Saturday, June 27, 2015

Setelah Lulus -1- Versi Melankolis (Semi Koleris)


Tema              : Sanguin VS Melankolis (Semi Koleris)
Sub Tema       : Setelah Lulus Versi Melankolis

Bagian I
Satu waktu yang manis, di jam makan siang. Sanguin dan Melankolis makan mie ayam bersama di pujasera UB, jalan Cibogo, Kota Malang. Kedai mie ayam selalu ramai di jam makan siang. Pengunjung mesti menunggu sekitar lima belas menit, untuk mendapatkan pesanannya.
Lima menit pertama, Sanguin dan Melankolis hanya saling diam. Sanguin memutar sedotan yang ada dalam botol minumannya berulang-ulang. Sedangkan Melankolis, duduk tegap sambil sesekali menyedot isi dari botol minuman yang ada di hadapannya.
Sanguin melirik Melankolis sebanyak tiga kali. Dua kali dia berdehem dan menyenggol kaki Melankolis dari bawah meja. Melankolis tidak juga balas melirik.
Pikiran Sanguin penuh dengan bahan-bahan obrolan yang siap dia keluarkan kapan saja untuk memulai sebuah obrolan. Mendadak, dia berpikir soal kata ‘lulus’. Itu satu hal serius yang pasti bakal di tanggapi oleh Melankolis. Ya…setidaknya, suasana tidak bakal sebeku ini, andai saya Melankolis mau menanggapi obrolan yang bakal dia awali.
“Mel, apa yang bakal kamu lakukan setelah lulus?” Sanguin memulai percakapan.
Melankolis tetap dalam posisi duduknya yang tegap. Dia terbatuk pelan. Diakuinya bahwa awalan percakapan yang di tawarkan oleh Sanguin, memang menarik.
Sial, apa mau oang ini? Dia memertanyakan soal rencanaku setelah lulus. Dia pasti ingin bocoran jawaban dariku. Dia pikir, dengan bocoran jawaban itu, aku akan kalah terbaik darinya? Melankolis membatin.
Tidak juga mendapat jawaban, Sanguin terus memutar bahan obrolan di otaknya. Mendadak, dia ingat dengan Naruto The Last yang banyak mendapat kritikan. Seingatnya, Melankolis menyukai berbagai jenis film, termasuk anime. Dia pasti bakal menyahut, jika bahasan obrolan menyoal Naruto, anime dengan karakter utama ninja dari desa Konoha.
“Menurutku, Naruto The Last sangat buruk. Aku membenci jalan ceritanya, terlalu… ya… romance. Kamu tahu kan? Aku tidak begitu menyukai romance.”
Sial! Dia sekarang mulai mengalihkan arah pembicaraan. Dia pikir, aku tidak sanggup menjawab pertanyaannya itu?! Dia terlalu meremehkan kemampuanku! Melankolis melirik Sanguin dengan tajam tanpa bergerak.
Astaga! Terbuat dari apa sih? Orang ini! Menjawab obrolan sekadarnya saja, apa dia tidak bisa? Dasar batu! Gigi Sanguin mulai mengerat.
Bayangan mas Faruq, tiba-tiba berkelebat di kepala Sanguin. Ya, pria single satu itu benci sekali dengan Rafi Ahmad. Sanguin pernah membaca status fesbuk mas Faruq yang materinya sangat panjang, menyoal Rafi Ahmad. Hey! Tunggu! Sanguin memang mengenal mas Faruq. Bagaiman dengan Melankolis? Dia jelas tidak mengenal mas Faruq, Sanguin pun tahu. Tapi, yang dia pikirkan adalah bagaimana cara agar Melankolis mau menanggapi obrolannya, bukan soal dia mengenal mas Faruq atau tidak.
“Mas Faruq benci Rafi Ahmad. Ya… memang penampilannya yang terlalu banyak di televisi, cukup memuakkan.”
Mas Faruq? Siapa mas Faruq? Dia membenci Rafi Ahmad? Oke,setelah dia menganggap bahwa aku tidak bisa menjawab pertanyaannya itu, dia sekarang mulai lagi untuk mengalihkan topik pembicaraan. Agaknya, dia mencoba melarutkan aku dengan caranya. Dia benar-benar orang yang berbahaya! Dia cerdas dan kuat. Aku mesti mewaspadainya.
Tapi, ya… penampilan Rafi Ahmad memang memuakkan.Hampir sepanjang hari dia berada di televisi. Aku sepakat dengan mas Faruq. Waktu sudah berjalan selama sepuluh menit ketika Melankolis terus membatin.
Melankolis memajukan duduknya sambil berucap,”Aku sepakat dengan mas Faruq. Rafi memang memuakkan. Dia ada di Dahsya*,Late Night Sho* dan…”
Yes! Dia akhirnya menanggapi obrolanku! Sanguin menyedot minumannya dalam-dalam.
“Dan… jangan lupa dengan Pesbuke*. Dia juga tampil disana menjelang magrib.”
“Dia juga tampil di acara Janji Suci Raf*&Gig*. Joke bikinannya pun sangat tidak cerdas.” waktu sudah berjalan tujuh belas menit. Sudah dua menit Sanguin dan Melankolis mengabaikan mangkuk mie ayam yang ada di hadapannya.
Jadilah obrolan siang itu, menyoal Rafi Ahmad.
Sanguin terlalu asal bicara, pelarut yang ampuh dan suka membicarakan orang yang tidak di kenal lawan bicaranya. Sedangkan melankolis, terlalu cerdas, serius dan kompetitif. Mereka memang sangat serasi.




No comments: