Tuesday, October 3, 2017

Menulis Resensi, Penting Kah?



Sumber: Gugel

Resensi? Model tulisan satu ini, kebanyakan tidak dianggap terlalu penting. Barangkali, karena minimnya kompetisi menulis resensi, beda dengan kompetisi cerpen atau ilmiah yang bertebaran di mana-mana.

Padahal, kamu pasti kenal Goodreads. Website satu ini, khusus memuat resensi. Bahkn, pembaca bisa memberi rate pada buku yang telah mereka baca. Kamu mungkin jiga kenal Booklicious. Komunitas ini, salah satunya ada di Malang. Booklicious alias BLC, khusus membahas bagaimana para anggotanya membaca buku dan meresensinya. Di media massa pun, selalu ada kolom khusus untuk resensi buku. Nah... Bagaimana? Apa menurut kamu resensi masih butuh dipelajari?

Apa beda sinopsis, epilog, kata pengantar, testimoni dan resensi?

Tentu beda. Sinopsis, adalah ketika kamu membikin cuplikan paling menarik yang sama persis dari sebuah buku yang kamu baca. Sedangkan epilog, merupakan bahasan leseluruhan dari sebuah buku, biasanya juga dissrtai analisis yang cenderung ilmiah. Pun kata pengantar, yang nyaris serupa dengan epilog. Bedanya, barangkali kamu bisa temukan proses pengumpulan cerita hingga menjadi buku dan lain sebagainya dalam pengantar. 

Lalu testimoni? Testimoni, akan kamu temukan pada bagian belakang buku. Biasanya memuat nama dan komentar pribadi seseorang atas buku yang telah dibacanya. Pemilihan orang-orang yang memberikan testimoni, biasanya berdasarkan pengalaman, rekam jejak atau kesamaan profesi yang diperkirakan akan menunjang penjualan buku. 

Kemudian resensi? Resensi adalah ulasan yang dibuat seseorang setelah membaca buku. Ulasan loh ya... Beda dengan sinopsis. Yang artinya, resensi memergunakan bahasa dari si penulis itu sendiri, beda dengam sinopsis yang sekadar mengambil bagian paling menarik dalam sebuah buku secara utuh.

Lalu? Beda resensi dengan rangkuman apa? Tentu beda. Rangkuman adalah isi buku yang ditulis ulang dalam bentuk lebih kecil. Terus? Bagaimana cara membikin resensi? Berikut beberapa cara menulis resensi yang bisa kamu pilih. Sebelumnya, perlu diingat bahwa antara resensi dengan spoiler beda loh ya. Batasi pemahaman resensi, pada bagaimana kamu mengomentari buku yang sudah kamu baca, bukan membocorkan isinya alias spoiler. Kasihan penulisnya dong kalau kamu spoiler isi bukunya. Mana orang tertarik beli nantinya kwkw.


1. Bahas Isi Bukunya

Level 1, kamu baca bukunya lalu ceritakan apa yang kamu tangkap dari buku tersebut. Hanya ceritakan saja, kamu nggak perlu mikir lain-lainnya. Yang perlu digarisbawahi adalah, kamu ceritakan apa yang kamu rasakan setelah membaca, apa yang kamu tangkap dari sana. Bukan menulis ulang ceritanya dalam resensimu loh ya.

2. Bahas Isi Buku, Plus Positif Atau Negatifnya
Level 2, kamu bisa lalukan sesuai apa yang ada di level satu. Bedanya, kamu mulai menceritakan kelebihan dan kekurangan dalam buku tersebut. Kamu nggak usah mikir kemana-mana dulu. Ungkap saja apa kelebihan dan kekurangan dalam buku tersebut. Bokeh jadi, lebih banyak kamu bahas kekurangan atau sebaliknya kelebihan. Jika memang yang rasakan tidak seimbang antara kelebihan dan kekurangan, kamu nggak perlu memaksakan tubahasanmu supaya seimbang. Justru subjektivitas ini yang membikin pembaca resensimu akan kaya.

3. Bahas Isi Buku, Plus Positif Atau Negatifnya, Ditambah Bandingan Dengan Buku Lain/Analisis
Level 3, lakukan semua yang ada pada level 1 dan 2. Bedanya, di sini kamu bukan lagi sekadar mengungkap namun juga mulai menganalisis. Analisis di sini boleh kamu pilih, dengan membandingkan buku tersebut dengan buku lain atau kamu beri batasan cara level 1 dan 2 ditambah analisis. Lebih asyik lagi, ketika kamu bisa lakukan semua nilai plus pada level ini, yaitu analisis dan bandingan buku lain. Dengan ini, resensimu akan lebih tajam.

4. Bahas Isi Buku, Plus Positis Atau Negatifnya, Ditambah Bandingan Dengan Buku Lain/Analisis dan Juga Teori
Level 4, tentu serupa dengan level 3. Bedanya, di sini kamu mulai menggunakan teori. Tidak perlu banyak. Bahkan, satu teori saja bisa jadi cukup. Teori di sini, dipergunakan untuk memertajam analisismu, bukan keren-kerenan biar orang tahu bagaimana kamu hapal banyak teori.
Memilih level berapa saja untuk membuat resensi, bukan sesuatu yang dilarang buat kamu. Cara ini, juga berlaku untuk membuat resensi film dan lain sebagainya. Ingat, nulis itu bahannya bisa berasal dari mana saja. Bahkan banyak, film yang diangkat dari buku dongeng lawas yang menarik kamu jadikan resensi. Resensi, bisa jadi wujud lanjutan dari niatmu mencari bahan menulis, entah itu membaca atau bahkan menonton film. Ternyata, cabang menulis bukan cuma yang cerpen-cerpen atau yang ilmiah-ilmiah saja, kan?


Jangan lupa kunjungi label resensi, dalam blog ini juga ya…

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah merekam jejakmu!