Sumber: dokumentasi pribadi. Ngepas lagi makan bareng Dai Firda. |
Gadis itu menunjuk mereka satu per satu.
"Yang itu bestie." Tunjuknya pada meja pertama.
Meja pertama berisi lima orang. Tiga perempuan dan dua laki-laki. Mereka memakai baju dominan hitam putih, seperti mahasiswa kelar ujian. Kelimanya memesan minuman beda warna sambil tertawa-tawa seolah baru saja meletakkan beban besar.
"Yang itu bromance." Tunjuknya pada meja kedua.
Meja kedua berisi dua laki-laki berjaket parasut. Lelaki pertama berambut sebahu, sedang satunya punya kepala plontos. Mereka saling menepuk pundak beberapa kali, terbahak-bahak sambil menggeser layar tablet di hadapan. Dari jauh terlihat foto-foto perempuan. Mereka berdua sibuk menggeser layar ke kiri atau ke kanan. Agaknya, mereka sedang bermain aplikasi kencan.
"Yang itu love birds." Tunjuknya pada meja ketiga.
Meja ketiga berisi satu lelaki dan perempuan. Mereka duduk berdempetan, rutin saling pandang. Malu-malu, ada rona di pipi seperti tidak rela saling berjauhan. Dua piring kentang goreng mereka abaikan di meja. Dua gelas teh tarik punya nasib serupa.
"Hubungan yang saling itu kayaknya asyik ya?" Tanyanya sambil melihat meja ketiga, pasangan yang disebutnya love birds.
Kamu menggeleng. Katamu, kamu tidak tahu rasanya hubungan yang saling. Bahkan bagaimana pun gadis itu membalut lukamu saat menabrak pick up yang berhenti mendadak, membawakan makanan favoritmu dan memberimu semangat berkarir meski teman kerjamu menyebalkan setengah mati, kamu tetap tidak mampu mau...
...mencintainya.
Masukan:
Rutin saya mengunggah tulisan yang belum rilis di blog lewat story Instagram (meski sekarang hanya punya Instagram khusus DM) dan status WA. Tujuannya biasanya untuk terima saran teman sekitar lebih dahulu.
Untuk fiksi mini ini, saran dari Dyhliz (Billy Kobra) sebetulnya bagus diakhiri pada paragraf ke tujuh. Jadi semacam cerita perbandingan kondisi begitu. Kalau menurutmu?