Ah,
kamu mesti tahu. Saya masuk dalam ruangan itu dalam keadaan terus menerus
memikirkan menu makan siang. Pintu dibuka lebar dan saya merasakan seluruh dari
mereka duduk dengan tegang. Mata mereka gemerlapan, cerdas, penuh ambisi, masing-masing
seolah berucap,”Saya yang terbaik.”
Saya
duduk paling depan. Cuma kursi itu yang tersisa, jadi kamu jangan kelewat
tinggi bikin ekspektasi, misalnya; soal saya yang begitu antusias dan bakal
terus seperti itu sepanjang acara ini.
Tebakan
saya pasti tidak meleset. Saya bakal punya rasa antusias hanya di tiga puluh
atau enam puluh menit pertama. Sisanya… saya mestinya segera pulang jika
menuruti intuisi. Tempat ini konyol. Tidak bakal ada hal seru, tidak akan ada
teman baru.
Saya
berkali-kali lupa, kami semua datang di sini dengan perasaan setara.
Kualifikasi penerimaan yang sama, syarat kualifikasi yang sama. Kami diterima
karena sama-sama memenuhi… standar kualifikasi. Untuk masuk kesini, kami sudah
berebut tempat yang tidak banyak. Ah… kami tidak sedang berjuang bersama…
'“Sayang, karakter
asli manusia, bukan kelihatan waktu sedang berjuang bersama. Tapi kelihatan
waktu sedang memerjuangkan hal yang sama.” -ANOMALI-