Satu
malam, saya dan seorang kawan yang sekarang sedang bekerja di pulau lain,
membagi ketakutan kami masing-masing.
Dia
begitu takutnya dengan perbedaan. Sedang saya begitu takutnya akan masalalu.
Dua takut yang beda sebab.
Namun
ada satu yang sama kami takutkan, luka. Luka yang jadi bayangan jauh-jauh hari
bakal hinggap pada kami. Ah… masih bakal hinggap kok. Belum tentu juga akan
benar-benar hinggap, bukan?
Tapi?
Bagaimana jika benar-benar luka itu hinggap pada kami?
Maka
saya berkata pada teman saya itu,”Kalau kita hadapi saja bagaimana?”
“Ah,
yang benar nih?” Balas teman saya ragu.
“Benar.
Kalau nanti kamu senang, saya pasti ikut senang. Kalau nanti kamu luka, saya
tidak bakal menyalahkanmu soal luka itu. Sebaliknya, nanti lakukan hal yang
sama pada saya juga. Bagaimana?”
“Oke!
Deal ya?”
“Yup!”
*Rangkaian dialog dengan
perubahan dramatis seperlunya
Untuk sahabat saya, Bryan
Rizkyanzki Hongkiriwang. Mari menghadapi.