Sumber: Gugel |
“Di
dalam kaset ini, ada lagu favoritmu. Ostnya Naruto, Kanashi…” katamu, sambil
menyodorkan satu keping CD-RW di bangku saya.
Bodohnya,
saya hanya mengangguk dengan wajah datar. Astaga! Saya saat itu seorang otaku
militan, penyuka Hideco vokalisnya Little By Little (LBL), juga Kanashi, salah
satu lagu LBL yang jadi opening Naruto.
Dan
lagi, itu kali pertama ada seorang teman yang memerhatikan apa yang saya sukai.
Salah… bukannya teman-teman tidak mau perhatian. Saya saja yang kelewatan,
tidak mengerti bagaimana cara menunjukkan apa yang saya suka atau benci.
Saya
tahu, mestinya saya ucap terimakasih pada kamu saat itu. Tapi, bagaimana
caranya? Saat itu, saya belum seekspresif saat ini untuk mengungkap isi
perasaan.
Kalau
tidak salah, saya pernah bilang sangat suka pada Kanashi, dengan suara yang
pelan sekali. Waktu itu kita baca majalah anime bersama, ada potongan lirik
Kanashi dan saya bilang, suka pada lagu itu sambil menunjuk halamannya. Betapa
bagi saya waktu itu, bisa bilang sesuatu yang saya suka saja, sudah suatu
keberuntungan.
Matamu
kelihatan memerhatikan, meski kemudian saya tidak lanjutkan cerita, mengapa
saya suka dengan Kanashi. Saya sesungguhnya mau lanjutkan, tapi tidak mengerti
bagaimana caranya. Saya yakin, teman-teman lain tidak ada yang merekam ucapan
saya sebaik kamu, jika ucapan saya saja selirih itu.
Maka,
terimakasih. Saya terus mengingatnya, hingga menahun kemudian.
Ini
tahun yang ke 9.
sousa kanashimi wo yasashisa ni
jibun rashisa wo chikara ni
kiminara kitto yareru shinjite ite
mou ikkai mou ikkai
mou ikkai mou iikai?
Tambahan Februari 2020: Tulisan ini untuk teman saya, Mifta Chusnul Yakin.
No comments:
Post a Comment