Sekali memejamkan mata, ia bisa mengeluarkan asap dari
ubun-ubunnya. Tipis mula-mula, menebal pada berikutnya, membumbung ke
langit-langit kos dan lama-lama membentuk tubuh, punggung, tangan, kaki dan
wajah serupa dirinya, hanya saja lebih besar tiga kali lipat.
Jika sudah demikian, ia utus makhluk yang ia namai serupa
nama bikinan ibu buat dirinya itu melayang keluar kamar. Makhluk itu menembus
cucian-cucian kaos hingga celana dalam para tetangga kos yang berkibar di tiang
jemuran malam-malam. Ia akan terus melayang melewati jalanan kampung, jalan raya
antar provinsi hingga tol tanpa perlu membuka portalnya lebih dahulu.
Jika sudah demikian, bisa dipastikan itu malam minggu. Malam
di mana kembaran yang tiga kali lebih kecil darinya itu sebagian besar menolak
ajakan kencan dari pacarnya yang satu kampus di pascasarsajana. Ada apel lain
yang mesti kembarannya itu rutin lakukan, apel yang jauh lebih membikin panas
dada, memercepat detak jantung dan bikin merinding permukaan kulit jika
dibanding ketika kembarannya itu disodori susu lembut milik pacarnya.
Sudah 134 kilo meter makhluk itu terus melayang. Sesekali
menembus badan-badan truk dengan plat B. Jika bosan, ia pula sengaja menggulung
tubuh menjadi 160 cm, menumbuhkan susu dan rambut panjang lalu melipir ke
pinggir jalan dengan rok kuning menyala yang sekadarnya menutupi paha.
Para sopir truk terang saja meleng. Mereka meleng bukannya
karena tergoda paha terang si makhluk, namun mereka buru-buru teringat cerita antar
sopir soal perempuan macam demikian yang muncul malam-malam dan ketika ditoleh
sekali lagi malah menunjukkan mukanya yang hancur separuh juga taringnya yang
besar-besar.
“Allah hyang maha agung!” jerit salah seorang dari sopir
dengan plat B ketika melihat si makhluk. Berkali ia hanya menyebut nama
Allahnya tanpa berani menoleh kembali ke arah si perempuan.
Dengan dengus kecewa, si makhluk kembali merenggangkan
tubuhnya. Kembali ia jadi tiga kali lebih besar dari kembarannya yang tengah
rebah di atas kasur kos. Perjalanan dilanjutkan hingga ia sampai di sebuah
kecamatan berpenduduk padat di tengah kota itu. Satu-satunya rumah dengan atap
bertuliskan PKK yang pudar itulah tujuannya. Ada seorang gadis yang tengah
lelap di sana...
Dicekalnya tulang kaki gadis itu sesudah ia melayang dan
menembus kamarnya. Gadis itu menjerit seperti malam minggu sebelum-sebelumnya.
Jika sudah begitu, para tetangga mulai bergunjing, kakek dan neneknya mengeluh,
juga ibu dan bapaknya yang berbisik ia hanya cari perhatian supaya tidak
disuruh cari kerja selepas lulus. Hanya ada sesak di dada dan tulang yang
dirasai gadis itu seolah remuk.
Berkali ia pingsan, berkali pula ia bangun. Matanya pun
makin membengkak akibat air mata yang tidak lagi ia tahan-tahan. Napasnya
hampir berhenti dan barulah rasa remuk di kakinya itu mereda. Makhluk itu
melepas tulang kaki gadis itu begitu saja, melayang menembus dinding kamarnya
menuju luar rumah, kembali menempuh jarak 134 kilo meter, melewati jalanan kampung,
jalan raya antar provinsi hingga tol tanpa perlu membuka portal. Tidak lupa ia menggulung
diri, menyaru sebagai perempuan dengan rok kuning menyala dan menunjukkan wajah
separuh rusak pada para sopir truk.
Kemudian makhluk itu merenggangkan tubuhnya, kembali
melayang hingga atap kos kembarannya itu terlihat. Ia pun masuk halaman,
menembus cucian kaos hingga celana dalam para tetangga kos yang kembali basah
terkena embun malam lantas menemukan kembarannya tengah terlentang di kasur. Kembali
masuk dalam ubun-ubun, ia tiga kali lipat mengecil. Tubuh, punggung, kaki dan
wajah itu pun mengempis, asapnya juga makin menipis.
Perlahan, kembarannya itu membuka mata dan ia pun berbisik,”Aku
sayang kamu. Malam minggu esok kita kencan lagi ya...”
nan eodum sogui Dancer
Aku adalah seorang penari dalam kegelapan
onmom ttukttuk kkeokkeo
Aku akan meregangkan seluruh tubuhku
chimdae gakkai galge
Aku akan pergi mendekati tempat tidurmu
musimusihage
Dengan begitu mengerikan
ne simjangeul humchyeo jibaehae
Aku akan mencuri hatimu dan mengendalikannya
hanaui jomyeong wae geurimjaneun duriya?
Hanya ada satu cahaya, tapi mengapa bayangannya ada dua?
nae soge dareun ge nuneul tteun geot gata
Aku merasa sesuatu yang lain di dalam diriku telah membuka matanya
I'm a little monster** nal geomnae
I’m a little monster, takutlah padaku
**Little Monster, Irene feat Seulgi
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah merekam jejakmu!