![]() |
| Sumber: Gugel |
Kolom sosial media Sumirah dipenuhi ragam pujian dari warga dunia. Membuatnya pergi kemana-mana ditodong foto dan tanda tangan. Perusahaan kosemetik berlabel halal dan pakaian muslimah mendapuknya sebagai ikon.
Namun sayangnya, limpahan kenyamanan dari gelar kejuaraan yang juga bisa membuatnya keliling dunia dan diundang berbagai acara bincang-bincang itu, hanya berlangsung dua tahun. Di tahun ke tiga, ketika ia kembali meningkatkan rekornya, warga dunia mulai mengatakan, apa kamu nggak punya keahlian lain, Ra?
Belasan komentar berlipat menjadi puluhan dan puluhan menjadi ratusan, hingga ribuan. Maka seorang psikolog bilang, Sumirah mesti dirujuk ke psikiater untuk mendapat obat.
“Puasa dulu saja main rubiknya, Ra. Orang-orang mesti sudah bosan.” Kata menejer.
Sembari menelan pil anti depresan yang ia dapat dari psikiater, Sumirah menggeleng. Baginya mustahil menyiakan usahanya berlatih demi meningkatkan rekornya saban tahun. Dan lagi… ia mencintai rubik lebih dari sodoran iklan dan permintaan foto penggemar…
“Ini nggak seperti yang kamu pikir kok. Bukannya kamu saya suruh berhenti seterusnya. Biarkan setidaknya dua tahun mendatang muncul juara-juara baru. Biar media dan warga dunia beralih dulu pada mereka. Baru setelahnya, kamu muncul lagi dan mengalahkan mereka.” Lanjut perempuan berumur empat puluhan itu.
Maka Sumirah mengangguk dan benar saja, muncul juara-juara baru dua tahun berikutnya. Sayangnya, hal itu bukan berarti hidup Sumirah menjadi tenang. Perempuan bermata sipit itu mesti menghadapi komentar serupa dari warga dunia dua tahun berturut-turut, penurunan kualitas Sumirah ini. Bikin malu negara saja.
Di tengah latihan tekunnya selama dua tahun, Sumirah harus terus meminum pil anti depresan. Mimpi-mimpi buruk mencekiknya saban malam.
Dalam mimpinya, rubik-rubik sebesar bukit menimpa tubuhnya, membuatnya mati berkali-kali. Rubik yang dia cintai semenjak usia delapan tahun, permainan yang diajarkan mendiang ibunya dengan sebuah pesan, bersenang-senanglah dengan rubik, Ra. Buat dirimu dan semua di sekitarmu menjadi bahagia.
“Tahan, Ra. Ini klise tapi, usaha tidak bakal menghianati hasil. Kamu percaya, kan?” si menejer berucap disertai Sumirah yang tengah menahan tangis.
Dan hari itu, sorak sorai memenuhi GOR tempat Sumirah kembali merebut rekor. Sepulang dari GOR, dia melihat kolom komentar instagram pribadinya dipenuhi pujian membanggakan dari warga dunia. Pikirnya, ia bisa bersenang-senang kembali bersama rubik yang ia cintai.
Perempuan bertubuh tambun dan berkulit coklat itu memutuskan tidur dengan nyaman tepat pukul delapan malam. Jauh beda di hari-hari sebelumnya di mana ia baru bisa tidur menjelang pagi. Meski Sumirah tidak pernah tahu, kolom komentar di instagramnya makin penuh dalam semalam, selagi ia tidur.
Kalian ngerasa nggak sih, kalau ini settingan? tulis @aaronwaringin
Sengaja sih dia ngilang dua tahun buat sensasi, tulis @rasalokaldunialain
Hahaa… biar dapet endorsan lagi tuch, tulis @princedelavega
Bangga apaan? Kalau dia bukan perempuan berjilbab pertama yang dapat rekor, nggak menarik juga kok. Banyak yang lebih keren keless, tulis @siraon.thesun
Bagiku, muka dia biasa aja sih, tulis @fernandez.stella
Mbaknya kebetulan karena cantik aja. Makanya banyak yang care, tulis @lalalabirint_m



