|
Sumber: Album fotonya nenek. Atas: nenek dan saya. Bawah: nenek memakai baju bunga-bunga, bayi kecil itu ibu yang sedang digendong kakaknya nenek. |
Nenek
saya lahir di tahun empat puluhan. Merunut penuturannya, nenek hanya SD hingga
kelas tiga kemudian sibuk mengungsi. Buyut saya, ibunya nenek, warga biasa yang
tinggal di tengah kota dengan empat orang anak yang rata-rata berprofesi
sebagai penjahit, termasuk nenek.
Saat
saya masih SD, nenek masih terus menjahit sebagai hobi. Sesekali menjahitkan
saya baju lebaran yang cantik, meski saya benci sekali jenis kainnya yang
gerah. Selain gemar menjahit dan memasak, nenek juga aktif menjadi pengurus
koperasi. Selain hobinya bertemu orang lain, nenek juga punya phobia akut
dengan kecoa hidup. Saya ingat bagaimana nenek menyiramkan minyak tanah
sebanyak mungkin, ketika menemukan seekor kecoa di rumah.
Uniknya,
nenek membiarkan saja ketika saya mulai mengambil dua batang lidi dan membedah
tubuh kecoa itu. Saya membedahnya hingga hancur dan penasaran dengan cairan
dalam tubuhnya yang justru berwarna hijau, bukan merah seperti darah manusia
saat tertusuk. Setelah itu, nenek membersihkan ‘hasil percobaan’ saya tanpa
berkomentar.
Di
lain waktu, saya mengambil gelas-gelas bekas air mineral dari dapur. Saya
kemudian mengisinya dengan air dan mencelupkan kertas putih yang sudah saya
lumuri spidol. Saya membuat gradasi warna dari hitam pekat hingga jernih. Nenek
lagi-lagi tidak berkomentar. Malah, di lain waktu nenek mengumpulkan tutup
botol banyak sekali. Dengan palu, dibuat sebagian tutup-tutup itu menjadi
pipih. Semua tutup botol itu kemudian diberikannya pada saya. Dan tebak… saya
memang senang sekali. Saya bermain dengan tutup-tutup yang biasa dianggap
sampah itu setiap hari.
Pernah
juga, saya mengambil sejenis kapur yang biasa dipergunakan nenek menggambar
pola untuk menjahit. Saya menggambar perkampungan dan pemakaman dengan teman
saya dek Nila, yang tinggal di belakang rumah nenek. Lantai rumah nenek penuh
dengan coretan yang kemudian saya dan dek Nila bikin sebuah drama sambil
tertawa-tawa. Lagi-lagi nenek tidak berkomentar.
Saya
dan dek Nila kemudian meninggalkan kekacauan di lantai begitu saja dan ketika
kami pulang kembali, lantai sudah bersih. Nenek mengepelnya dan saya melongo
sambil mulai merasa bersalah. Saya mulai berpikir-pikir jika nenek yang selalu
membereskan kekacauan yang saya buat. Namun, saya saat itu tidak pernah
mengerti bagaimana cara mengungkapkan perasaan saya.
Di
lain hari, nenek mengajak saya melelehkan lilin dan mengisinya pada kulit
kacang. Kami lagi-lagi bermain hal-hal yang dianggap sampah. Nenek kemudian
mengajari saya cara membungkus kacang-kacang palsu itu dan pura-pura menjualnya
dan saya senang sekali.
Pernah
juga, nenek memberitahu saya bahwa dirinya memiliki setoples kecoa. Nenek
menyimpan kecoa-kecoa kecil dalam toples dan memberi mereka makan di dalam
sana. Kata nenek kecoa ternyata tidak bisa tumbuh besar jika diletakkan di
dalam toples. Saya sangat bersemangat mendengarkan hasil percobaan nenek.
Setiap
hari, nenek juga terus menyisakan tutup-tutup botol untuk saya mainkan.
Sesekali, saya juga dibelikan alat memasak mini yang terbuat dari tanah liat
yang dibelinya di pasar pagi dekat rumah.
Saat
kecil, saya selalu menganggap nenek jauh lebih seru ketimbang mama. Saya selalu
menganggap mama kaku. Rumah kami selalu dijaga bersih, dan kertas-kertas berisi
gambar atau surat milik saya selalu dikumpulkan kemudian dibuang karena
dianggap sampah. Saya tidak boleh menyimpan kertas, apalagi koleksi tutup botol
seperti yang diberikan nenek.
Meski
banyak memiliki batasan, mama selalu mengajari saya tanggungjawab. Setiap saya
memainkan sesuatu atau membuat rumah sedikit berantakan, saya mesti
membereskannya sendiri. Sebaliknya, seperti saya ceritakan di atas, nenek yang
lebih membebaskan saya memainkan saya segala hal, tidak pernah menuntut saya
bertanggungjawab atas kekacauan yang terjadi.
Nenek
dan mama saya tentu punya alasan masing-masing dengan perbedaan cara didik yang
diberikannya pada saya. Mereka berdua tentu menganggap pendidikan yang
diberikan mereka adalah yang terbaik. Dari nenek, saya belajar bebas dan
eksploratif, sedang dari mama saya belajar bertanggungjawab.
Tambahan Minggu, 20 Agustus 2023: Nenek meninggal pada hari Senin, 14 Agustus 2023.