Monday, January 22, 2018

Perempuan di Sekitar Saya: Melawan Hormon Jerawat, Gemuk dan Warna Kulit


Tempo hari, saya melihat postingan teman baik saya Robiatul Adawiyah alias Yaya di instastorynya. Dalam instastorynya, Yaya merepost informasi soal perempuan gemuk bernama Nabela dari faktanya google. Berhubung instastory Yaya sudah terhapus, jadi saya hanya menyertakan postingan asli dari instagram @nabela.

Sumber: Instagram

Sungguh saya menyayangkan bagaimana masih saja ada komentar-komentar tidak jelas, tidak lucu, apalagi rasional di kolom komentar faktanya google. Berikut beberapa komentar tersebut yang telah saya buramkan user namenya untuk menghindari persekusi terhadap si empunya akun.

Sumber: Instagram
 
Sumber: Instagram
 
Sumber: Instagram
Saya langsung saja summon akun teman baik saya Kartika Rose Rachmadini alias Rose di dalam kolom komentar postingan tersebut yang intinya mengenai perjuangan manusia melawan hormon, pun pada diri saya yang pernah kurus tanpa berusaha dan saat ini gemuk meski makan dengan ukuran wajar.


Sumber: Instagram

Sebelum saya cerita lebih lanjut soal Rose, dalam kolom komentar video Nabela di faktanya google, saya juga mendapati komentar-komentar postif dari para laki-laki. Beberapa dari mereka summon pacar, teman dan juga mengomentari dengan positif tanpa summon siapa-siapa.

Sumber: Instagram

Kemudian soal Rose. Rose sendiri teman baik saya semenjak SMP. Sejak kali pertama mengenalnya, Rose memang mudah dikenali dengan kelebihan bobot tubuhnya. Belakangan ketika kami sudah kuliah, saya juga sempat bertemu keluarganya Rose dari pihak ayah; antara lain kakek dan tantenya. Keluarga Rose dari pihak ayahnya, ternyata memiliki tinggi tubuh di atas rata-rata orang Indonesia dan juga bobot tubuh yang jelas jauh melebihi Rose. Rose sendiri tinggi badannya hampir sama dengan saya. Tinggi badannya ini agaknya menurun dari keluarga ibunya yang rata-rata tingginya seperti orang Indonesia kebanyakan.
Dengan semua yang saya saksikan, jelas sudah perkiraan saya bahwa Rose gemuk karena hormon yang diturunkan dari keluarga. Soal hormon keturunan juga berlaku buat warna kulit Rose yang cerah dan mudah diatur. Saya tidak bilang kulit Rose cerah karena warnanya putih, tapi indikator cerah bagi saya adalah kulitnya yang segar. Ketika keluar rumah, Rose hanya bermodal bedak tabur biasa dan lipstick, begitu saja wajahnya sudah segar.
Barangkali banyak yang tidak tahu bahwa Rose juga sudah berkonsultasi ke dokter untuk menghilangkan kelebihan berat badannya. Saya ingat Rose pernah cerita salah seorang dokter mengatakan gemuknya Rose adalah gemuk otot. Dirinya juga sudah berusaha minum obat pelangsing namun Rose malah kemudian telat datang bulan. Jarang makan nasi, berusaha hanya makan sayur dan buah pun sudah Rose lakukan. Semua yang saya ceritakan ini hanya sebagian saja yang pernah diceritakan Rose pada saya.
Belum lagi guyonan tidak lucu dari teman dan keluarganya seperti,”Ini anak dikasih makan apa, sih? Kok bisa segini besar?”
Rose sendiri saya kenal dari SMP sebagai siswi yang sangat kuat di bidang akademis. Bahkan menurut cerita dari neneknya, hingga kuliah Rose bisa mendapat beasiswa dari bidang akademis. Dirinya pun sangat baik berteman pada siapa saja, sangat asyik diajak curhat, mengobrol dan jalan-jalan, tidak pelit juga terhadap teman, meski saya cuma bisa balas dengan belikan dia novel obralan.
Memiliki bobot jauh di atas rata-rata tentu tidak nyaman dan pada aktifitas tertentu menganggu. Rose sedang berusaha membuat dirinya nyaman dengan caranya. Usaha yang dia lakukan hasilnya sangat pelan sehingga siapa saja dapat menghakimi Rose tidak pernah berusaha.
Ada juga teman saya Putri Sih Anekasari alias Putri. Putri memiliki tinggi tubuh di atas rata-rata perempuan Indonesia kebanyakan dan berat badan setara model yang beberapa kilogram di bawah berat badan ideal. Saat SMK saja, tinggi badannya sudah 165 cm. Rambut asli Putri tipis bergelombang dan kulit aslinya dia akui kusam.
Putri sendiri aktif di Paskibra sekolah dan memiliki nilai akademis yang bagus. Dirinya juga jago soal aktifitas fisik, nilainya selalu sangat baik saat pelajaran olahraga dan juga berbakat voli. Putri juga teman mengobrol yang dewasa, setia kawan dan tidak pelit terhadap teman-temannya.
Hingga sekarang, Putri memilih meluruskan rambutnya. Dirinya juga memilih menempelkan serangkaian bedak ketika keluar rumah agar wajahnya nampak segar. Putri sendiri sangat berusaha merawat jenis kulitnya dengan berbagai rangkaian pembersih dan pelembab yang bermacam-macam.
Pernah juga Putri bercerita, seorang kakak tingkat di jurusannya saat kuliah, mengirim DM padanya di Instagram. Kakak tingkat tersebut mengajak Putri ngopi setelah melihat fotonya yang full make up. Putri merasa tidak nyaman karena kakak tingkat tersebut sesungguhnya satu organisasi dengannya semasa kuliah. Namun, di masa itu Putri belum menemukan perawatan kulit dan rangkaian bedak yang pas dengan wajahnya. Semasa itu juga, kakak tingkat itu sama sekali tidak mengenalnya, apalagi mengajakanya mengobrol. Saya justru malah berpikir buruk, bagaimana jika kakak tingkatnya Putri itu menghina ketika tahu dirinya tidak memakai riasan? Untungnya, Putri cukup cerdas untuk menolak ajakan ngopi yang tiba-tiba itu.
Sebetulnya, tidak ada yang salah dari usaha Putri meluruskan rambut dan memakai riasan. Putri hanya ingin lebih mudah menata rambutnya dan merawat kulitnya. Itu semua hak masing-masing orang, bukan?
Oh iya. Saya pernah saat SMK melihat foto ibunya Putri. Perawakan ibunya itu betul-betul mirip Putri yang tinggi dan atletis. Bentuk tubuh Putri diwariskan dari ibunya. Porsi makan Putri saya ingat sangat banyak semasa SMK, namun tubuhnya terus meninggi dan dirinya tidak pernah kelebihan berat badan yang sampai kentara.
Kemudian teman saya Putri Wulandari alias Iwul. Iwul juga teman saya sejak SMK. Sejak SMK juga, Iwul memiliki masalah jerawat. Ini semua bukan soal penampilan, namun justru soal jerawat yang jumlahnya sangat banyak, gatal, sakit dan mengganggu.
Iwul sering bercerita pada saya bahwa ketika pergi ke dokter, jerawatnya itu divonis karena hormon. Setelah ditelusuri, ternyata semasa muda, ayahnya Iwul memiliki jerawat yang sangat banyak pun saudara-saudaranya dari pihak ayah. Sepupu-sepupu perempuan Iwul dari pihak ayah, juga mengalami hal yang sama. Adik laki-laki satu-satunya Iwul, justru tidak memiliki masalah jerawat dan jenis kulitnya itu diturunkan dari ibunya.
Tentu banyak yang tidak tahu, bahwa treatment untuk jerawat bagi masing-masing orang berbeda. Untuk Rose, Putri, Iwul dan saya juga sangat berbeda. Saya misalnya, hanya perlu memergunakan facial foam untuk menghilangkan jerawat. Harga facial foamnya? Hanya dua belas ribu.
Teman saya yang lain ada yang memergunakan es batu ketika berjerawat dan banyak treatment yang berbeda-beda. Tapi Iwul beda, jerawatnya itu menetap dan sangat banyak. Dia sudah berpindah-pindah dokter tapi belum juga menemukan obat yang efektif. Iwul bahkan jauh rajin membersihkan wajahnya ketimbang saya. Jenis kulit saya menurun dari ayah, ibu dan nenek yang bahkan ketika jarang dibersihkan pun sangat sulit berjerawat atau kusam. Teman-teman yang sedang membaca tulisan ini pasti sangat tahu bahwa biaya pergi ke dokter kulit untuk menghilangkan jerawat tidak semurah harga facial foam.
Iwul sendiri merupakan tukang bersih-bersih gratis di mushola sekolah. Dirinya terutama membersihkan tempat wudhu dan tidak ada yang menyuruh apalagi memerhatikan pekerjaan sukarelanya itu. Di daerah tempatnya tinggal, Iwul juga sempat mengajar di PAUD milik kampungnya dan sebuah TPQ. Soal gaji? Iwul kerja sosial dengan insentif yang sangat jarang turun. Kehidupan keluarga Iwul pun sangat sederhana, dengan rumah sangat kecil di sebuah kampung di tengah kota Malang. Iwul sendiri berhasil kuliah karena keinginannya yang kuat dan berhasil mendapat beasiswa.
Jadi sesungguhnya, setiap perempuan sangat ingin menjaga kesehatan dan membuat dirinya 'sedap dipandang'. Setiap perempuan seperti teman-teman yang sudah saya ceritakan di atas ini sudah berusaha dengan caranya masing-masing. Hanya saja, cara-cara tersebut ada yang langsung berhasil dan ada juga yang hasilnya lama. Para perempuan yang sedang saya ceritakan ini pun memiliki banyak kelebihan yang kasat mata pun sangat dapat dilihat.
Teman-teman saya ini tengah terus berusaha, sedang di lain sisi orang-orang yang memandang mereka berkomentar sekena hatinya. Penerimaan diri memang hal utama, mengakui bahwa bahwa diri kita, gemuk, berkulit kusam, berjerawat dan lain sebagainya. Penerimaan diri adalah pengakuan atas hal-hal yang diri sendiri memang miliki, membantu kita terus melanjutkan hidup dan lebih jernih memandang diri sendiri. Penerimaan diri bukan berarti pasrah.
Video Nabela sendiri, bukan menunjukkan kepasrahan namun justru penerimaan. Nabela menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang beauty vlogger yang berkreasi dengan seni rias wajah, tidak membutuhkan tubuh kurus dan kulit putih seperti yang jamak kita semua lihat. Siapa saja mampu dan berhak membikin karya, begitu pesan yang saya tangkap dari aktivitas Nabela.
Kepada semua orang termasuk saya, yang barangkali gemar berkomentar. Saya tidak hendak mengajurkan apa-apa. Saya hanya berharap, curhatan ini bisa menyentuh hati siapa saja…

Pagi ini, saya menuliskan curhatan ini dengan tinggi badan saya, 163 cm dan berat badan saya 69 kg.



Monday, January 15, 2018

Damai yang Mengaku Damai

Sumber: Instagram dan twitter yang bersangkutan. Untuk menghindari persekusi terhadap yang bersangkutan, saya memburamkan nama.

Sesungguhnya sangat terlihat mana yang mengatakan penuh kasih dan mana yang sungguh berpraktik penuh kasih.

Seorang teman mengunggah tulisan ini dalam instastorynya. Solidaritas dan kasih sayang terhadap golongan sendiri sering membuat terbakar memang.

Syukur setelah sedikit obrolan pribadi, teman kita ini menyadari pelampiasan solidaritas dan kasih sayangnya bisa disalurkan pada hal yang lebih tepat.

Menerima saran bukan perkara mudah dan teman kita ini sudah berbesar hati menerima saran tersebut.

Semoga kita semua bisa membawa damai. Mulai berhenti menulis atau membagikan ulang segala yang mengatasnamakan kasih, namun justru tiada membawa kasih.

🙏

Sunday, January 7, 2018

Komika Jaman Now, Gemar Sindir Islam (Eksklusif)?


 
Sumber: Instagram @fuadbakh

Postingan teman baik saya, Alfy Maghfira soal para komika yang memergunakan islam sebagai lawakan, membikin saya ingat materi lawakan serupa yang juga pernah saya tonton di salah satu acara Stand Up di Malang. Acara tersebut, diadakan oleh salah satu stasiun televisi swasta besar di Indonesia. Saya sendiri datang free pass dari akses seorang teman yang juga komika di sana.


Teman saya sendiri adalah seorang taat beragama, namun terselubung. Kecuali materi lawakan dari teman saya tersebut, sepanjang acara, hampir seluruh komika yang hadir membahas agama. Bedanya, bukan islam saja yang dibahas akan tetapi juga agama lain yang ternyata memiliki golongan yang merasa cemas dan menganggap apa yang di luar dirinya salah dan wajib dibawa pada kebenaran yaitu golongannya sendiri.


Alfy dan banyak teman-teman yang beragama islam tentu merasa gerah. Alfy sendiri saya tahu pernah belajar di pondok dan dirinya bukan golongan yang gemar menuding itu dan ini salah apalagi memaksa orang masuk dalam islam.


Sebelum mengobrol lebih lanjut, saya ingin ceritakan isi postingan teman saya Alfy. Postingan tersebut dia repost dari akun @fuadbakh. Yang menjadi pembicara dalam video tersebut adalah Ust. Zulkifli Muhammad Ali, Lc, MA. Dalam video, muncul beberapa komika antara lain Joshua Suherman dan Ge Pamungkas. Video lengkapnya sendiri, bisa teman-teman lihat di sini.


Selanjutnya saya mulai membuka ponsel pintar saya dan mencari informasi, dengan kata kunci ‘komika sindir islam’. Berita-berita soal Ge Pamungkas dan Joshua Suherman bermunculan paling atas. Salah satu beritanya berjudul Tak Hanya GePamungkas, Materi Stand Up Joshua Suherman Juga Dianggap Sindir Umat Islam. Judul berita tersebut, tentu memerlihatkan bahwa islam yang dimaksud adalah islam yang keseluruhan, apa betul demikian?


Semua hal ini mengingatkan saya pada materi islam inklusif VS eksklusif dalam salah satu sesi Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) Batu, Desember 2017 lalu. Melalui materinya tersebut, dijelaskan dua jenis islam; inklusif digarisbawahi sebagai mereka yang lebih luwes dan mampu menghubungkan hubungan sesama mahluk hidup dengan hubungan kepada Tuhan, sedangkan eksklusif digarisbawahi sebagai mereka yang mudah menjatuhkan vonis halal dan haram tanpa penjelasan dan mereka yang cemas karena merasa apa yang di luar mereka salah dan mestinya masuk dalam islam versi mereka.


Berikut transkrip percakapan yang ada di dalam video yang juga saya telusuri hingga akun @fuadbakh.


“Minum-minum bir ga papa! Yang penting ada dakwahnya disini!”


“Kalian ini menertawakan agama, hal-hal seperti ini tempat ini dibakar? Yang bakar masuk surga loh.”


Nilai yang bisa kita dapat dari kalimat pertama, sesungguhnya merujuk pada kita semua, beragama apa saja yang memiliki double standart, menjadikan agama sebagai tameng selagi untung.


Sedangkan pada kalimat kedua, sesungguhnya merujuk siapa saja yang ada di barisan islam esklusif. Lebih lanjut, selain mudah menjatuhkan vonis halal dan haram tanpa penjelasan, golongan ini mewujudkan kegelisahannya tersebut dengan penghancuran ekstrim seperti pembakaran bahkan bom, terhadap apa yang bagi golongan tersebut dianggap salah.


“Jakarta banjir beda omongannya. Wah, ini adalah cobaan dari alloh subhanahuwata’ala. Sesungguhnya Alloh akan memberikan cobaan kepada yang dia cintai. Cintaiiiii lah apaan?”


Lagi-lagi, kalimat yang saya transkip di atas merupakan wujud dari golongan yang esklusif tadi. Golongan ini buru-buru mengembalikan segalanya kepada Tuhan, tanpa telaah apalagi penelitian.


Sesungguhnya, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi fokus pembahasan para komika tersebut adalah golongan islam eksklusif, bukan islam secara keseluruhan. Kita semua bahkan pasti merasakan, jika sesama islam saja kerap menjadikan guyonan golongan islam esklusif, meski guyonan tersebut berlaku buat kalangan sendiri.


Kita tentu berharap, komika-komika yang telah dituduh melecehkan islam, betul-betul memahami jika konteks lawakan yang mereka bawakan adalah mengritisi golongan islam eksklusif, bukan islam secara keseluruhan. Kita semua tentu memahami juga, bahwa di dalam agama mana saja, selalu ada dua golongan; inklusif dan esklusif yang berkali-kali dibahas dalam tulisan ini.


Apa permasalahan ini dapat diselesaikan dengan vonis halal dan haram? Kita semua tentu berharap para pemuka agama ada yang bersedia menjabarkan bagaimana semua ini dapat menajadi halal atau haram. Vonis halal dan haram yang dijatuhkan serupa video yang saya kutip di atas pun tidak salah. Jatuhnya vonis tersebut adalah dari seorang yang berilmu. Bagaimana vonis tersebut dijatuhkan dengan kesan keras adalah agar umat tidak meremehkan perintah Tuhan. Masing-masing yang berilmu sedang melakukan tanggungjawabnya.


Mana yang lebih baik? Golongan inklusif atau eksklusif dalam islam? Sesungguhnya kedua golongan tersebut sama-sama sedang memerjuangkan kebaikan dengan cara masing-masing. Tidak perlu kita semua berdebat soal mana yang lebih baik. Banyak dari kita mengaku sebagai islam golongan inklusif yang lebih luwes dan terbuka, namun kita justru menghujat mereka yang esklusif karena dianggap merasa selalu lebih unggul. Padahal dengan demikian, kita sendiri sama dengan menganggap golongan diri sendiri yang lebih unggul. Lha… jadinya kan ya sama saja. Mana yang lebih unggul tidak patut dipermasalahkan, baru menjadi masalah ketika kita semua mengaku beragama akan tetapi malah gemar saling menyakiti.


Dan bagaimana dengan para komika yang terlanjur melemparkan lawakan yang dianggap melecehkan umat islam? Kita semua tentu berharap dari para komika tersebut atau bahkan komika lainnya, mampu membuat materi lawakan penyeimbang mengenai semua agama yang sesungguhnya memiliki dua golongan tadi. Materi penyeimbang di sini tentu akan mendidik kita semua sebagai penikmat stand up comedy. Tidak ada lagi sekadar tertawa, namun juga kita belajar bersama.


Oh iya, bagi teman-teman yang sedang membaca tulisan ini, saya berharap ada yang melanjutkan tulisan sederhana ini dalam bentuk yang lebih analitis. Dan tidak perlu juga meminta ijin kepada saya apabila hendak melanjutkan tulisan ini menjadi lebih analitis.

Semoga kita semua selalu bisa saling mencintai dan membawa damai.

Friday, January 5, 2018

(ARTI LIRIK) Bury Me Down By The River

Bury Me Down By The River


Kubur Saya Dekat Sungai
Bee Gees

I wasn't born in the morning, no
I must have been born in the night
I've done my load and I'll carry my load
And all I own is my life

Saya dulu tidak lahir saat pagi hari, tidak
Saya dulu lahir saat malam
Saya menyelesaikan beban saya dan saya akan membawa beban saya
Dan semua yang saya punya adalah hidup saya

I wasn't born to be lucky ,
'cause luck had no future with me
I've done my wrong and I'll sing, sing, sing my song
and stand beneath the hanging tree

Saya tidak terlahir dengan keberuntungan
Karena keberuntungan tidak memiliki masa depan bersama saya
Saya menyelesaikan kesalahan saya dan saya akan bernyanyi, bernyanyi, bernyanyi lagu saya
Dan berdiri di bawah pohon gantung

Bury me down by the river
Let all the towns people see
Their enemy's dead, let me lay, lay my head
Just put me down and set me free

Kubur saya dekat sungai
Biar semua orang di kota melihat
Musuh mereka mati, biar saya merebahkan diri, merebahkan kepala saya
Hanya letakkan saya sedalamnya dan biarkan saya bebas

I wasn't born as a rich man, no
A rich man I never, I never could be
I've done my wrong and I'll sing, sing, sing my song
And stand beneath the hanging tree (Everybody sing now)

Saya tidak terlahir sebagai lelaki kaya, tidak
Saya tidak akan pernah jadi lelaki kaya, tidak akan pernah jadi lelaki kaya
Saya menyelesaikan kesalahan saya dan saya akan bernyanyi, bernyanyi lagu saya
Dan berdiri di bawah pohon gantung

Bury me down by the river, lord no
Let all the towns people see, see
Their enemy's dead, let me lay, lay, lay my head
Just put me down and set me free
(I want to hear everybody sing)

Kubur saya dekat sungai, tidak tuan
Biarkan semua orang di kota melihat
Musuh mereka mati, biarkan saya merebah, biarkan saya merebahkan kepala
Hanya letakkan saya sedalmnya dan biarkan saya bebas
(Saya ingin mendengar semuanya bernyanyi)

Bury me down by the river
Let all the towns, let all the towns people see
Their enemy's dead, let me lay, let met lay, let me lay my head along
Just put me down and set me free (set me free)

Kubur saya dekat sungai
Biarkan semua orang di kota melihat
Musuh mereka mati, biarkan saya merebah, biarkan saya merebahkan kepala
Hanya letakkan saya yang dalam dan biarkan saya bebas (buat saya bebas)