Coreted by: Jatayu @rrobvnii |
Mimpi itu punya traffic macam sosial media. Tapi jika
saja saya sembarang cerita sering memimpikan orang ini sepanjang 2019,
orang-orang barangkali akan mudah menyimpulkan,”Kamu ngarep sama dia ya?”
Padahal lebih dari siapapun, saya yang paling tahu mimpi
yang isinya orang ini adalah bentuk trauma. Saya kerap bangun jam dua atau tiga
pagi dalam kondisi menangis, merasa sesak dan marah. Di dunia nyata, saya gagal
melawan dia yang sayangnya, dalam mimpi pun masih gagal juga.
Dia selalu datang dalam mimpi, menarik saya kemanapun dia
mau dan rasanya sakit sekali. Lama-lama, Noval, seorang sahabat semasa SMK turut
masuk dalam mimpi dan dia menarik saya pergi dari orang ini. Setelahnya, saya
masih suka bangun jam dua atau tiga pagi dalam kondisi menangis, sesak dan
marah. Bedanya, Noval memotong durasi mimpi yang biasanya. Jadi tiap orang ini
mulai menarik saya, Noval datang dan membuat mimpi lebih cepat berakhir.
Kenangan baik dengan Noval ternyata trafficnya banyak, terekam
dalam otak dan bisa juga terbawa mimpi. Jadi ini semacam traffic melawan
traffic, kenangan baik melawan kenangan buruk, eksekusinya dalam mimpi.
Awal 2020 orang ini muncul lagi, namun tidak ada upaya
menarik paksa atau membuat sesak darinya. Saya justru mendatangi dan
memeluknya. Saya bilang padanya,”Aku memaafkanmu... Aku memaafkanmu...” meski
lagi-lagi bangun jam dua atau tiga pagi dengan kondisi menangis, kali ini beda.
Tangisan saya terasa lega. Tidak ada sesak atau marah di dalamnya...
Langsung saja saya mengirim WA pada Noval,”Aku mimpi dia
lagi. Tapi nggak ada kamu nolong aku. Aku meluk dia dan nangis, kubilang aku
memaafkannya.”
Noval pun membalas,”Harusnya memang gitu. Kamu menolong
dirimu sendiri.”
***
Selamat ulang tahun lagi, Pop. Selamat juga sudah menemukan bahagia yang bahagia. Ciye, masih hidup.