Wednesday, September 28, 2022

Anak-anak itu yang layak dipilih... (Pengalaman Nonton Curahan Hati Perempuan TRANS TV)

 

Sumber: Gugel

2015 lalu, Maudy Koesnaedy sempat memandu acara yang cukup apik di Trans TV, Curahan Hati Perempuan. Salah satu episode yang paling saya ingat, seorang perempuan datang membawa putranya yang punya kelainan penyakit dalam. Putranya itu dia adopsi dari panti asuhan setelah menahun ia kesulitan punya anak.

Para pengurus panti sudah mengingatkan bahwa anak ini sakit, toh biasanya seseorang bisa dipastikan mengadopsi anak-anak yang sehat sebagai jaminan masa tua. Tapi perempuan ini malah menangis dan kembali ke kamar calon putranya itu tidur, memandanginya dari jauh. Namun dengan berbagai pertimbangan, ia pulang tanpa membawa si bayi.

Sesampainya di rumah, ia menceritakan pada ibunya bagaimana ikatan bisa tercipta antara hatinya dengan si bayi sakit. Hatinya menginginkan bayi itu, tapi apakah benar ia akan mengambil seorang bayi yang sakit? Hingga ibunya pun bertanya,”Apa niat kamu sebetulnya mengadopsi anak?”

Perempuan itu lagi-lagi menangis dan bertanya pada dirinya sendiri apa sesungguhnya niat dia memiliki anak? Apa sesungguhnya yang ia cari dari mengadopsi anak? Mengapa anak-anak sakit selalu jadi yang tidak terpilih?

Pada akhirnya, perempuan itu pun kembali ke panti. Si bayi sakit dibawa pulang, ia rawat dan biayai bersama suami hingga hari itu duduk dengan mata cerah di hadapan Maudy Koesnaedy, menyapa pemirsa Curahan Hati Perempuan. Saya menangis dan lagu Nobody’s Child seolah terdengar...

People come for children 

And take them for their own

But they all seem to pass me by 

And I am left alone

I know they'd like to take me 

But when they see I'm blind

They always take some other child 

And I am left behind

Saturday, September 17, 2022

Kereta (6)

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Bau shamponya seolah menusuki hidungmu, meski ajaibnya air malah mengucur dari celah matamu.

Kereta terus berjalan. Sepatu bootsmu yang baru dibeli tiga minggu lalu menarik perhatian seorang balita di hadapan.

Dengan sungkan ibu balita itu menanyakan beli di mana, harga berapa, apa ada ukuran dua puluh empat juga pernyataan ia pernah juga patah hati.

Kamu terbahak dan bau shampo itu makin menusuki hidungmu.

“Nomor dua puluh empat ada, Mbak. Tunggu Tiktok mereka live saja biar dapat potongan harga.”