Sumber: Gugel |
2015 lalu, Maudy Koesnaedy sempat memandu acara yang cukup apik di Trans TV, Curahan Hati Perempuan. Salah satu episode yang paling saya ingat, seorang perempuan datang membawa putranya yang punya kelainan penyakit dalam. Putranya itu dia adopsi dari panti asuhan setelah menahun ia kesulitan punya anak.
Para pengurus panti sudah mengingatkan bahwa anak ini sakit, toh biasanya seseorang bisa dipastikan mengadopsi anak-anak yang sehat sebagai jaminan masa tua. Tapi perempuan ini malah menangis dan kembali ke kamar calon putranya itu tidur, memandanginya dari jauh. Namun dengan berbagai pertimbangan, ia pulang tanpa membawa si bayi.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan pada ibunya bagaimana ikatan bisa tercipta antara hatinya dengan si bayi sakit. Hatinya menginginkan bayi itu, tapi apakah benar ia akan mengambil seorang bayi yang sakit? Hingga ibunya pun bertanya,”Apa niat kamu sebetulnya mengadopsi anak?”
Perempuan itu lagi-lagi menangis dan bertanya pada dirinya sendiri apa sesungguhnya niat dia memiliki anak? Apa sesungguhnya yang ia cari dari mengadopsi anak? Mengapa anak-anak sakit selalu jadi yang tidak terpilih?
Pada akhirnya, perempuan itu pun kembali ke panti. Si bayi sakit dibawa pulang, ia rawat dan biayai bersama suami hingga hari itu duduk dengan mata cerah di hadapan Maudy Koesnaedy, menyapa pemirsa Curahan Hati Perempuan. Saya menangis dan lagu Nobody’s Child seolah terdengar...
People come for children
And take them for their own
But they all seem to pass me by
And I am left alone
I know they'd like to take me
But when they see I'm blind
They always take some other child
And I am left behind