Monday, June 19, 2017

Naufal and His Magic Words: Si Tampang Mesum Lagi Bijaksana


Sumber: FBnya orang ini

Nabiladika Naufal Rafif, bagi saya dia ajaib. Menyebut nama tengahnya Na-u-fal, sedikit menyulitkan. Jadi, banyak orang lebih senang menyebutnya Noval, saya termasuk. Kami bertemu dalam satu eskul di sekolah, ECC. Naufal senang baca manga, pun saya yang waktu itu masih jadi otaku militan. Ayah kami juga sama-sama bekerja di apotek, meski beda tempat. Selebihnya, kami berbeda jauh soal kecerdasan.

Sejak pertama bertemu, saya tahu Noval sangat encer. Saya sendiri tidak tahu bagaimana saya bisa melihatnya, pada bagian yang itu. Hanya saja, dia banyak tidak terarah dan agaknya tidak menyadari kecerdasannya. Waktu kelas 12, saya pernah melihat rapornya dan bagaimana anak secerdas Noval lebih banyak masuk 30 besar saja di kelasnya? Sebaliknya, dia justru dipilih masuk kelas istimewa mata pelajaran bahasa Inggris jelang UN. Selebihnya, Noval terlihat seperti anak laki-laki kebanyakan, yang memandang perempuan dari fisik dan hanya membicarakan yang seputar itu dengan tampangnya yang mesum.

Satu lagi hal yang entah kenapa saya bisa lihat dari Noval, ada sisi kakek-kakek dalam dirinya. Hingga saat ini, saya pun senang memanggilnya ‘kakek’. Ada bagian matang dalam dirinya Noval. Percaya atau tidak, dengan tampangnya yang macam begitu itu, dia asyik sekali menanggapi cerita yang merepotkan, sejak usianya masih belasan.

Hingga sekarang, tiap saya mentok pada suatu hal, saya selalu cerita pada Noval. Saya lupa kapan saya mulai banyak bercerita padanya soal hal-hal yang membuat saya mentok. Yang jelas, Noval bisa menyampaikan sesuatu yang menenangkan. Dengan dia, tidak tahu kenapa, saya merasa bisa bebas mengungkap semua. Mengungkap semua bagi saya bukan hal yang mudah, bahkan saya baru bisa bercerita pada orang tua saya ketika jadi mahasiswa. Teman baik saya sejak kelas 10, Putri Wulandari, hingga kami hampir lulus kuliah pun, selalu mengatakan bahwa saya misterius.

Banyak teman saya secerdas Noval atau bahkan lebih cerdas ketimbang dirinya. Teman-teman saya ini selalu bisa menanggapi segala hal, dari buku-buku yang dibacanya. Tapi Noval beda, kata-katanya ajaib. Dan lagi, sekacau apapun saya bercerita, dia selalu bisa menangkapnya. Saya sering menyembunyikan banyak pada orang lain, karena takut kecewa. Saya tahu saya tidak cukup baik dalam bercerita, pikiran saya berlompatan dan saya tidak bisa paksa orang lain paham atas kerumitan saya. Saya tidak pernah bermaksud jadi sok tertutup apalagi misterius.

Saya tidak mengerti, apa semua karena di balik tampang mesumnya, Noval menjalani banyak hal atau dia hanya menyampaikan suatu hal setulus hati atau bagaimanapun pusingnya melihat saya yang pikirannya berlompatan, barangkali dia berusaha menghargai dengan pura-pura mengerti, hingga sepenuh hati juga dapat balik diterima segala omongannya. Yang jelas, Noval selalu punya cara sederhana dalam menyampaikan sesuatu dan… selalu meresap. Atau jangan-jangan dia cuma meniru potongan kata dari meme, ya? *dicabik kwkw*

Seperti ketika ada yang bilang,”Teman itu soal kualitas bukan kuantitas.” Saya sering mendengarnya dari orang lain. Tapi kok ya… baru meresap waktu Noval yang bilang.

Sepanjang saya sering merepotkan Noval, saya tidak berani menghitung berapa cerita remeh yang membikin saya mentok dan berhasil diredam oleh dia. Yang jelas, Noval hanya pernah cerita balik pada saya sekali. Cerita yang bagi saya serius dan makin meyakinkan, si tampang mesum ini sesungguhnya jauh lebih serius dan keras pada hidupnya sendiri, dari yang orang tahu.

Terimakasih sudah mau jadi teman saya ya, Val…

2 comments:

Terimakasih sudah merekam jejakmu!