Friday, February 26, 2016

Sebab

Sebab perkara sebab dirimu tidak jadi bunuh diri sebelum usia baliqh mesti dicarinya sebabnya.

Sunday, February 7, 2016

Timbal Balik


“Semua orang bisa berubah, Agni sayang. Buka saja hatimu buatnya.”
“Dia cuma salah seorang dari sekian banyak lelaki yang berlaku curang.”
“Astaga… semua orang berhak berubah dan punya kesempatan untuk itu bukan?”
“Dia bersenang-senang dengan sekian perempuan, menyentuh hati mereka, menyentuh tubuh mereka, membuat mereka membiayai hidupnya. Jika dia ingin berubah, silahkan saja, asal jangan sangkut aku.”
“Agni…”
“Kamu ngerti kan? Timbal balik itu nyata adanya…”
“Iya, tapi…”
“Dia barangkali memang dapat berubah. Tapi timbal balik atas apa yang dia lakukan bakal tetap ada; jika tidak padanya, mungkin ibunya, adik atau kakak perempuannya, atau bahkan pada anak hingga cicit perempuannya. Jika aku membuka hatiku buatnya, bukankah itu berarti, ibunya bakal jadi ibuku, adik atau kakak perempuannya juga bakal menjadi saudariku, anak hingga cicitnya pun menjadi anak dan cicitku.”
“Jadi, kamu tidak membiarkan dia memiliki kesempatan buat berubah?”
“Silahkan berubah, tapi tanpa menyangkut diriku.”
“Kamu merasa diri baik sendiri, Agni.”
“Apa kamu pernah melihat aku melakukan hal serupa dia sepanjang hidupku?”
“Tidak… tapi…”
“Jadi, jika dia mendapat balasan soal apa-apa yang pernah dia lakukan… pantas tidak? Para perempuan yang nantinya memiliki pertalian darah dengan aku, turut mendapat balasan.”
“Tentu tidak. Tapi, cobalah lihat dia. Dia menganggapmu sebagai gadis baik yang bisa mendukung perubahannya.”
“Itu hanya perilaku curang dia saja. Dia ngeri jika mesti hidup dengan perempuan-perempuan yang sudah dia ajak bersenang-senang itu. Dia paham, semua tidak bakal jadi hal yang baik buat dirinya, juga para perempuan yang memiliki pertalian darah dengannya nanti. Maka, selepas lelah bersenang-senang, dia memilih gadis baik untuknya sendiri supaya selamat hidupnya di kemudian hari.”
“Agni… entah apa yang yang dilakukan leluhurmu di masa terdahulu, hingga Tuhan memberikan timbal balik berupa dirimu yang over rasional seperti ini. Tuhan melindungi kamu, sayang…”

Thursday, February 4, 2016

Terlalu dan Kakehan

Terlalu banyak mendongak, bikin mata kelilipan.
Terlalu banyak melongok ke bawah, bikin leher pegal.

Kakehan ndangak, marai mripat kelilipen.
Kakehan ndingkluk, marai gulu cengeng.

ANOMALI


Untuk kamu, yang sudah semestinya aku ucapi terimakasih buat obrolan semalam.

Monday, February 1, 2016

Tuhan dan Rasul Dalam Sebuah Laman Pecinta Kucing



            Dalam sebuah laman Pencinta Kucing (PK) di facebook, Agni awalnya memilih menjadi anggota pasif yang sekadar melike kiriman foto dan info-info ringan perkara perawatan kucing. Laman tersebut haya disukai ratusan orang saja.
            Hingga satu waktu, si pemilik laman membagikan sebuah kiriman yang mengatasnamakan rasul sebagai pecinta kucing, akan tetapi informasi yang dibagikannya adalah perkara kastrasi pada kucing.
            Perdebatan pun dimulai, Agni langsung memertanyakan kaitan antara penggunaan kata ‘rasul’ pada kiriman tersebut.
            Yuk sayangi kucingmu, karena rasul adalah pecinta kucing. Mari… baksos kastrasi kucing yang berlokasi di…”
            Tulis admin pada kiriman tersebut dengan menyertakan daftar harga kastrasi.

            Kenapa sih, banyak yang mengatanamakan rasul ketika mencintai kucing?
            Rasul dulu kastrasi kucing ya?
            Kamu tuh, ngerti apa! Kastrasi itu buat menyelamatkan kucing biar enggak penyakitan.
            Tapi itu menyalahi kodrat. Gimana kalau kodrat kamu dipangkas macem gitu?
            Oh, agama X ternyata menyarankan kastrasi kucing.
            Pelihara kucing berapa lama sih? Pasti belum lama, jadi enggak ngerti soal kastrasi.
            Agama X kok gitu sih? Soal kastrasi…
            Ini sih akal pemilik laman buat jualan!
Agama X enggak gitu kok!
            Mending agama Y kalau gitu…
                                                                               Kamu itu ngomong berdasarkan ahli siapa sih?

            Perdebatan soal penggunaan kata rasul dan kaitannya dengan kiriman soal kastrasi kucing terus berlanjut. Agni sangat bergairah buat berada di dalamnya. Dia jadi salah satu orang yang gencar membagikan hasil perdebatan di kronologi facebooknya sendiri, dengan kebanggan penuh. Banyak teman facebook Agni yang turut melike laman PK di facebook, karena dimanjakan rasa penasaran soal perdebatan yang berlangsung. Perdebatan makin panjang ketika menyangkut perkara agama. Orang ramai-ramai berebut membela Tuhan masing-masing.
            Di mana si admin?
        Si admin sudah alih profesi dengan memposting gambar sepatu dan pakaian-pakaian yang dilengkapi daftar harga. Sebagian orang sibuk mengomentari gambar sepatu dan pakaian-pakaian itu dengan perdebatan yang sama; soal kucing, rasul, agama dan segala yang terkait. Sebagian lagi lebih suka menegosiasikan harga barang yang diposting pada gambar. Sebagian lagi tetap aktif berdebat sambil diam-diam mengirim private chat pada si admin buat memesan barang-barang yang diposting.
            Perdebatan terus belanjut. Postingan sepatu dan pakaian, sekarang ditambah juga dengan tas dan dompet. Agni dengan kebanggaan penuh, tetap gemar membagikan kiriman hasil perdebatan di kronologi facebooknya. Dia juga diam-diam sudah memiliki dua pasang sepatu yang dibelinya dari laman PK. Banyak orang juga melakukan hal serupa Agni.
            Tidak lama, nama laman berubah menjadi, Grosir Baju dan Tas Murah. Laman itu kini sudah disukai puluhan ribu orang. Perdebatan perkara kucing, rasul dan kastrasi tidak juga berhenti.

Antara Lelaki, Laki dan Agni

Agni memandangi lelaki yang memutar kendali setir di sisi kanannya. Lelaki itu terus saja mengoceh soal banyak hal. Soal bagaimana mencari dan memenuhi kebutuhan uang juga ada di dalamnya. Sehangat mungkin, Agni berusaha menanggapi setiap cerita dari Lelaki itu hingga si Lelaki makin berapi buat bercerita.
Namanya, Lelaki. Agni selalu disediakan sekantung penuh es krim olehnya. Cemilan favorit yang menemani dia mengetik skripsi.
“Aku ingin jadi dosen. Jenjang karirnya sepertinya bagus. Untuk penghidupan keluargaku juga nanti tentunya.”Ucap Lelaki yang ditanggapi mata bulat Agni yang berbinar.
Dengan Lelaki, dirinya merasa mantap buat hidup di hari-hari depan. Perkara lapar agaknya bakal jauh darinya. Apa dia kelewat mementingkan diri sendiri?
Tangan Agni berkali-kali juga sibuk mengetik BBM balasan di ponselnya. Pada satu nama yang mengikrarkan diri sebagai penganut sosialis. Dia tidak pernah mengoceh soal bagaimana mencari dan memenuhi kebutuhan uang. Tema besar seperti organisasi politik kampus dan sistem kenegaraan gemar dia sajikan di hadapan Agni. Sehangat mungkin, Agni berusaha menanggapi setiap pesan BBM itu hingga balasan yang dia terima makin berapi.
Namanya, Laki. Agni selalu diberikan ruang buat mendengar dan bercerita soal tema besar organisasi politik kampus maupun sistem kenegaraan. Sekali waktu Laki membelikannya segelas susu, sekali waktu Agni membalasnya dengan segelas kopi. Seringkali, mereka membeli susu dan kopi dengan uang masing-masing.
“Aku ingin jadi dosen. Aku mau merubah sistem di kampus.” Ketik Laki melalui pesan BBM yang dibalas emoticon peluk dan senyum oleh Agni.
Dengan Laki, Agni merasa keren bisa memikirkan banyak orang. Namun, perkara lapar bakal kah jauh darinya?
Agni belum memikirkan, mana yang mestinya dia sudahi.Tiga kotak rokok tidak membantunya sama sekali.
Catatan. Terinspirasi dari satu paragraf cerpen Matinya Seorang Demonstran, Agus Noor: Ratih sering bertanya pada dirinya sendiri, kenapa ia bisa menyukai dua laki-laki? Mungkin karena bersama Arman ia menikmati hidup. Sementara bersama Eka ia merasa ada sesuatu yang mesti diperjuangkan dalam hidup.
Saya terus terang kurang puas dengan penggarapan Agus Noor melakukan demonisasi pada tokoh Arman. Barangkali, memang karena latar peristiwa merupakan kehidupan mahasiswa dan situasi politik di era sembilan puluhan yang tentu beda jauh dengan sekarang. Saya sengaja penyajikan sebuah pergeseran.

Antologi Wanita 5 Musim

Baca juga, Andakah Wanita 5 Musim Itu? (Harian Surya)
AKSARA RENTAKA SIAR (ARS)
Pemerhati Aksara        : Tim MP3
Desain Sampul            : Ajar Hayu
Ilustrasi Cover & Isi    : Windha Dewi Wara
Tata Letak                   : Anisa Ae
“Salah satu bukti nyata kreativitas dan produktivitas mahasiswa adalah dengan diterbitkannya kumpulan cerpen “Wanita 5 Musim”. Cerpen ini menggambarkan tentang karakter wanita yang yang dilihat dan tergali dari berbagai sisi kehidupan nyata. Dengan bahasa dan tutur kata yang santun dan bermartabat, para penulis cerpen berhasil menggambarkan karakter wanita dengan segala ciri khasnya.”

Dr. Dedi Kuswandi, M.Pd-Wakil Dekan III FIP UM

Kara bagaikan pancaroba yang hidup di berbagai musim.
5 Musim Pancaroba, Salma Fauziah
Terkadang, dia dapat menciptakan segala suasana pada hidup semua orang. Hidupnya seperti musim.
Amang, Siska Novi
Aku lahir di bulan Oktober. Di tengah guyuran hujan deras yang memerah. Di musim hujan yang kelabu.
Arti Bahagia, Norma Rita Febri Utami
Namun ada satu lagi musim yang masih tetap utuh di hatiku. Musim rindu.
Cappucino September, Zahra Annisa
Dan di sanalah, ibu mengajarkan apa itu cinta. Cinta yang selalu bersemi di segala musim.
Cinta Yang Tumbuh Di Setiap Musim, Muhammad Arif Rizaldy
Aku juga mengetahui bahwa Taiga suka dengan hujan, baginya hujan adalah semacam candu yang tidak berbahaya di antara empat musim.
Five Seasons Of Death Goddes, Jauzy Nafighair
Akan kupersembahkan dia sebagai penebus dosaku pada Tuhan. Dia yang nantinya akan menemani hari-hariku mengurusi kuil.
Gadis Kuil, Fajrus Shiddiq
Dan lebih menyakitkan lagi, kasus penculikan dan pemerkosaan aktivis dihentikan dengan alasan kurangnya barang bukti. Bangsat!
Jalan Merah Perjuangan, Kukuh Basuki Rahmat
Gadis-gadis Gunung Harapan membuat musim kali ini menjadi musim kawin beramai-ramai.
Shaksita dan Kecupan-Kecupan Kecil, Teguh Dewangga
Kini yang terdengar hanya suara erangan yang terdengar di sudut ruangan tempat Raymond dan Lana menghabiskan malam berdua.
The Sacrifice, Dini Ria Pratiwi
Aku merahasiakan satu hal yang belum dimengerti oleh anakku. Aku takut, dia jika tahu. Aku takut dia dendam padaku, ibu kandunganya sendiri.
Darah Wanita, Ajar Hayu
Aku jatuh cinta pada kasih yang dibungkus dengan mulut kasarnya.
Ino dan Hoshi, Rosadelita
Aku akan selalu mengingatnya sebagai lelaki kopi. Wajah gelap dan pahit.
Lelaki Seribu Wajah, Esti Vita Ningtias
“…Kau hanya boleh menikah dengan suku kita, harusnya kau menjaga diri.” Sungut Bapak dengan tegas.
Martavan, Fahrul Khakim
Maria itu, balik menggenggam tanganmu. Kamu menyentuh bibirnya. Dia menyerahkan kemaluannya pada kamu.
Para Maria, Poppy Trisnayanti Puspitasari
Kini Marin semakin bertanya-tanya, apakah semua perempuan seperti Nuri, yang dapat merasa bahagia tanpa harus merasa cemas akan nasibnya sebagai seorang perempuan?
Pertanyaan Marin, J. Dika Sri Pandanari
Musim keramaian malam tercium lagi, menyeruakkan bau-bau kehidupan di kampung yang biasanya lengang.
Rembulan Lima Belas, Wahyunita Rahmawati
Ada begitu banyak pilihan untuk manusia ketika hidup. Mau hidup dengan warna-warna yang indah ataukah tanpa warna, itu tergantung pada pilihan sendiri.

Wanita Tak Berwarna, Einid Shandy