Dimuat di Jawa Pos Radar Malang, 01 Maret 2015
Tidak dapat dipungkiri, keberadaan
penerbit indie saat ini makin menjamur. Sosial media menjadi salah satu media
bagi penerbit indie dalam berinteraksi dengan konsumen.
Editing, pembuatan cover dan pembuatan barcode
hingga buku siap terbit dan jual, diramu
dalam paket penerbitan yang harganya terjangkau. Paket penerbitan inilah yang
menjadi daya jual penerbit indie. Selain paket penerbitan, penerbit indie tidak
pernah menolak naskah apapun. Penerimaan penerbit indie terhadap naskah apapun,
juga menjadi daya jual.
Tidak semua orang mau merelakan
sejumlah uang untuk paket penerbitan yang ditawarkan penerbit indie. Selain
pertimbangan dana, sistem penjualan online
yang diterapkan penerbit indie juga jadi pertimbangan berat bagi seseorang sebelum
menyerahkan naskah miliknya pada penerbit indie. Untuk buku- buku yang dijual
di toko saja, banyak masyarakat masih menganggap harga yang ditawarkan belum
mewakili daya beli. Kesadaran masyarakat untuk memiliki sebuah buku akhirnya
menjadi tidak cukup tinggi. Banyak orang yang berpikir, buku yang ada di toko saja
tidak mudah untuk terjual, apalagi buku yang di jual secara online?
Foto oleh: Angelita Setianing Widiastuti |
Banyak orang kepincut dengan iming- iming antologi dan e-sertifikat
dari penerbit
Pada kenyataannya, penerbit indie akan
memilih beberapa pemenang utama. Hadiah yang diberikan biasanya adalah
e-sertifikat dan voucher penerbitan. Voucher penerbitan tentu saja hanya bisa
di pergunakan pada penerbit yang mengadakan kompetisi. Voucher adalah salah
satu taktik untuk memikat seseorang menerbitkan karya pada penerbit indie. Potongan
harga atau voucher memang hal menarik bagi banyak orang.
Selain voucher, karya mereka akan di
masukkan ke dalam antologi. Antologi tersebut harus mereka beli dengan sejumlah
uang yang harganya hanya selisih beberpa ribu dari harga yang di tawarkan
kepada umum.
Kontributor antologi diserap sebanyak-
banyaknya dari jumlah peserta yang ada. Sekalipun tulisan tersebut sebenarnya
kurang memiliki kualitas, tulisan tersebut tetap dimuat dalam antologi. Dengan
memuat tulisan peserta lomba dalam antologi dengan jumlah sebanyak- banyaknya
hingga antologi itu sendiri harus dibagi dalam beberapa buku, maka pembeli
antologi yang berasal dari para kontributor itu sendiri jumlahnya akan
meningkat. Para kontributor ini pun harus membeli antologi
yang memuat karya
mereka dengan selisih harga hanya beberapa ribu dari harga yang ditawarkan
penerbit pada konsumen non kontributor.
Foto oleh: Angelita Setianing Widiastuti |
Kebanggan para kontributor yang merasa
tulisannya terpilih juga membantu penerbit indie dalam menjual buku
terbitannya. Kerabat dan teman- teman kontributor yang terpilih bisa di
pastikan akan ikut membeli antologi tersebut. Konsep ‘antologi’ dan konsep ‘penulis
terpilih’ juga membuat kebanggan tersendiri bagi kerabat atau teman- teman
kontributor. Hal inilah yang juga membantu penerbit indie dalam menjual buku-
buku terbitannya.
Terlepas dari sifat penerbit indie yang
cenderung menyerap kontributor sebanyak mungkin tanpa memerdulikan kualitas
sebuah tulisan dalam suatu kompetisi menulis. Antologi bisa jadi batu loncatan
bagi orang- orang yang memiliki kemauan untuk menulis. Tulisan- tulisan yang
memang berkualitas pasti banyak di dalam antologi tersebut. Tulisan yang
demikian bisa di jadikan tolak ukur bagi penulis lain sebagai acuan selanjutnya
dalam berkarya. Dalam sebuah antologi juga dimuat biodata penulis. Dari sana,
orang- orang yang memiliki kemauan menulis bisa saling mengenal satu sama lain
dan membangun jejaring. Mereka bisa meengembangkan kemampuan menulis, saling
bertukar dan mengoreksi karya masing- masing. Hal inilah yang akan membantu
orang- orang yang memiliki kemauan untuk menulis dalam mengembangkan diri
mereka masing- masing.
SELESAI
Intinya, aku nggak percaya penerbit indie yang ngadain lomba2 antologi. Pasti kontributornya cuma dibayar dengan "rasa bangga" doang
ReplyDeleteKomentar-komentar di sini, di FB kok pada tersulut gini yak >_< hiiiiii... jangan tuduh aku tukang bakar-bakaaar... Thanks udah ngomeng di sini, Mbak Put :*
ReplyDelete