Thursday, June 27, 2019

.

Edit, Sumber: Lupa. Waktu nulis ini, keadaan sedang sangat buruk.

I lost my wings and broken inside

Monday, June 17, 2019

Tali Merah (1)

Coreted by: @unartifisial

Semuanya ada sepuluh orang dan kamu bisa melihat mereka sampai ke dalam tulang, gajih dan aliran darah. Namun yang satu itu beda, perempuan pula. Kecuali soal hitung menghitung dan fisika, semua yang kamu miliki, pula dimiliki gadis itu. Tidak, bukan cuma itu. Ia, gadis berambut cepak itu bahkan mampu membaca kenyataan lebih darimu. Yang satu itu kelak membuatnya punya nama, kehormatan dan duit melimpah. Kamu ingin menerkam dan mencekik gadis itu diam-diam, segera setelah bilang padamu,”Rambutmu standar industri banget, ini nggak keramas tiga hari sih aman. Nggak macam rambutku.” Receh, tidak penting, sekaligus ada ketulusan yang menggetarkan inti nuranimu. Ketulusan yang justru makin membuatmu ingin mematahkan tangan dan kaki gadis yang nyaris tidak memiliki alis itu, tepat hari itu, di hari pertama kalian berjabat tangan. Ah, tepatnya dia yang memaksa menjabat tanganmu lebih dulu.

Semasa Sekolah Dasar, kamu dicap sangat pintar dan punya teman begitu banyak. Disayang guru dan lulus dengan rata-rata sangat tinggi membikinmu masuk sekolah yang dicap favorit oleh masyarakat ketika sekolah menengah dan bahkan ketika kuliah pun, kamu dengan mudah masuk universitas impian orang banyak. Tapi gadis itu tidak, dia...

Dia menjalani hidup dengan tertatih-tatih, bahkan sesaat sebelum kalian bertemu. Jika hasil tes IQmu jenius, dia rata-rata bawah. Tapi, bagaimana bisa gadis seberbahaya dia IQnya hanya segitu? Bahkan jika tidak lebih dulu melempar ramuan itu di belakang punggungnya, kamu tidak yakin gadis itu akan menunduk ketika memandang matamu. Kelak ramuan itu, akan membuat gadis itu gelisah saban hari, menanti-nanti kamu sekeras hatinya dan meski Tuhan bilang jawabannya bukan kamu, dia akan ngeyel dan hancur pelan-pelan.

Maka ramuan itu mulai memunculkan tali tipis berwarna merah. Kamu mengaitkan tali itu lagi-lagi di punggung si gadis, segera setelah dia mengajakmu bercanda di depan kamar mandi. Dia berlalu saja, bahkan tanpa sakit hati ketika kamu tidak menggubris candaanya. Saat dia memunggungimu dan berlalu, segera kamu mengaitkan tali merah itu selapis demi selapis hingga berbulan-bulan berikutnya gadis itu kira dia mencintaimu; lelaki yang gemar minum, jauh dari imej relijius, seks sebelum nikah dan bahkan seksis setengah mati, sama sekali bukan tipenya dan bagaimana bisa ia lumpuh dan tetap merasa mencintaimu? Ramuan dan tali merah itu...

“Ini gambarmu? Wih, bagus ya...” ucap gadis itu bersemangat, ketika melihat buku catatan yang di bagian belakangnya terdapat gambar karyamu. Gambar yang ngasal saja sebenarnya.

Kamu tahu, perlakuan si gadis, apapun itu tidak istimewa. Ia berlaku sama pada delapan orang lainnya. Dan di hari terakhir acara tersebut, kamu melihatnya nyaris menangis waktu mempresentasikan ketertarikannya terhadap gender. Dia satu-satunya orang yang menaruh minat pada bidang itu, presentasinya disertai cerita bagaimana teman sekitarnya menanggung luka akibat perkosaan halus. Sekali lagi, dia menyentuh inti nuranimu dan jika saja membunuh seseorang tidak memiliki landasan hukum, kamu pasti mengambil pisau dari dapur terdekat dan merobek mulut gadis itu, mencacahnya jadi delapan belas bagian, lantas merayakan kemenangan. Empati... Sesuatu yang bahkan sulit menyentuh inti nuranimu sebanyak apapun membaca soal itu. Gadis itu, ia memilikinya...

Si gadis, bisa melihat delapan orang lainnya dengan jelas, sedalam tulang, gajih dan darah, kecuali dirimu. Kamu menyampuli dirimu rapat-rapat dengan jati diri yang lain; yang setia kawan, yang apa adanya dan yang... Ya, pokoknya sampul sekelas yang kamu buat saat itu, belum mampu ditembus si gadis.

Menahun kamu menaati tata cara beragama, demi mendapat pintu-pintu paling dekat dengan Tuhan. Pikirmu dulu, Tuhan paling sayang padamu dengan anugrah kedua bola mata yang mampu membaca dua halaman buku, hingga kelancaran akademis juga kamu kira bentuk kasih sayangNya. Namun rangkaian kesusahan dalam hidup gadis itu membuatmu sadar, Tuhan lebih sayang padanya. Dicap bodoh semasa sekolah, nilai kelulusan pas-pasan yang selalu membuat susah mencari sekolah hingga cap tidak normal dari sekitar karena kesusahan bergaul. Ketika masuk dan melihatnya sejauh itu, kelebat tepuk tangan dan pelukan hangat sangat riuh, berdesakan dan itu jauh... Jauh di masa depan gadis itu.

Ia autentik. Skenario pengalaman buruk dari Tuhan, membuatnya autentik. Jika kemampuan musik, menghapal ratusan buku dan menyelesaikan rumus-rumus fisika milikmu ternyata dimiliki jutaan orang serupa, tidak dengan gadis itu. Namun satu hal, pengalaman membunuh yang bukan cuma sekali membuatmu yakin bisa melumpuhkan gadis bergigi kuning itu. Meski diam-diam kamu menyesali mengapa pula belajar kelewat jauh. Jika saja kamu tidak bisa masuk dan melihat lintas waktu, bukankah itu tidak akan membuatmu secemas itu? Bukankah hidup akan jadi kejutan-kejutan manis dan sakit selagi kamu terus berlari dan dibodohi sesuatu yang namanya harapan?

Maka benar, jika kamu tidak ingin membunuh gadis itu. Kamu ingin membuatnya rusak dari dalam, pelan-pelan. Matamu tersenyum setiap kalian bertemu, semakin lama mengulur waktu kematiannya. Ya, meski tali merah itu bukan hanya pada gadis itu kamu lilitkan. Pada berikutnya, kamu betul mengulurnya 360 hari penuh. Dan masih kamu, yang habis-habisan mengaburkan peringatan dari Tuhan padanya atas kesakitan yang sedang dan akan kamu timbulkan.

Tali merah itu lama-lama berubah menjadi hitam, melilit dalam tulang, gajih dan darah si gadis. Otak dan hatinya pun makin sewarna, mulanya abu-abu dan ia mulai kesulitan menulis, hobi yang serupa milikmu, namun bagaimana cerita-cerita sehari-hari gadis itu bisa jauh memikat orang banyak ketimbang tulisan-tulisan hasilmu menghapal ratusan buku? Itu tidak adil.

Saban hari, tali-tali itu kian pekat disertai kelegaan luar biasa dalam batinmu. Satu orang lagi yang kelak bisa lebih cerah ketimbang dirimu, tengah menuju tamat dan ia... Adalah si gadis.

Sunday, June 2, 2019

Revenge Porn CL dan Bagaimana Kawula Sok Open Minded Menyikapinya

Saya membuka twitter dan melihat artis CL menjadi trending. Sebuah akun membagikan tangkapan layar dari instagram mantan CL. Isinya? Foto-foto mereka di tempat tidur. Meski telah ditegur beberapa orang, si pemilik akun berdalih ia hanya beropini dan menurutnya, gambar yang ia bagikan terkait dengan opini tersebut.

CL sendiri merupakan artis papan atas yang membintangi banyak judul sinetron, memiliki lagu sendiri hingga banyak kegiatan sosial. Selain semua itu, ia juga dikenal memiliki kemampuan akademis sangat bagus. Belakangan, mantan pacar Amerika Latinnya, sengaja mengunggah lebih dari belasan foto sekaligus yang isinya kebersamaan mereka di tempat tidur. Berita resmi mengenai CL bisa juga dibaca di sini.

Ketika media sekelas Tempo dan lainnya menyamarkan kasus CL dengan kalimat ‘foto mesra'. Dua media lainnya masih juga menggunakan kalimat ‘foto panas'. Bahkan kedua media tersebut mengunggah ulang foto mesra yang asalnya dari instagram mantan CL.


Sumber: Media bersangkutan

Sumber: Media bersangkutan

Sumber: Media bersangkutan

Tidak sampai di situ, di antara timbunan warganet yang menyadari penyebaran foto CL sebagai kasus kejahatan. Masih ada juga warganet yang menjadikan keperawanan CL sebagai candaan, sesama perempuan pula. Warganet jenis ini, saya beri nama; sok open minded tipe 1. Mereka menjadikan kasus CL hal remeh dan layak ditertawakan. Saran saya, jangan pernah berdebat dengan jenis ini, kecuali kamu akan dibilang kurang santai, tidak mengerti candaan dan tentu saja tidak open minded.
Sumber: Twitter
“Jadi, CL masih perawan apa enggak?” tulis salah satu akun.
Sumber: Twitter

“Njirrr ngakak gw.” Balas warganet lainnya.


Bagaimana kasus CL layak menjadi candaan? Sedang siapapun bisa menjadi korban, sekalipun melakukan seks di dalam nikah. Dilansir dari magdalene.co , dari sisi pelaku, 61 persen di antaranya adalah pacar, mantan pacar, suami, dan mantan suami, sementara sisanya adalah orang lain, teman, kenalan, bahkan orang yang tidak dikenal. Hal ini menunjukkan bahwa, jenis-jenis kekerasan terhadap perempuan dalam ranah privat dan hubungan intim meluas bentuknya melalui dunia maya.

Upaya membuat malu, menghancurkan karakter hingga karir dan hubungan sosial, menjadi kata kunci dari kasus CL. Warga biasa sekalipun, akan hancur, ketakutan dan luka ketika menjadi korban, apalagi publik figur yang dikenal begitu banyak orang dan banyak jaringan. Belum lagi kasus demikian banyak pula menjadi dasar pemerasan baik uang maupun seksual. Kasus pemerasan demikian dapat dibaca selengkapnya di Sebar Video Bercinta dengan Pacar, Kiki Dihukum 6 Tahun Penjara.

Kasus CL sendiri disebut sebagai revenge porn. Dikutip dari tulisan Arman Dhani yang berjudul Seks Menyenangkan Tanpa Balas Dendam, revenge porn adalah tindakan mempublikasikan konten seksual seseorang yang dilakukan mitra atau mantan kekasih tanpa sepengetahuan orang yang bersangkutan.

Kita semua tentu ingat, bagaimana kasus pembawa acara musik LM ketika video mesranya tersebar. Selain LM, masih ada juga CT yang terlibat dengan pria yang sama. Bedanya, video mereka disebarkan orang lain, bukan dari mereka yang terlibat hubungan seksual. LM yang saat itu menjadi brand ambassador beberapa produk, langsung lengser dari statusnya. CT sendiri menghilang hingga beberapa tahun berikutnya. Tidak bisa dipungkiri, imej menjadi hal penting dalam industri. Hilangnya imej, bisa jadi sama dengan hilangnya posisi di industri, meski belakangan LM bangkit dengan bermain apik di berbagai judul film.

Kasus jenis ini juga terjadi pada temannya teman saya. Sebagai anak kuliahan dengan fisik standar industri, ia ngotot terus bersama pacarnya yang kerap selingkuh. Teman saya pada mulanya menganggapnya naif. Namun ketika tidak sengaja membuka galeri foto temannya itu. Ia mendapati video seorang perempuan tanpa penutup tubuh bagian atas. Belakangan baru diketahui, video itu dibikin temannya itu bersama pacarnya dan menjadi konsumsi bersama. Video demikian, agaknya menjadikan temannya teman saya ini berat melepaskan pacarnya itu. Namun kini, temannya teman saya itu sudah berganti pacar, entah bagaimana prosesnya. Tapi seberapa banyak orang yang terjebak hubungan beracun macam ini dan tidak bisa lolos?

Lain cerita dengan seorang kenalannya kenalan saya, pernah pula dijadikan budak seks dengan ancaman foto telanjang. Jadi ia harus menuruti permintaan hubungan seks si pemilik foto kapan saja, sekalipun ia ingin lepas. Mulai berpikir ternyata ada banyak CL di sekitar kita?

Selain kaum sok open minded tipe 1. Ada juga kaum sok open minded tipe 2, dalam kasus CL. Yang macam begini, seolah paling tahu bagaimana budaya barat bekerja dan menuduh bangsanya sendiri sebagai polisi moral.


Sumber: Twitter

“Lol. Foto2 mesra CL sbnrnya biasa aja cm yaaa di indo kan polisi moral nya banyak apalagi urusan selangkangan.” Tulis salah satu akun.

Sumber: Twitter

“Ga psikopat jg memang sd biasa kehidupan bule memang seperti itu, ga kaget.” Balas akun lainnya, ketika salah satu warganet mengatakan mantan CL psikopat.



Sumber: Twitter

“Apa sih masalahnya CL foto mesra diatas ranjang sama pacarnya...? Banyak netizen Indonesia ini sok moralis, padahal bedanya hanya publis dan tidak publis. Soal bersama pacar diatas ranjang hampir sama semua.” Warganet lainnya lagi berkomentar.


Padahal, dikutip dari CNN.com, revenge porn, or the nonconsensual posting of nude images of an individual online, usually by a now-ex-boyfriend, is one of those newest categories of crimes that didn't really exist until technology made every image available worldwide in an instant. Kata kucinya? Konsensual. Penyebaran tanpa konsensual atau kesepakatan? Itu revenge porn.

Di negara-negara barat yang disebut para warganet sok open minded sebagai hal biasa. Revenge porn justru memiliki landasan hukum kuat dan bahkan korban bisa mendapat kompensasi. Dilansir dari New York Times , in 2014, the woman, who was listed as Jane Doe in court documents to protect her identity, sued her former boyfriend, David K. Elam II, in United States District Court in California to get him to stop. Four years passed, until the court awarded her $6.4 million on April 4, in one of the biggest judgments ever in a so-called revenge porn case.

Jadi kasus CL, bukan menyoal siapa moralis atau seberapa biasa saja gambar yang diunggah mantannya. Sekali lagi, mengunggah foto atau video intim tanpa kesepakatan adalah revenge porn. Apalagi jika ditujukan untuk menghancurkan seseorang yang disebar gambar atau videonya. Masih dilansir dari New York Times, at least 36 states have some laws that penalize the nonconsensual distribution of intimate images, representing a national patchwork of different standards and punishments for an activity that transcends borders. Jadi bahkan, di negara-negara barat yang menurut warganet sok open minded ‘kasusnya biasa saja' ini, justru sekali lagi jelas landasan hukumnya.

Di Indonesia sendiri, kasus demikian juga memiliki landasan hukum apalagi disertai pemerasan. Kasus Kiki yang saya sebut di atas misalnya, ia mesti mendapat ancaman hukuman enam tahun penjara. Namun bagaimana dengan korban dan foto atau video yang telah tersebar? Sampai kapan sebarannya akan berhenti dan seberapa lama korban bisa pulih?

Terakhir, opini mbaknya ini masuk banget sih. Gelar warga Indonesia paling open minded sepertinya bisa jatuh ke dia tahun ini.



“CL diexpose foto syurnya sama mantannya terus kalian tau kan headline beritanya? Iya, masalain CL yang foto syur, bukan masalahin mantannya yang share foto syur. Lol, go home, media selalu mabok bahas ginian.” Tulis @astarisburn 

Nah, ini kasus CL ada berbagai sudut pandang yes. Tidak akan saya eksekusi semua, justru   menanti orang lain-lain ini yang eksekusi. Biar saya cukup di bahasan kawula sok open minded ini saja. Nanti bisa dalam sudut pandang media seperti mbaknya yang saya sebut di atas, bisa juga soal penanggulangan revenge porn dll.

Catatan Oktober 2021:

Tulisan ini sempat saya arsipkan karena merasa susunannya tidak rapi dan terlalu kasar apabila dibaca para penyintas.

Namun beberapa bulan lalu, seorang teman beda fakultas bertanya mana tulisan saya tentang ini, bukankah pernah diunggah di blog? Lalu saya utarakan nggak srek dengan tulisan ini. Tapi dia bilang, dia butuh baca, orang lain juga.

Jadilah hari ini saya keluarkan tulisan ini dari arsip. Kepada semua kritik dan saran, silakan masuk ya...