Thursday, July 23, 2015

Tiga Jalur Soal Rasa


Siang ini, saya mendapat pesan singkat dari seorang teman.

            Popy, bagaimana kau menahan diri untuk tidak SMS pada orang yang kau suka?

Tulisnya.

Awalnya, saya hampir merasa tega membiarkan si pengirim pesan ini untuk mengatasi semuanya sendiri. Dia orang yang tidak jarang mengejek cara saya berlogika soal rasa. Eh, sekarang malah sok tanya tips soal rasa. Hisssh! Ngejek ini orang…

Pada akhirnya, saya tidak tega juga dengan teman ini. Dengan niat mau pamer kecerdasan dan pengetahuan soal rasa, beneran! Saya ogah bantu tukang ejek satu ini. Akhirnya, saya merumuskan beberapa definisi selama sepuluh menit, yang barangkali bisa membantu dia terkait memahami rasa.
1.Logis
Logis adalah ketika kita menganggap seseorang yang mebuat kita memiliki rasa, bukanlah sosok yang terbaik. Hal ini bakal tercermin dari sikap kita yang santai ketika berjalan meraih hatinya. Kita juga tidak bakal kecewa berlebihan ketika gagal mendapatkan hati orang tersebut. Lagi-lagi karena kita sedari awal sudah menekankan dalam logika bahwa orang tersebut bukanlah yang terbaik, masih banyak orang yang jauh lebih baik dari dia.
2.Gengsi
Gengsi adalah ketika kita membuat berbagai macam cara agar orang yang membuat kita memiliki rasa, menghampiri kita terlebih dahulu. Seolah, dia merasa sangat butuh dan terkiwir-kiwir pada kita. Tidak jarang, kita yang mengambil jalan gengsi ini, malah merendahkan orang yang sebenarnya kita suka ketika mereka dengan nyata mau menghampiri kita terlebih dahulu. Jalan ini, sebenarnya merupakan cara untuk menutupi ketidakmampuan berjuang dan ketakutan atas penolakan.
3.Difensif
Difensif adalah ketika kita menganalisa mati-matian segala hal terkait orang yang membuat kita memiliki rasa. Analisa ini, cenderung bersifat hal negative yang entah nyata atau kita buat sendiri. Hasil analisa bakal mengerem rasa yang kita miliki pada dia. Sebenarnya, pilihan jalan ini hanyalah untuk mengerem rasa yang kita miliki supaya tidak terlalu dalam. Rasa yang terlalu dianggap bakal menyakitkan sehinggaada orang-orang yang memilih jalan ini.

Penggunaan tiga jalur soal rasa ini, tidak sepenuhnya tepat dalam semua kasus menyoal rasa. Logis bisa berguna agar seseorang yang masih berusia muda mudah untuk move up. Difensif bisa di pergunakan untuk melindungi diri ketika seseorang terjebak rasa dengan orang yang nyatanya tidak terlalu baik. Lalu gengsi? Dapat di pergunakan untuk menahan diri sebelum benar-benar mengenali karakter si dia, tentunya tidak perlu sampai tahap mengina loh ya…

With Muach,
Madame Emak.

Wednesday, July 15, 2015

Kepada Pacarmu (1)


Kepada Pacarmu, Sayangku.
Dari, salah seorang Maria.
Baca juga, Para Maria

Kepada pacarmu, aku hatur sebesarnya maaf. Empat tahun kamu tinggal dia lari, kata putus tidak ada. Di tahun tersebut, usiaku masih belasan, aku belum bertemu kamu. Aku masih sibuk dengan lelaki lain yang sinar matanya di sukai oleh ibuku. Bukan yang seperti kamu.
Sayangku, katamu kamu tidur berkali-kali dengan banyak perempuan. Aku tidak pernah cemburu. Sayangku, aku tahu, kamu tebar kata sayang dan pundak buat sandaran banyak perempuan. Aku sungguh ingin mencekik kamu.
Ilustrasi Maria, oleh Windha Dewi Wara
Pacarmu aku yakin tidak pernah tahu. Setelah kita bertemu, aku banyak mencuri sentuhan tanganmu, dengan debaran jantungku. Aku juga mencuri suaramu, dengan tawaku yang tergelak berlebihan.
Aku tahu, jika saja pacarmu tahu, dia bakal sakit dan luka. Dia perempuan, pun aku. Meski begitu, aku terus saja mencuri sentuhan tangan dan suaramu. Aku tidak ingin sakit, biar dia saja yang sakit.
Sayangku, kamu tahu, kan? Bahwa aku adalah seorang perempuan…
Maka dari itu, biarkan dia yang sakit, jangan aku.
Karena, Sayangku, kamu memanglah punyaku.

Baca juga, Kepada Pacarmu 2

Saturday, July 4, 2015

Yang Warna Matanya Pun, Aku Samarkan Jadi Lain.

-2012-
Untuk Tuan Abu, yang warna matanya pun, aku samarkan jadi lain.

Kamu membangun tanggul-tanggul penampung rindu di kalbuku.
Makin waktu, makin rata, menebar disini.
Mauku satu juang saja, kawan.
Tidak.
Tidak yang lain.
Aku kata, tidak!
Makin waktu, mata abu-abumu membuka ini
Dan itu.
Makin waktu,
Aku melegalkan banyak jam
Buat kamu
Tolong, satu juang saja.
Berhenti bangun tanggul-tanggul itu.
Please!