Sumber: 30 Hari Bercerita |
Tulisan ini adalah upaya mengurai ingatan yang terlalu
detail sampai pernah bikin depresi di usia 21 tahun. Ya, bayangkan saja, saya
dulunya nggak bisa memilih ingatan apa yang mesti tinggal dalam kepala. Sudah
begitu, ingatan ini dimulai di usia satu setengah tahun.
Ini adalah denah kelas semasa saya Taman Kanak-kanak. Ada
dua pintu yang kini saya kenali sebagai utara dan selatan. Pintu selatan
menghadap ke halaman belakang yang isinya mainan semacam perahu perahu besar
dan pintu utara menghadap ke halaman depan yang isinya mainan semacam
perosotan.
Ada empat bangku yang terdiri dari dua persegi panjang
dan dua persegi. Bangku persegi panjang diisi sepuluh anak, sedang bangku
persegi diisi empat anak. Kalau kamu lihat lingkaran kuning itu, di situ saya
duduk sampai lulus Taman Kanak-kanak.
Semalam, saya ingat Romadhon, teman yang SJW itu duduknya
di mana. Tapi ternyata, pagi ini ingatan itu sudah lepas. Iya, Romadhon ini
pembela kebenaran. Pernah saya ceritakan di blog bagaimana dia di antara
perebutan kursi merah yang jumlahnya tidak banyak. Dia tidak mau kursi merah,
tapi selalu mengembalikan kursi merah yang direbut pada pemiliknya.
Sedang di meja empat yang dekat pintu utara itu, ada...
Sebut saja dia Mikasa begitu ya. Mikasa ini duduk tepat di kiri saya dan sama
kuat dengan Romadhon. Anak ini bisa mempimpin, banyak bossynya juga dan budak
cinta dengan teman sebangkunya bernama Eki.
Jadi tiap pagi, si Mikasa berburu kursi merah dengan
merebut milik siapa saja untuk dirinya dan Eki. Nggak jarang, anak ini
bertengkar juga dengan si SJW Romadhon, sudah begitu hampir selalu depan bangku
saya pula.
Tentu saja semasa Taman Kanak-kanak, saya bukan tokoh
utama seperti Romadhon, bukan juga Mikasa apalagi Eki. Sejak kecil saya memang
sudah jahanam, suka nonton pertikaian, mengamati dan next levelnya... Hari ini
dibuat bahan ghibah ketika dewasa. Bisa jadi jika di dunia shinobi, saya ini
tipe ninja sensor macam Karin.
Akhir sembilan puluhan, kamera tentu saja mewah. Sekolah
pun terlihat pegang kamera hanya ketika kegiatan besar saja. Dan ternyata,
punya memori kegedean begini ada asyiknya juga.