Sunday, June 5, 2022

Memaafkan

 

Coreted by: Jatayu @rrobvnii

Mimpi itu punya traffic macam sosial media. Tapi jika saja saya sembarang cerita sering memimpikan orang ini sepanjang 2019, orang-orang barangkali akan mudah menyimpulkan,”Kamu ngarep sama dia ya?”

Padahal lebih dari siapapun, saya yang paling tahu mimpi yang isinya orang ini adalah bentuk trauma. Saya kerap bangun jam dua atau tiga pagi dalam kondisi menangis, merasa sesak dan marah. Di dunia nyata, saya gagal melawan dia yang sayangnya, dalam mimpi pun masih gagal juga.

Dia selalu datang dalam mimpi, menarik saya kemanapun dia mau dan rasanya sakit sekali. Lama-lama, Noval, seorang sahabat semasa SMK turut masuk dalam mimpi dan dia menarik saya pergi dari orang ini. Setelahnya, saya masih suka bangun jam dua atau tiga pagi dalam kondisi menangis, sesak dan marah. Bedanya, Noval memotong durasi mimpi yang biasanya. Jadi tiap orang ini mulai menarik saya, Noval datang dan membuat mimpi lebih cepat berakhir.

Kenangan baik dengan Noval ternyata trafficnya banyak, terekam dalam otak dan bisa juga terbawa mimpi. Jadi ini semacam traffic melawan traffic, kenangan baik melawan kenangan buruk, eksekusinya dalam mimpi.

Awal 2020 orang ini muncul lagi, namun tidak ada upaya menarik paksa atau membuat sesak darinya. Saya justru mendatangi dan memeluknya. Saya bilang padanya,”Aku memaafkanmu... Aku memaafkanmu...” meski lagi-lagi bangun jam dua atau tiga pagi dengan kondisi menangis, kali ini beda. Tangisan saya terasa lega. Tidak ada sesak atau marah di dalamnya...

Langsung saja saya mengirim WA pada Noval,”Aku mimpi dia lagi. Tapi nggak ada kamu nolong aku. Aku meluk dia dan nangis, kubilang aku memaafkannya.”

Noval pun membalas,”Harusnya memang gitu. Kamu menolong dirimu sendiri.”

***

Selamat ulang tahun lagi, Pop. Selamat juga sudah menemukan bahagia yang bahagia. Ciye, masih hidup.