Sunday, June 10, 2018

Ambulance dan Orang-orang yang Menyeberang Jalan




Kemudian kita ngobrol-ngobrol panjang sekali. Termasuk soal ketidakpercayaan dirimu ketika melihat lelaki-lelaki lain di sekitar. Si anu yang sudah pergi ke luar negeri, si ini yang kuliah di universitas yang katanya ternama dan banyak lain-lain.

Motor yang kita naiki mendadak kamu lambatkan, bahkan nyaris berhenti.

“Eh? Ada apa?” tanya saya.

Kamu justru diam beberapa saat dan nyaris membungkukkan badan. Saya kemudian lihat ada ambulance dengan sirine menyala yang tanpa suara, melaju terburu-buru dan berlawan arah.

“Saya itu begitu kalau ada ambulance atau mobil pemadam kebakaran atau sejenisnya lewat. Saya berdoa…” jawabmu setelah ambulance yang kamu maksud berlalu melewati kita.

“Oh, mendoakan korban?” balas saya tidak menduga.

“Ya… semacam itu. Biasanya saya bikin tanda salib juga kalau nggak lagi bonceng manusia…” sambungnya.

Motor kembali melaju dan mendadak kamu melambatkannya kembali, nyaris berhenti.

“Ada apalagi?” tanya saya.

“Itu…” jawabmu dengan tangan yang menunjuk pada satu keluarga yang tengah menyeberang terburu-buru. Meski ya… sebenarnya kamu pun bisa terus melaju seperti motor-motor lain, ada banyak kesempatan.

Saya diam beberapa saat dengan ingatan soal ketidakpercayaan dirimu, yang kamu nyatakan terang-terangan. Apa mereka yang pernah pergi ke luar negeri atau kuliah di universitas yang katanya ternama itu, bakal melakukan hal serupa dengan kamu? Berdoa untuk siapapun yang ada ambulance, berdoa untuk korban kebakaran dan melambatkan motor untuk memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Ah, andai saja kamu bisa lihat apa yang saya lihat…

No comments: