Tuesday, August 27, 2013

Sebaris "Kawaii" Bikin Semangat Hati

Lihat berantakannya isi almariku yang di isi buku- buku selama dua semester ini, tiba- tiba aku malah ingat soal penghuni almari ini tepat setahun yang lalu. Setahun lalu? Iya setahun lalu.. itu jaman aku masih pakai baju putih abu- abu. Sekalipun semua isi almari ini setahun lalu sudah melayang ke atas timbangan besi punya tukang loak, masih banyak kenangan yang aku simpan dari semua isi almari itu.
Salah satu kenangan yang aku ingat, soal buku tulis bersampul hijau yang di sisi luarnya bertuliskan “Bahasa Jepang”. Memang sih, mata pelajaran satu ini sering bikin aku pusing karena terasa asing. Nah, tapi di dalam buku tulis bersampul hijau itu ada tiga halaman penuh yang bikin bertambah pandanganku soal sosok guru yang dalam istilah bahasa jawa mesti di gugu lan di tiru.
Ceritanya nih, tepat setahun lalu, guru “Bahasa Jepang” memberi tugas di kelas. Tugas itu di ambil dari buku cetak yang kebetulan sebagian besar penghuni kelas belum pegang hak milik termasuk aku hehehee. Iseng- iseng, karena waktu pengerjaannya juga panjang, aku kerjakan semua soal di tambah aku gambar semua ilustrasi yang ada di buku itu. Gambarku sih sederhana asal jelas waktu di pandang pikirku waktu itu, kebetulan soal yang di bahas mengenai nama- nama penyakit jadi gambar yang di tampilkan agak- agak abnormal gitu lah di dalam buku cetak itu. Tanpa pikiran macam- macam, setelah selesai penugasan itu, aku mengumpulkan tugas itu sama seperti penghuni kelas yang lain.
Seminggu kemudian, buku “Bahasa Jepang” yang aku kumpulkan bersama penghuni kelasku yang lain akhirnya di bagikan juga. Sebagai anak sekolahan yang baik dan normal, aku juga sama seperti penghuni kelas yang lain, begitu buku di bagikan, aku langsung buka halaman tugas seminggu lalu karena penasaran berapa nilai yang aku dapat. Memang sih, dapat nilai A minus tapi.. ada satu hal yang kelihatannya kecil bikin aku tersenyum lebar. Dengan tinta hijau, guru “Bahasa jepangku” itu memberi tanda panah kecil ke arah salah satu gambar di buku tulisku yang posisinya paling bawah, kemudian disana ada dua tanda petik yang isi tulisannya aku sedikit lupa, bahasa jepang semua sih hehehe tapi yang jelas ada kata “Kawaii” yang artinya lucu dalam bahasa indonesia. Mendadak hari itu aku berbunga-bunga mirip anak taman kanak kanak yang di beri bintang empat waktu pelajaran menggambar. Dari situ, pikiranku meluber kemana- mana soal sosok guru satu ini yang mengapresiasi hal yang kelihatan remeh dan kecil yang di lakukan anak didiknya sekalipun seluruh anak didik yang di hadapi merupakan para pemakai seragam abu- abu putih. Dari perlakuan seperti ini, nyatanya aku jadi makin semangat mengikuti pelajaran “Bahasa Jepang”, aku semakin semangat merapikan tulisanku, aku juga makin semangat belajar menghapal materi yang memang mesti di hapal padahal sebelumnya itu cukup berat buat aku yang merasa mata pelajaran ini asing.
Dari pengalaman yang kurasa menarik ini juga, aku jadi ingat masa- masa SD. Di masa SD, sebagian guru bukan cuma bikin apresiasi soal kognitif alias pengetahuan siswanya tapi juga apresiasi terhadap pola sikap sekalipun bukan selalu di persatukan dengan angka- angka nilai kognitif. Pola sikap salah satunya meliputi kerapihan, bisa soal kerapihan sampul buku, bisa juga soal kerapihan tulisan. Aku dulunya merasa, jenis apresiasi seperti ini cuma mempan memotivasi buat anak Taman Kanak- kanak atau SD. Eh.. tapi ternyata mempan juga buat anak kelas 3 SMK supaya lebih dan lebih semangat lagi mengikuti mata pelajaran yang di maksut. Hohohoo.. ternyata satu hal kecil yang kelihatannya sepele seperti bentuk apresiasi guru “Bahasa Jepangku” ini bisa memotivasi juga ya hehehe.

SELESAI

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah merekam jejakmu!