Sumber: Gugel |
Kamu
pasti akrab dengan Maleficent. Yup… dia penyihir bertanduk yang identik dengan
gaun hitamnya. Kalau dengan Aurora gimana? Pasti kamu juga akrab dengan putri cantik
berwajah lembut berjuluk Sleeping Beauty
ini.
Jika
kamu membaca Sleeping Beauty dalam buku-buku cerita terdahulu, kamu bakal
menemukan penokohan yang cenderung hitam dan putih. Maleficent sendiri
digambarkan tiba-tiba datang, kemudian mengutuk putri Aurora yang tidak tahu
apa-apa dengan penuh kebencian.
Hal
ini tentu jauh beda dengan Maleficent dalam judul film yang sama dengan
namanya, Maleficent. Dalam film yang diproduksi Walt Disney Pictures
dan rilis kali pertama Mei, 2014 tersebut, Maleficent digambarkan sebagai gadis
kecil yang polos dan menjaga sebuah tempat bernama Moors.
Moors merupakan tempat ajaib penuh pepohonan
dan para mahluk ajaib yang tinggal. Maleficent menjadi penjaga Moors di usia
mudanya karena ayah dan ibunya lebih dulu meninggal. Di masa tersebut,
Maleficent digambarkan hidup dengan sayap raksasanya. Kebaikan hatinya terlihat
dari bagaimana dia menyembuhkan ranting-ranting pohon yang patah di Moors,
dengan menggunakan sihirnya.
Maleficent kemudian menemukan seorang pencuri
bernama Stevan yang tertangkap oleh para penduduk Moors. Stevan saat itu
mencuri sebuah permata dari Moors dan Maleficent memaksa agar manusia pertama
yang dilihatnya itu, mau mengembalikan permata itu pada Moors.
Dengan terpaksa, Stevan akhirnya
mengembalikan permata itu. Maleficent pun membebaskan Stevan dari Moors.
Saat hendak bersalaman sebagai tanda
perpisahan sekaligus janji sebuah pertemanan, Maleficent menjerit karena
jarinya terbakar, terkena cincin besi yang ada di jari Stevan. Stevan kemudian
membuang cincin itu agar bisa bersalaman dengan Maleficent. Maleficent sangat
terkesan dengan apa yang dilakukan Stevan demi bisa bersalaman dengannya. Dia
tidak pernah sadar bila akan ada sesuatu yang lebih besar darinya yang bakal
diambil, lebih dari satu pengorbanan Stevan.
Pertemanan mereka berlangsung hingga mereka
beranjak remaja. Di usianya yang ke enam belas, Stevan menyatakan perasaannya
pada Maleficent yang diperankan Angelina Jolie. Saat itu, Stevan memberikan
ciuman pada Maleficent dan menyebut ciuman mereka sebagai ciuman cinta sejati.
Keadaan Stevan yang miskin dan sengsara di
masa kecil, nyatanya bukan jaminan dia jadi pribadi yang lebih memiliki empati
di hari depan. Stevan dari waktu ke waktu mengejar karirnya di istana. Dia
makin berjarak dengan Maleficent.
Hingga pada kedatangannya kembali, Stevan
ternyata hanya mengambil sayap Maleficent sebagai bukti ia telah membunuhnya
pada raja. Sayap adalah separuh dari kekuatan Maleficent.
Stevan tidak digambarkan melulu buruk dalam
film ini. Dirinya hanya memotong sayap Maleficent, bukan membunuhnya,
sesungguhnya adalah karena perasaan tidak tega di samping dirinya mengejar
tahta yang dijanjikan sang raja jika berhasil membunuh Maleficent, musuh yang
dianggap berbahaya oleh raja.
Bertahun kemudian, Maleficent datang untuk
mengutuk Aurora, putri Stevan yang baru saja lahir setelah dirinya menjadi raja
dan menikahi putri dari raja terdahulu. Bagian kutukan di sini, pasti kamu
sudah familiar. Yup… Aurora dikutuk bakal tidur seperti mati untuk selamanya
setelah usianya enam belas tahun, setelah telunjuknya tertusuk jarum.
Namun, berbeda dengan versi asalnya di mana
Aurora akhirnya diungsikan menuju hutan bersama tiga peri yang menyamar sebagai
wanita petani. Dalam Maleficent,
Aurora justru selalu diawasi dan diasuh dari kejauhan oleh Maleficent.
Maleficent tidak tega melihat Auora yang diasuh ketiga peri ceroboh yang selalu
sibuk berkelahi satu sama lain.
Stevan sendiri dari waktu ke waktu dihantui
bayangan jeritan Maleficent saat kehilangan sayapnya. Dia juga ketakutan atas
kutukan yang membayangi putrinya. Si lelaki oportunis yang berhasil menjadi
raja karena memanfaatkan kesempatan itu, pada nyatanya memiliki rasa takut
seputar orang-orang terdekatnya.
Maleficent juga tidak kehilangan hati lembutnya
bahkan setelah mengutuk Aurora, yang ditunjukkan saat dirinya menyembuhkan
pohon-pohon yang tergores dengan sihirnya. Diaval, seekor gagak yang akhirnya
mengabdi padanya, juga pernah diselamatkan jiwanya.
Di akhir cerita, Aurora bukannya bangun
karena ciuman dari cinta sejatinya yang seorang pangeran. Namun, dia justru
bangun ketika Maleficent menyesali segala dendamnya kemudian mencium kening
Aurora.
Maleficent sendiri sesungguhnya tidak pernah
percaya soal cinta sejati sejak Stevan mengkhianati rasa percayanya. Untuk itu,
dia mengutuk Aurora yang hanya bisa bangun oleh ciuman dari cinta sejatinya
yang menurutnya tidak pernah ada.
Kamu bakal melihat pangeran Philip yang kamu
pikir bakal membangunkan Aurora. Philip mengomentari kecantikan Aurora sebelum
mau menciumnya. Well, ternyata Philip memang bukanlah cinta sejati Aurora,
mereka juga baru bertemu dua kali.
Cerita asli Sleeping Beauty yang diulis oleh Charles
Perrault dan diadaptasi
dalam film Maleficent, benar-benar menampar para perempuan. Banyak perempuan
yang begitu terpatok bahwa cinta berbentuk dan berasal dari seorang lelaki. Banyak
yang lupa bahwa di luar itu semua, ada ayah, ibu, kerabat, dan banyak teman
baik yang memiliki cinta buat seorang perempuan.
Gambaran Philip yang mencium Aurora masih sebatas
karena kecantikannya, juga benar menampar perempuan. Masihkah kamu tampil
cantik sebatas buat memenuhi kebutuhan visual laki-laki? Bagaimana dengan
kenyaman dirimu sendiri?
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah merekam jejakmu!