Tempo
hari, saya melihat postingan teman
baik saya Robiatul Adawiyah alias Yaya di instastorynya.
Dalam instastorynya, Yaya merepost informasi soal perempuan gemuk
bernama Nabela dari faktanya google. Berhubung instastory Yaya sudah terhapus, jadi saya hanya menyertakan
postingan asli dari instagram @nabela.
Sumber: Instagram |
Sungguh
saya menyayangkan bagaimana masih saja ada komentar-komentar tidak jelas, tidak
lucu, apalagi rasional di kolom komentar faktanya google. Berikut beberapa komentar
tersebut yang telah saya buramkan user
namenya untuk menghindari persekusi terhadap si empunya akun.
Sumber: Instagram |
Sumber: Instagram |
Sumber: Instagram |
Saya
langsung saja summon akun teman baik
saya Kartika Rose Rachmadini alias Rose di dalam kolom komentar postingan tersebut yang intinya mengenai
perjuangan manusia melawan hormon, pun pada diri saya yang pernah kurus tanpa
berusaha dan saat ini gemuk meski makan dengan ukuran wajar.
Sumber: Instagram |
Sebelum
saya cerita lebih lanjut soal Rose, dalam kolom komentar video Nabela di
faktanya google, saya juga mendapati komentar-komentar postif dari para
laki-laki. Beberapa dari mereka summon
pacar, teman dan juga mengomentari dengan positif tanpa summon siapa-siapa.
Sumber: Instagram |
Kemudian
soal Rose. Rose sendiri teman baik saya semenjak SMP. Sejak kali pertama
mengenalnya, Rose memang mudah dikenali dengan kelebihan bobot tubuhnya.
Belakangan ketika kami sudah kuliah, saya juga sempat bertemu keluarganya Rose
dari pihak ayah; antara lain kakek dan tantenya. Keluarga Rose dari pihak
ayahnya, ternyata memiliki tinggi tubuh di atas rata-rata orang Indonesia dan
juga bobot tubuh yang jelas jauh melebihi Rose. Rose sendiri tinggi badannya
hampir sama dengan saya. Tinggi badannya ini agaknya menurun dari keluarga
ibunya yang rata-rata tingginya seperti orang Indonesia kebanyakan.
Dengan
semua yang saya saksikan, jelas sudah perkiraan saya bahwa Rose gemuk karena
hormon yang diturunkan dari keluarga. Soal hormon keturunan juga berlaku buat
warna kulit Rose yang cerah dan mudah diatur. Saya tidak bilang kulit Rose
cerah karena warnanya putih, tapi indikator cerah bagi saya adalah kulitnya
yang segar. Ketika keluar rumah, Rose hanya bermodal bedak tabur biasa dan lipstick, begitu saja wajahnya sudah
segar.
Barangkali
banyak yang tidak tahu bahwa Rose juga sudah berkonsultasi ke dokter untuk
menghilangkan kelebihan berat badannya. Saya ingat Rose pernah cerita salah
seorang dokter mengatakan gemuknya Rose adalah gemuk otot. Dirinya juga sudah
berusaha minum obat pelangsing namun Rose malah kemudian telat datang bulan.
Jarang makan nasi, berusaha hanya makan sayur dan buah pun sudah Rose lakukan.
Semua yang saya ceritakan ini hanya sebagian saja yang pernah diceritakan Rose
pada saya.
Belum
lagi guyonan tidak lucu dari teman dan keluarganya seperti,”Ini anak dikasih
makan apa, sih? Kok bisa segini besar?”
Rose
sendiri saya kenal dari SMP sebagai siswi yang sangat kuat di bidang akademis.
Bahkan menurut cerita dari neneknya, hingga kuliah Rose bisa mendapat beasiswa
dari bidang akademis. Dirinya pun sangat baik berteman pada siapa saja, sangat
asyik diajak curhat, mengobrol dan jalan-jalan, tidak pelit juga terhadap
teman, meski saya cuma bisa balas dengan belikan dia novel obralan.
Memiliki
bobot jauh di atas rata-rata tentu tidak nyaman dan pada aktifitas tertentu
menganggu. Rose sedang berusaha membuat dirinya nyaman dengan caranya. Usaha
yang dia lakukan hasilnya sangat pelan sehingga siapa saja dapat menghakimi
Rose tidak pernah berusaha.
Ada
juga teman saya Putri Sih Anekasari alias Putri. Putri memiliki tinggi tubuh di
atas rata-rata perempuan Indonesia kebanyakan dan berat badan setara model yang
beberapa kilogram di bawah berat badan ideal. Saat SMK saja, tinggi badannya
sudah 165 cm. Rambut asli Putri tipis bergelombang dan kulit aslinya dia akui
kusam.
Putri
sendiri aktif di Paskibra sekolah dan memiliki nilai akademis yang bagus.
Dirinya juga jago soal aktifitas fisik, nilainya selalu sangat baik saat
pelajaran olahraga dan juga berbakat voli. Putri juga teman mengobrol yang dewasa,
setia kawan dan tidak pelit terhadap teman-temannya.
Hingga
sekarang, Putri memilih meluruskan rambutnya. Dirinya juga memilih menempelkan
serangkaian bedak ketika keluar rumah agar wajahnya nampak segar. Putri sendiri
sangat berusaha merawat jenis kulitnya dengan berbagai rangkaian pembersih dan
pelembab yang bermacam-macam.
Pernah
juga Putri bercerita, seorang kakak tingkat di jurusannya saat kuliah, mengirim
DM padanya di Instagram. Kakak tingkat tersebut mengajak Putri ngopi setelah
melihat fotonya yang full make up. Putri merasa tidak nyaman karena kakak
tingkat tersebut sesungguhnya satu organisasi dengannya semasa kuliah. Namun,
di masa itu Putri belum menemukan perawatan kulit dan rangkaian bedak yang pas
dengan wajahnya. Semasa itu juga, kakak tingkat itu sama sekali tidak
mengenalnya, apalagi mengajakanya mengobrol. Saya justru malah berpikir buruk,
bagaimana jika kakak tingkatnya Putri itu menghina ketika tahu dirinya tidak
memakai riasan? Untungnya, Putri cukup cerdas untuk menolak ajakan ngopi yang
tiba-tiba itu.
Sebetulnya,
tidak ada yang salah dari usaha Putri meluruskan rambut dan memakai riasan.
Putri hanya ingin lebih mudah menata rambutnya dan merawat kulitnya. Itu semua
hak masing-masing orang, bukan?
Oh
iya. Saya pernah saat SMK melihat foto ibunya Putri. Perawakan ibunya itu
betul-betul mirip Putri yang tinggi dan atletis. Bentuk tubuh Putri diwariskan
dari ibunya. Porsi makan Putri saya ingat sangat banyak semasa SMK, namun
tubuhnya terus meninggi dan dirinya tidak pernah kelebihan berat badan yang
sampai kentara.
Kemudian
teman saya Putri Wulandari alias Iwul. Iwul juga teman saya sejak SMK. Sejak
SMK juga, Iwul memiliki masalah jerawat. Ini semua bukan soal penampilan, namun
justru soal jerawat yang jumlahnya sangat banyak, gatal, sakit dan mengganggu.
Iwul
sering bercerita pada saya bahwa ketika pergi ke dokter, jerawatnya itu divonis
karena hormon. Setelah ditelusuri, ternyata semasa muda, ayahnya Iwul memiliki jerawat
yang sangat banyak pun saudara-saudaranya dari pihak ayah. Sepupu-sepupu
perempuan Iwul dari pihak ayah, juga mengalami hal yang sama. Adik laki-laki
satu-satunya Iwul, justru tidak memiliki masalah jerawat dan jenis kulitnya itu
diturunkan dari ibunya.
Tentu
banyak yang tidak tahu, bahwa treatment
untuk jerawat bagi masing-masing orang berbeda. Untuk Rose, Putri, Iwul dan
saya juga sangat berbeda. Saya misalnya, hanya perlu memergunakan facial foam untuk menghilangkan jerawat.
Harga facial foamnya? Hanya dua belas ribu.
Teman
saya yang lain ada yang memergunakan es batu ketika berjerawat dan banyak treatment yang berbeda-beda. Tapi Iwul
beda, jerawatnya itu menetap dan sangat banyak. Dia sudah berpindah-pindah
dokter tapi belum juga menemukan obat yang efektif. Iwul bahkan jauh rajin
membersihkan wajahnya ketimbang saya. Jenis kulit saya menurun dari ayah, ibu
dan nenek yang bahkan ketika jarang dibersihkan pun sangat sulit berjerawat
atau kusam. Teman-teman yang sedang membaca tulisan ini pasti sangat tahu bahwa
biaya pergi ke dokter kulit untuk menghilangkan jerawat tidak semurah harga
facial foam.
Iwul
sendiri merupakan tukang bersih-bersih gratis di mushola sekolah. Dirinya
terutama membersihkan tempat wudhu dan tidak ada yang menyuruh apalagi memerhatikan
pekerjaan sukarelanya itu. Di daerah tempatnya tinggal, Iwul juga sempat
mengajar di PAUD milik kampungnya dan sebuah TPQ. Soal gaji? Iwul kerja sosial
dengan insentif yang sangat jarang turun. Kehidupan keluarga Iwul pun sangat
sederhana, dengan rumah sangat kecil di sebuah kampung di tengah kota Malang. Iwul
sendiri berhasil kuliah karena keinginannya yang kuat dan berhasil mendapat
beasiswa.
Jadi
sesungguhnya, setiap perempuan sangat ingin menjaga kesehatan dan membuat
dirinya 'sedap dipandang'. Setiap perempuan seperti teman-teman yang sudah saya
ceritakan di atas ini sudah berusaha dengan caranya masing-masing. Hanya saja,
cara-cara tersebut ada yang langsung berhasil dan ada juga yang hasilnya lama.
Para perempuan yang sedang saya ceritakan ini pun memiliki banyak kelebihan
yang kasat mata pun sangat dapat dilihat.
Teman-teman
saya ini tengah terus berusaha, sedang di lain sisi orang-orang yang memandang
mereka berkomentar sekena hatinya. Penerimaan diri memang hal utama, mengakui
bahwa bahwa diri kita, gemuk, berkulit kusam, berjerawat dan lain sebagainya.
Penerimaan diri adalah pengakuan atas hal-hal yang diri sendiri memang miliki,
membantu kita terus melanjutkan hidup dan lebih jernih memandang diri sendiri.
Penerimaan diri bukan berarti pasrah.
Video
Nabela sendiri, bukan menunjukkan kepasrahan namun justru penerimaan. Nabela
menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang beauty vlogger yang berkreasi dengan
seni rias wajah, tidak membutuhkan tubuh kurus dan kulit putih seperti yang
jamak kita semua lihat. Siapa saja mampu dan berhak membikin karya, begitu
pesan yang saya tangkap dari aktivitas Nabela.
Kepada
semua orang termasuk saya, yang barangkali gemar berkomentar. Saya tidak hendak
mengajurkan apa-apa. Saya hanya berharap, curhatan ini bisa menyentuh hati
siapa saja…
Pagi
ini, saya menuliskan curhatan ini dengan tinggi badan saya, 163 cm dan berat
badan saya 69 kg.