|
Sumber: Tiktok Kevin Ngunyen |
10 Januari 2022 lalu, Kevin Ngunyen mengunggah kasus
pelecehan oleh seorang ustad berinisial M di Tiktok dan
Twitter.
Kevin menekankan yang demikian tentu saja oknum. Kevin juga menyebut Husain
Basyaban sebagai salah satu uztad yang benar-benar membela isu perempuan.
“...korban-korbannya udah banyak, bukti-buktinya
terlampir jelas dan nanti bakal gue sertakan di green screen. Dan disclamier ya
temen-teman, ini hanya oknum-oknum aja, nggak semua kayak gini. Masih banyak
kok pendakwah-pendakwah di luar sana yang bener-bener membela isu perempuan, Husein
contohnya.” -Kevin Ngunyen, Tiktok 2022-
Penggunaan istilah oknum dalam kasus ustad M, seperti
merujuk dirinya yang merupakan bagian dari umat islam. Hingga ketika ustad M
kedoknya terbongkar, ia masih dianggap sebagian kecil dari umat islam yang
sedang berbuat bejat.
Uztad M sendiri ternyata aktif di Instagram. Jadi Husain
buat saya lebih familiar dan benar, video-video pendeknya cukup bisa dicerna
orang awam sekalipun. Salah satu perspektif Husain soal pelecehan seksual bisa
disimak dalam video berikut.
|
Sumber: Tiktok Husain Basyaban |
“Aib ini terikat pada pelaku, bukan korban.” Husain,
Tiktok 2021.
Tapi bagaimana dengan pernyataan Kevin soal ustad M
yang oknum? Mari kembali membaca tulisan di blog ini yang berjudul Terimalah, Grooming Senjatanya Nggak Melulu Persona Baik untuk memahami citra bentukan pelaku kejahatan. Sebelum itu, mari kita memahami pengertian
oknum lewat esai berjudul Oknumisasi Aparat dan Politik Bahasa.
“Kata “oknum” tidak memiliki terjemahan yang
pas dalam Bahasa Inggris. Padanan yang paling mendekati adalah “individual.”
Tapi, dalam kata tersebut tak ada citra negatif seperti yang dicitrakan
“oknum.” -Triyo Handoko, Remotivi 2021-
Sedikit rangkuman, ustad M sendiri kerap mendesak para
perempuan pengikutnya di Instagram untuk video call. Hal ini berlawanan dengan
dakwah M menyoal interaksi lawan jenis. Ustad M pun sudah memiliki istri.
|
Sumber: Tiktok Kevin Ngunyen |
Dan ya, ustad semacam M sebetulnya sama dengan predator
lain. Ia sengaja mengambil satu identitas tertentu sebagai citra. Islam tentu
bukan tidak sengaja dia pilih.
Predator bisa dengan sengaja mengambil identitas
apapun untuk membentuk sistem pendukung dan menjerat mangsa. Ustad M dengan
identitas islamnya, sedang para predator lain dengan identitas nasionalis atau
lainnya.
Bagaimana bisa seorang predator yang sengaja
menggunakan identitas islam sebagai sekadar citra, bisa dianggap bagian dari
umat yang sedang berbuat jahat?
Penyebutan oknum juga tidak tepat dipergunakan dalam
kasus yang terjadi di lembaga. Apalagi ketika kasusnya menahun dengan jumlah
korban tidak dua atau tiga.
"Demikianlah realitas dibentuk oleh bahasa. Dalam bahasa
Inggris, kesalahan institusi tidak bisa dilimpahkan begitu saja ke individu
seperti penggunaan kata “oknum” dalam Bahasa Indonesia." -Triyo Handoko,
Remotivi 2021-
Padahal dalam lembaga demikian, biasanya terjadi kekerasan
struktural. Sebuah kasus bisa tertutupi menahun, tidak mungkin kerja dari satu
orang. Pasti banyak pihak terlibat menutupi kasus hingga membungkam korban. Pihak-pihak
inilah yang lantas membentuk sistem. Dan ya, sistem yang menguntungkan pelaku, tentu saja.
Jadi untuk Husain dan siapapun teman-teman, lelaki dan
perempuan yang menggunakan jalur dakwah kreatif, semoga kalian tetap baik-baik
di jalan. Sedang untuk kita semua, yakin masih sudi memakai istilah oknum?
Eh, omong-omong kontennya Adela Surya Pertiwi bagus. Kali
lain saya bahas yes. Konten Tiktok Adel tuh semacam,”Ya sudah, kami yang
bercadar pun kesehariannya sama dan asyik aja kok.”