#Carossel
Carrosel
mulai di tayangkan di stasiun televisi swasta trans 7 tanggal 3 juni 2013.
Sebagian orang mungkin cuma menganggap film tersebut merupakan film berisi
gambaran dunia anak- anak. Namun, yang saya tangkap dari film tersebut benar-
benar lain, Carossel bukan cuma sajian film berisi sepenuhnya dunia anak- anak
dengan berbagai permasalahan yang mungkin keliatan sederhana di mata kita
sebagai orang dewasa. Lebih jauh lagi, Carossel sebenarnya merupakan film
bergenre keluarga dimana isi sajiannya penuh berisikan pendidikan yang dikemas renyah
dan ringan sekaligus punya makna mendalam.
Meskipun
hingga hari ini Carossel belum sampai tayang puluhan episode, namun saya menangkap
banyak hal berkaitan dengan pendidikan dalam film ini. Film yang tayang hari
senin hingga jumat ini mengisahkan keping- keping cerita seorang guru pengganti
yang masih sangat muda dan cantik bernama ibu Helena bersama anak- anak
didiknya dengan rupa- rupa warna karakter di sekolah dasar tingkat tiga.
Kumpulan murid di kelas tiga tersebut mendapat stigma bebal alias susah sekali
di atur hampir oleh selurh warga sekolah. Namun, sekalipun telah mendapat
bisikan- bisikan miring soal keadaan kelas tersebut dari beberapa warga
sekolah, ibu Helena tetap bersemangat melanjutkan langkah kakinya menuju kelas
tersebut.
Nyatanya,
ibu Helena memang berbeda dari guru- guru kebanyakan yang cuma mau tahu bahwa
anak didiknya berhasil di transfer materi akademis. Ibu Helena, selain mengajarkan
bidang akademis terhadap anak didiknya ternyata juga mendalami masing- masing
latar belakang juga karakter anak didiknya secara personal. Dengan cepat, ibu
Helena mampu mengenal satu per satu warna karakter dan latar belakang anak
didik yang berada di kelasnya. Beberapa warna karakter yang di gambarkan dalam
film sekaligus di dalami oleh ibu Helena antara lain: Cirilo, seorang keturunan
negro dengan latar belakang keluarga tukang kayu sederhana yang sangat sadar
arti pendidikan. Kedua orang tua Cirilo membuka komunikasi yang akrab dan
terbuka dengan anak mereka. Di salah satu episode “Carossel”, pernah di
gambarkan Cirilo tidak percaya diri dengan warna kulitnya yang hitam. Cirilo
mulai tidak percaya diri akibat penolakan seorang siswi baru di kelasnya yang
bernama Maria atas ajakan pertemanan Cirilo. Cirilo sendiri dalam keseharianya
merupakan seorang yang berani dan rela berkorban sedangkan Maria merupakan seorang
yang sangat angkuh. Maria sendiri masuk di sekolah tersebut setelah sebelumnya
masuk di sekolah berisi orang- orang ‘berkantong tebal’ atas usulan ayahnya
agar Maria mampu merubah perangainya yang angkuh. Maria sendiri memang berasal
dari keluarga berkecukupan, ayahnya adalah seorang dokter dan ia selalu
berbangga hati atas profesi ayahnya berbeda dengan Cirilo yang di satu waktu
pernah tidak percaya diri atas profesi ayahnya karena penolakan permintannya
untuk berteman dengan Maria. Ibu Helena sudah mampu membaca keangkuhan Maria
dari awal perjumpaan namun, pada kenyataannya ibu Helena tidak menjelekkan
Maria sama sekali di depan Cirilo meskipun Cirilo telah menceritakan
kesedihannya atas penolakan Maria yang cenderung kasar. Ibu Helena hanya
mengatakan pada Cirilo bahwa Maria mungkin masih bingung dengan suasana baru di
sekolah tersebut hingga perilakunya seperti itu pada Cirilo yang berarti bukan
karena kulit hitam atau pekerjaan orang tua Cirilo hingga Cirilo bersama teman-
temannya yang lain mesti membantu Maria beradaptasi di sekolah tersebut dengan
cara tidak menjauhi Maria meski sikapnya sangat menjengkelkan.
Selain
Cirilo, ada juga Valeria yang memiliki pengaruh kuat di antara teman- teman
perempuannya, Valeria berani berdiri pada keyakinannya sendiri, ia memiliki
keseharian yang ceria. Valeria duduk di bangku kedua dari belakang. Di belakang
bangku Valeria, ada Dafi. Dafi punya perangai yang lebih lembut, Dafi ternyata juga
seorang yang rela berkorban. Pada satu episode, Valeria sangat keakutan karena
telah mengotori buku milik ibu Helena, ketika itu tidak ada saksi lain
selain Dafi. Singkat cerita, Dafi
membalik cerita bahwa yang yang mengotori buku ibu Helena adalah dirinya bukan
Valeria. Hasilnya, Dafi mendapat hukuman dari ibu Helena. Valeria merasa tidak
tenang karena rasa bersalahnya membiarkan Dafi menjadi kambing hitam hingga ia
memberanikan diri untuk mengajak ibu Helena bicara empat mata untuk menjelaskan
duduk persoalan yang sebenarnya. Ibu helena mengerti, ia membebaskan Dafi dari
hukuman. Valeria menyangka dirinya akan mendapat hukuman yang jauh lebih berat
dari Dafi, tapi ternyata ibu Helena membebaskan Valeria dari hukuman karena
telah berani bicara jujur.
Selain dekat
dengan anak didiknya, ibu Helena juga dekat dengan orang tua anak didiknya,
gambaran kedekatan tersebut terlihat dari bagaimana cara ibu Helena
mengomunikasikan apa yang terjadi dengan anak didiknya dengan orang tua anak
didik, misalnya ketika mendapat hukuman, ibu Helena mengomunikasikan sebab terjadinya
hukuman dan kompensasi apa yang mesti di lakukan anak didiknya untuk menebus
kesalahan melalui buku agenda yang harus di tunjukkan peserta didik yang
bersangkutan kepada orang tuanya. Tak hanya melalui agenda, ibu Helena juga
mengomunikasikan hambatan yang di alami anak didik kepada orang tua melalui
telepon pribadi.
Gambaran
ibu Helena merupakan sosok guru yang penuh mengartikan arti pendidikan yang
sungguh berarti pendidikan, bukan cuma transfer bidang akademis melainkan juga
penanaman nilai melalui pendekatan personal terhadap masing- masing anak
didiknya.
Serpihan kecil gambaran film yang saya
gambarkan disini sebenarnya belum menggambarkan keseluruhan sajian “Carossel”,
namun percaya atau tidak, sosok ibu Helena dalam film ini mengingatkan saya
pada sosok guru di masa sekolah dasar saya, sosok ibu Helena bukan sosok fiktif
yang mustahil ada di dunia nyata. Bagaimana sosok ibu Helena di dunia nyata ini
di mata saya? Saya akan menceritakan itu lain waktu ^_^
guru itu persis seperti seperti bu muslimah. gurunya laskar pelangi. visit and follow yha=>> http://rana-pratama.blogspot.com, nanti follback.
ReplyDeleteaku sudah pernah ktmu tipe guru kya gt,kpn2 aja ku tulis ^,~
ReplyDelete