(2013)
-Untuk aku, yang pernah alay dalam menyikapi Para Anu. Selepas Tuan Abu.
Kamu seperti hendak mencipta
lingkar adiksi untuk satu jiwa yang biasa mandiri.
Memanglah logikaku yang berdarah sudah setengah kering.
Memanglah logikaku yang berdarah sudah setengah kering.
Namun disana masih ada ruam2 merah..
***
Baru saja gempitanya rekat...
Sekarang malah retak lagi
***
Kian hari logika milikku
kian lemah menghalau kedua tanganmu yg makin gencar menabur
bubuk adiksi di kalbuku.
Mau apa aku?
***
Aku menghalau tangannya dengan logika milikku...
Biar tak banyak ia bisa menabur bubuk adiksi di kalbuku...
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah merekam jejakmu!