Monday, May 18, 2020

Merayakan Renyahnya Jadi Mahasiswa dalam Idealisme Telur Setengah Matang, Karya Dani Alifian

Kaver depan dan belakang. Sumber: e-book ITSM

Idealisme Telur Setengah Matang (selanjutnya disebut ITSM). terdiri dari dua puluh tujuh esai. Delapan di antaranya pernah dimuat di berbagai media sedang sisanya, barangkali tidak akan pembaca temukan selain ketika membaca buku ini.

Dani memiliki format tetap dalam dua puluh tujuh esainya. Ada pembuka, isi dan penutup. Tidak lupa, kutipan buku dan wawancara dari tokoh pula disertakan, bahkan bisa terdapat lebih dari dua kutipan dalam satu tulisan. Tapi tenang saja, tulisan-tulisan dalam ITSM ternyata jauh dari guyonan garing yang biasanya diupayakan Dani ketika menjadi kontributor Terminal Mojok. Namun ternyata, tulisan yang jauh dari upaya me-Mojok-kan diri ini justru membuat gagasan Dani lebih mengena dan runtut. Dari segi teknik menulis, sebagai awalan Dani telah mapan.

Meski sayangnya, untuk mencapai esai pertama, pembaca mesti melihat pembukaan buku yang cukup panjang. Di dalam pembukaan ITSM, ada ucapan terimakasih, pengantar para tokoh, testimoni, hingga kesan dari rekan dan ya, semuanya bertumpuk di bagian awal. Dalam buku-buku selanjutnya, agaknya penulis mesti membagi tumpukan kata pengantar dan lain sebagainya tadi di awal dan akhir buku. Penumpukan ini pun sesungguhnya wajar. karena barangkali penulis ingin memerkenalkan dirinya kepada pembaca yang berujung proporsi buku menjadi kurang seimbang.

Kemudian bagaimana dengan isi? Mari kita mulai dengan esai pertama berjudul Kesadaran Sosial Vis A Vis Media Sosial. Esai ini diawali dengan kutipan yang merupakan salah satu inti dari apa yang hendak disampaikan Dani. Begini isinya,’Manakah yang lebih esensial, antara hijrah lewat media sosial dan kesadaran sosial? Banyak yang beranggapan menjadi manusia seutuhnya dengan hijrah, tanpa sadar peran dan manfaatnya bagi manusia lainnya (sadar sosial). Sudah benarkah, atau justru kesadaran sosial lebih utama ketimbang hijrah yang setengah-setengah.’ Dilanjutkan dengan kutipan wawancara tokoh, isi, kutipan Al-Qur’an, isi, kutipan tokoh dan terakhir penutup. Demikianlah lebih jelasnya, gambaran format tetap Dani dalam hampir seluruh ITSM.


Isi buku. Sumber: e-book ITSM

Soal gagasannya apa ITSM membawa kebaruan? Hal ini relatif ternyata. Semua tergantung siapa yang membaca tulisan ini termasuk latar belakang pendidikan, buku bacaan dan pergaulan. Para dosen yang mengapresiasi ISTM melalui pengantar dan testimoni misalnya, belum tentu menganggap kumpulan esai ini membawa kebaruan. Hal ini menjadi terang karena Dani masih menulis menggunakan tumpukan teori dan analisa-analisa tekstual yang telah jamak dibahas. Dan dosen-dosen ini bisa jadi telah mengakses bahasan serupa sebelumnya, bahkan lebih dalam.

Pola memberi kutipan setelah judul pun diulang dalam dua puluh enam esai ITSM selanjutnya. Dani kadang meletakkan salah satu inti tulisannya sebagai kutipan, kadang juga ujaran para ahli yang ia letakkan di sana. Dani agaknya berusaha betul merekam hasil belajarnya dari membaca sehingga tidak segan, dalam satu tulisan terdapat lebih dari dua kutipan tokoh.

Terlepas dari banyaknya kutipan tokoh dan analisa penulis yang tekstual dan telah banyak dibahas, apakah ITSM lantas menjadi buruk? Jawabannya tidak. Ini justru adalah awalan Dani berani menulis. Ia mau membaca, menganalisa dan menuliskan semua dalam gaya bahasanya sendiri. Kelak, Dani dalam prosesnya pasti akan menemukan jati diri hendak membahas apa dan dengan gaya bagaimana. Kelak pula, ia mesti akan menemukan cara bagaimana menulis analisa tekstual yang bukan pengulangan. Barangkali, ia bahkan bisa memadukan analisa tekstual dan kontekstual, memadukan hasil bacaan dengan kenyataan.

Terlepas pula dari beberapa salah ketik dan kalimat kurang efektif, ada pula esai-esai ITSM yang sebenarnya berpotensi membawa kebaruan. Empat di antara tulisan-tulisan tersebut antara lain; Antara Humas Kampus dan Pers Mahasiswa, Sastra: Meretas Hati Nurani, Realita Anak Semester Empat dan Merawat Toleransi. Mari kita bedah satu per satu…

Antara Humas Kampus dan Pers Mahasiswa, esai ini menjadi menarik karena sekalipun tanpa menyertakan kutipan tokoh, Dani ternyata menceritakan perjuangannya membentuk UKM menulis di kampus. Pengalaman demikian barangkali dialami pula oleh orang lain, tapi bagaimana juga apa yang betul-betul dihadapi dan dirasakan seseorang dengan pengalaman serupa? Hal ini yang membuat tulisan-tulisan satu ini menjadi lebih mahal.

Sastra: Meretas Nurani, kali ini Dani membawa kutipan tokoh dan meski demikian, upayanya merenungkan kutipan tadi terhadap dirinya sendiri justru menjadikan tulisan ini punya daya tarik. Dani telah berupaya menyatukan kutipan tokoh dengan kenyataan yang dekat dengan dirinya.


Isi buku. Sumber: e-book ITSM

Realita Anak Semester Empat, lagi-lagi di sini Dani tidak menyertakan kutipan tokoh. Ia pun menyertakan humor dalam porsi yang tidak berlebihan atau paksa me-Mojok-kan diri, ya mesti cara bercandanya tetap berbau Mojok juga sih. Namun guyonan undangan pernikahan mantan di tengah bahasan beban tugas tugas kuliah dan kenyataan lainnya, sekali lagi diletakkan tidak berlebihan. Letak guyonan yang pas ini justru bisa memantik tawa pembaca di tengah perenungan. Pengalaman nyata yang dekat dengan sekitar dipotret dengan luwes pula dalam tulisan ini. Keluwesan ini barangkali karena penulis sendiri masih menjalani semester empat.

Merawat Toleransi, tulisan ini dibuka dengan pengalaman nyata Dani mengikuti kegiatan lintas iman di Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC). Sayangnya, Dani tidak menyertakan kepanjangan YIPC dan pada paragraf selanjutnya, analisa tekstual yang sudah berulang dibahas dalam banyak tulisan sejenis malah ditonjolkan. Pengalaman nyata yang justru berpotensi menjadi kebaruan justru hanya menjadi pemanis di awal tulisan. Masalah ini tidak hanya terjadi dalam tulisan ini, tiga tulisan yang saya sebut di atas pun memiliki pola serupa.

Dani sebetulnya telah memotret isu-isu yang dekat dengan dirinya. Sebagai mahasiswa yang ternyata juga santri, ia telah mengalami fase-fase seputar merasa wajib membahas HAM, mengritik otoritas kampus hingga membahas sarung Ma’ruf Amin. Tulisan-tulisan dalam buku ini memang layak dikumpulkan menjadi buku untuk menandai fase yang dapat disebut sebagai renyahnya jadi mahasiswa. Agaknya, pasar tulisan dalam ITSM adalah mereka yang menjalani fase serupa Dani. Namun tidak menutup kemungkinan, Dani bisa memerluas pasar tulisannya seiring dirinya menjalani fase-fase baru kelak. Akses pengetahuan dan pergaulan yang berkembang, tentu akan memengaruhi bahasan-bahasan selanjutnya dari seorang Dani Alifian. Ya, kita nanti saja…

Judul : Idealisme Telur Setengah Matang
Penulis : Dani Alifian
Editor : Izza Rahmatika
Desain Cover : Derry Prastyawan
Cetakan pertama : Mei, 2020
Ukuran : 14,8 x 21 cm
Tebal : xxviii + 186
ISBN : 9786239299255
Penerbit              : Kali Pustaka

Tuesday, May 12, 2020

Mati Jalur Indie

Sumber: Gugel

Dari sekian cara mati, melalui tanganmu tidak masuk dalam hitungannya. Serupa dalam penerbitan mayor, mati di tanganmu juga melalui seleksi dan mesti juga melalui standar-standar yang kamu buat. Maka mati melalui jalur independen, indie, menjadi pilihan mutlak buatnya meski di tanganmu ia lolos seleksi.

Setidaknya, memilih racun serangga atau menyayat nadi, menjadi penuh atas kesadarannya dan bukannya upakara darimu sama sekali. Demikian, ia merasa terhormat lagi merdeka.