Thursday, February 24, 2022

Kegilaan

Sumber: Dokumentasi pribadi


Di usia yang ke 25, teman-temannya mulai sibuk mempersiapkan pernikahan, daftar LPDP, bahkan mulai merantau ke berbagai kota. Namun ia justru gila.

Tidak ada ingatan tersisa soal siapa dirinya, yang mana ibu, di mana rumahnya. Ia hanya ingat kucing hitam putih itu miliknya, kesayangannya dan bapaknya yang terpaksa memelihara demi kesembuhannya juga.

Sebelumnya ia percaya, semua orang di muka bumi ini pada dasarnya baik. Ia juga terlampau percaya diri bahwa semua orang pasti bisa disentuh hatinya. Cinta itu nyata.

Hingga pertemuannya dengan kedua orang itu. Yang bagaimanapun ia sodorkan cinta buat mereka, tetap saja tikaman yang ia terima. Egonya bisa jadi terluka. Ia ternyata bukan si ajaib yang bisa menyentuh hati siapa saja dengan kekuatan cinta.

Kedua orang itu juga menikam siapa saja yang selain dia semaunya. Cinta yang ia sodorkan dilirik mereka saja tidak. Bagaimana bisa mereka tetap berjaya? Bukankah konsep yang ia terima sepanjang hidup, cinta selalu menang melawan yang batil?

Jadi dia gila.

Memutuskan gila juga tepat.

Sukmanya ada di antara dunia yang pekat biru langit dan dunia lain di bawahnya. Tersendat di sana, tidak ke atas, tidak ke bawah.

Dia menyerah tapi berdalih ingin dekat dengan yang maha kuasa. Konsep cintanya lebur lagi hancur tapi berdalih ingin ibadah ritual saja selamanya...

...tanpa terhubung lagi dengan manusia. Manusia yang hanya melukai konsep cintanya, mematahkan hati saja.

Tapi seorang uztad memberinya kisah 100 tahun beribadah. Ia tidak dimarahi. Ia juga tidak sedang diajak bersedih. Namun tangis dan rasa marahnya keluar serentak.

Kisah itu mencubit inti hatinya. Kisah itu adalah dia. Jadi air matanya berleleran.

Ia mengakui takut menghadapi kekecewaan, kerumitan hidup di dunia, jadi kabur dengan berdalih ingin dekat Tuhan saja.

Ia pengecut.

Ia tahu itu.

Jadi kisah 100 tahun beribadah membuat air matanya tidak juga berhenti. Ia ada di sana, dalam kisah itu. Manusia yang mengira ibadah ritual saja cukup aman dilakukan, tidak seberbahaya bersinggungan dengan manusia-manusia lain.

Kemudian pelan-pelan ingatannya kembali. Ia ingat siapa dirinya, yang mana ibunya, juga di mana rumahnya.

Erich Formm pernah berkata:

Maka dari itu, keinginan terdalam manusia adalah keinginan untuk mengatasi keterpisahannya, meninggalkan penjara kesendiriannya. Kegagalan mutlak dalam meraih tujuan ini berarti kegilaan, karena rasa panik akibat keterasingan total hanya dapat diatasi dengan menarik diri secara radikal dari dunia luar sehingga rasa terpisah itu sirna—karena dunia luar, tempat seseorang terasing itu juga sirna. (Seni Mencintai:18)

Ketika manusia lain melakukan hikikomori, dia malah meraga sukma. 

Friday, February 11, 2022

Negasi Kejahatan

 

Sumber: Gugel

Ada tukang selingkuh, sepakat menyingkirkan istri sah bareng selingkuhannya. Istri sah berhasil dihempas dengan dua anaknya tanpa nafkah, tanpa permintaan maaf.

Kemudian si tukang selingkuh membentuk persona agamis di media sosialnya. Tidak ada hari tanpa bicara perbuatan baik disertai dalil. Orang-orang berkerumun makin banyak, mengikuti akunnya, menyatakan kekaguman.

Persona agamis itu membuat orang-orang yakin, si tukang selingkuh sudah berubah dan yang demikian disebut hidayah. Mantan istri sah dituduh tidak pemaaf ketika coba mengungkap luka dan hak anak-anaknya. Hingga menahun berikutnya, si tukang selingkuh terus berbicara soal agama, setara mereka yang membaca kitab saban hari dan mempraktikkan isinya.

Ada tiga nyawa yang kesulitan makan dan biaya sekolah pada berikutnya...

Ada tukang bully, menyingkirkan temannya dari komunitas karena dianggap pesaing. Temannya tadi berhasil dihempas tanpa permintaan maaf atau yang sejenis rekonsiliasi.

Kemudian si tukang bully membentuk persona feminis di media sosialnya. Tidak ada hari tanpa bicara women support women. Orang-orang berkerumun makin banyak, mengikuti akunnya, menyatakan kekaguman.

Persona feminis itu membuat orang-orang yakin, si tukang bully anti penindasan. Korban lamanya melihat ia divalidasi banyak orang lantas ragu apakah pembullyan yang ia alami dulu nyata. Hingga menahun berikutnya, si pembully terus bicara feminisme setara mereka yang menangani kasus kekerasan di lapangan.

Kali ini muncul pesaing baru di tempatnya kerja dan saban hari si pembully menindasnya...

Ada pelaku kekerasan seksual, korbannya trauma berat dan tidak tahu harus melapor kemana. Korban berhasil dihempas dari lingkungan tempat mereka bertemu. Negasi dari pelaku bahwa kejadian itu kurang bukti juga terus dilancarkan terhadap korban.

Kemudian si pelaku membentuk persona nasionalis di media sosialnya. Tidak ada hari tanpa bicara cinta bangsa dan anti korupsi. Orang-orang berkerumun makin banyak, mengikuti akunnya, menyatakan kekaguman.

Persona nasionalis itu membuat orang-orang yakin, si pelaku kekerasan seksual pro keadilan. Korban lamanya makin menyembunyikan diri setelah melihat ia divalidasi orang banyak. Hingga menahun berikutnya, si pelaku tetap bicara nasionalisme setara mereka yang keukeuh mengungkap kasus korupsi di sebuah desa kecil tanpa sorotan media.

Pelaku menciptakan korban baru. Di hadapan mereka selalu ia pamerkan seberapa banyak orang mempercayai dirinya...

Lalu kita pun bertanya-tanya, seberapa berat mengakui kejahatan ketimbang mengumpulkan begitu banyak orang lantas membangun citra?

Adakah kita salah satu dari para pelaku ini ternyata?

Wednesday, February 2, 2022

Tutorial Menanggapi Kasus Kekerasan Seksual Tanpa Perspektif Korban

 

Sumber: Gugel

Kok nggak lari atau teriak?

Tiba-tiba badanku kayak lumpuh, mau teriak nggak bisa, lari apalagi.

Baru lapor kok setahun kemudian?

Pelaku citranya bagus, aku takut ceritaku dianggap nggak valid.

Kalau nggak ada saksi, berarti bohong.

Pelaku menggiring aku sampai berdua saja.

Pelaku tuch udah tau mana cewek yang layak digenitin.

Aku ramah pada pelaku dan semua orang. Tapi hanya kamu yang menangkap keramahan itu sebagai genit.

Pelaku sama aku nggak pernah aneh-aneh tuch, berarti nggak mungkin lah dia gitu.

Berarti kamu harus mengalami dulu, baru bisa percaya

Kalau nggak lapor polisi, berarti fake korban.

Aku sudah lapor pada pihak berwajib tapi oknum di sana mengatakan persis lima kalimatmu di atas. Hatiku hancur dan aku memutuskan mundur.

 

Catatan:

Tulisan ini dibikin 2020 lalu di Instagram. Sangat banyak tulisan saya soal bullying dan kekerasan seksual yang tercecer di Instagram sepanjang 2017-2021. Tulisan ini satu dari sedikit yang sempat tersimpan.

Tuesday, February 1, 2022

Surat ke 16.2


Jepreted by: #AnomaliKreate

Berharap kita bersama-sama ketika kembali ke sana nampaknya memang manis. Tapi justru yang demikian ternyata bikin saya bertanya-tanya, tidak adakah hari ini, nanti sore atau esok hari?

Sebetulnya apakah kita sama-sama tidak melihat harapan bersama hari ini, nanti sore atau esok hari? Jadilah kita menghibur hati,”Bersama ketika kembali ke sana kan bisa juga...”

Saat ini, seolah kita sedang jadi yang paling paham, segala yang hidup pasti kembali ke sana. Didengar bagaimanapun, kita terkesan mencintai Dia saja, meyakini dari gusti kembali pada gusti, kepemilikan bagi kita adalah kosong. 

Padahal ternyata, kita sedang menerapkan ego kepemilikan yang lain...