dan Dini memang tidak di undang oleh Tasya. Mereka kelihatan sedih sekali ,” jawab Mita.
Dahi Mama mengernyit.
“Tidak boleh begitu. Seharusnya semua teman sekelas di undang tidak perduli mereka kaya atau pun berasal dari panti asuhan ,”
“Kasihan sekali Vina, Kiki dan Dini kelihatan sangat sedih ,” tangisan Mita mulai reda.
“Mita berulang tahun bulan depan. Bagaimana kalau kamu mengundang semua teman sekelas dan juga ketiga teman sekelasmu yang berasal dari panti asuhan itu? ,” Mama memberi usul sambil mengelus kepala Mita.
“Iya Ma. Mita akan undang semua teman sekelas termasuk tiga teman sekelas yang berasal dari panti asuhan. Mita akan menabung mulai sekarang untuk membeli kue- kue pesta ulang tahun nanti ,” kata Mita bertekat.


TAMAT