Saturday, November 26, 2016

Romadhon, Kesatria Kursi Merah (Rekam Mundur TK, Tahun 1999)


“Kenangan selalu hapal jalan pulang.”
Djoko Saryono

Saya sekolah di TK Perwira, satu-satunya Taman Kanak-Kanak yang ada di daerah saya pada 1999. Kursi warna warni jadi tempat duduk kami semua setiap hari. Namun, kursi merah anehnya jadi sakral bagi hampir kami semua. Saya menganggapnya ganjil, tentu saja.
Setiap hari, anak-anak berebut mengambil kursi merah bagi diri mereka sendiri. Jumlah kursi merah tentu tidak banyak. Ingat saya, bahkan tidak sampai lima. Saya bahkan sering terusir jika kebetulan sedang duduk di kursi merah. Saat itu, kursi berwarna apa saja saya anggap sama.
Foto rapor saya saat TK. Sumber: Dokumentasi pribadi
Bahkan, seorang teman perempuan yang setiap hari menempel pada saya untuk bermain bersama, juga berkali-kali mengusir saya dari kursi merah yang hanya kebetulan saya dapat. Saya selalu memersilahkannya. Dia duduk di bangku belakang meja saya. Sering juga dia memamerkan betapa kursi merah itu lebih lembut dari kursi-kursi lainnya. Tapi saya hanya membalasnya dengan tatapan kosong. Bagi saya, semua kursi itu sama dan ucapannya sangat tidak masuk akal.
Teman perempuan saya itu, juga memiliki perasaan lebih pada seorang anak laki-laki bertubuh kurus yang selalu duduk di sampingnya, Eki. Tentu, pada masa itu saya belum memahaminya. Saya hanya merasa ada sesuatu yang ganjil dari sikap teman perempuan saya itu. Setiap hari, dia mendahulukan kursi merah yang dia dapat untuk Eki. Setelahnya, dia baru memburu kursi merah untuk dirinya sendiri, merebutnya dari siapa saja.
Ada juga seorang anak laki-laki yang juga rela bertengkar dengan siapa saja demi kursi merah. Namanya Romadhon. Saya waktu itu hanya setinggi kupingnya. Warna kulitnya seperti saya dan rambut ikalnya selalu nampak berantakan jika sedikit saja lebih panjang.
Romadhon tidak sembarang merebut kursi merah. Dia merebut kursi merah dari teman-teman yang mengusir saya dari kursi istimewa yang kebetulan saya dapat itu. Saya ingat, anak laki-laki itu begitu kuat. Dia selalu memenangkan semua pertengkaran, tanpa menangis atau mengadu pada guru. Saya hanya diam dan memandangnya. Setelah kursi merah didapat, dia menyuruh saya minggir. Dia ambil kursi sembarang warna saya duduki sebelumnya dan dia ganti dengan kursi warna merah. Saya sendiri, sering mendapatinya duduk di kursi sembarang warna. Dia sepertinya juga tidak sebegitu peduli dengan kursi merah yang bagi sebagian besar dari kami begitu sakral.
Saya (tengah) dan teman sekelas waktu TK. Kami melakukan perjalanan naik delman dari TK sampai PPPTK Karangploso. Sumber: Dokumentasi pribadi.
Romadhon tidak pernah benar-benar mengobrol dengan saya. Tapi saya senang memandanginya yang berlarian, aktif dan punya banyak teman. Saya ingin seperti dia, namun saya tidak pernah bisa benar-benar lebih banyak bicara. Saya bahkan ingat betul bagaimana namanya disebut, bukan Ramadhan tapi Romadhon.
Sampai di akhir kelulusan TK, saya dan Romadhon tidak pernah benar-benar bicara atau duduk bersama. Saya sebenarnya selalu mengingat nama dan wajahnya dan begitu ingin bicara dengan dia, namun saya tidak pernah tahu mesti mulai dari mana. Saya juga sering berpikir, jangan-jangan dengan sikap saya yang kesusahan mengungkap perasaan dan berekspresi itu, Romadhon pikir saya tidak mau berteman dengannya. Dan itu kedengarannya menakutkan.
Namun, hingga hari-hari terakhir kami di TK, Romadhon tetap si ahli bertengkar yang kuat. Dia membentak siapa saja yang merebut kursi merah yang kebetulan saya dapat. Dia melakukannya, meski saya tidak pernah mengucap terimakasih.
Apa kita bisa bertemu lagi? Saya hanya ingin bilang terimakasih, Kesatria Kursi Merah.

“Karena kenangan, punya kecerdasan spasial yang tinggi.”

Poppy Trisnayanti Puspitasari

Tuesday, November 22, 2016

Bukan Reinkarnasi Sebabnya

Beberapa pertemuan, membuatmu mendapati perasaan telah mengenal jauh sebelum pertemuan. Sebabnya bukan reinkarnasi, karena hingga kini reinkarnasi masih berupa keganjilan bagimu. Sebabnya adalah, telah mengenal jauh sebelum pertemuan itu memang benar. Pertemuan yang bukan fisik…
Sumber: Dokumentasi pribadi

Saturday, November 19, 2016

Agama Playing Victim dan Pasal Penistaan Mantan

Sesuanu dan Sesuancuk suatu malam, di sebuah warung lalapan pinggir jalan Mayjen Panjaitan, kota Malang…

“Facebookmu itu lho, Nu. Makin njijiki sekarang.” Tembak Sesuancuk sambil menguliti ceker ayam yang ada di hadapannya.

“Njijiki bagaimana toh, Cuk?” tanya Sesuanu.

“Lha… kamu berkoar jadi jomblo syar’i segala. Seolah selama ini ada di jalan Tuhan dan ndak pernah pacaran. Bukannya mantanmu ada tiga tuh dulu?”

“Sudahlah, Cuk. Aku mau berbagi inspirasi buat semua orang. Kamu kan nggak pernah tahu niatku apa. Masalalu biar berlalu kalau kata motivator beken.”

“Tapi ya lucu. Kamu kok seolah lupa sama mantanmu yang tiga itu.”

“Lha… Facebookmu sendiri juga njijiki gitu kok…” Sesuanu menembak balik.

“Njijiki bagaimana toh, Nu?”

“Kamu share artikel dari dot kom-dot kom ndak jelas gitu. Yang isinya rumah ibadah dibakar lah. Presiden anu yang katanya anti agama tertentu, mau tutup rumah ibadah lah. Apa itu juga ndak njijiki? Hati-hati loh, Cuk. Kamu bisa pindah agama nanti…”

“Lha? Kok bisa sampai pindah agama? Aku kan cuma sedang berjuang sebagai umat. Lagipula, bakal pindah agama apa aku?”

“Wah… lha ini. Kamu sudah menunjukkan ciri-ciri bakal pindah agama. Nama agamanya, agama playing victim, jelas dari pose dan manuvermu yang selalu seolah paling teraniaya lagi menderita.”

“Kalau begitu, kamu juga harus hati-hati, Nu.” Balas Sesuancuk ketus.

“Kenapa mesti aku juga hati-hati, Cuk?”

“Kamu bisa kena pasal penistaan mantan. Lha… tiga mantanmu yang terdahulu, ndak kamu akui pernah ada gitu…”

Friday, November 11, 2016

Ketika Ortu Pacar Minta Kejelasan


Curhat pagi teman perempuan saya betulan bukan hal remeh. Dia 22 tahun, sebut namanya Mimi. Si Mimi ini cewek manis berjilbab yang jago berdagang, punya pacar si Opet, cowok ganteng dan imut yang seusia dengannya.
Hubungan mereka kira-kira jalan setahun lewat. Kalau dari cerita si Mimi, orang tuanya sudah menuntut Mimi buru-buru menikah. Opet sudah diberikan rambu-rambu itu oleh orang tua Mimi. Opet pun beralasan bahwa dirnya belum memiliki pekerjaan yang mumpuni. Setelah kejadian itu, Opet menurut Mimi jadi senang marah-marah tanpa musabab yang jelas. Tentu saja, Mimi sedih.
Kemudian, saja jadi ingat pada teman laki-laki saya yang kamu panggil saja Timmy. Timmy sempat curhat pada saya soal kegalauannya dalam hal finansial. Dia merasa malu jika melulu pacaran dengan cara pergi ke rumah pacarnya tiap akhir pekan. Timmy merasa sebagai cowok tidak bermodal dan dia minder. Timmy jadi sering marah-marah pada pacarnya tanpa alasan yang jelas dan dia menyadari itu.
Timmy di usianya yang juga pertengahan dua puluhan, merasa ada beban bahwa sebagai laki-laki dia mesti punya modal secara finansial. Sayangnya, dia tidak cukup memiliki jalan untuk menjelaskan pada pacarnya soal beban rasa tanggungjawabnya yang menurutnya memalukan. Hingga pada akhirnya, Timmy memutuskan mengakhiri hubungan dengan pacarnya itu.
“Dia sudah wisuda oktober kemarin, Mak (panggilan kesayangan untuk saya dari sebagian teman). Tapi belum dapat kerja. Mamaku tanya terus apa dia udah dapat kerjaan? Nah… pusing kan aku.” Curhat Mimi.
Agaknya, orang tua Mimi takut menyerahkan Mimi pada Opet yang dianggap belum mumpuni untuk menghidupi Mimi, begitupun Opet yang agaknya ragu pada modal dalam dalam dirinya sendiri untuk saat ini.
“Opet itu cowok tanggungjawab, Mi. Makanya dia galau. Makanya dia nggak obral berani janjiin kamu nikah. Nggak ngawur itu anak.” Balas saya pada curhatan Mimi.
Sebagian laki-laki memang tidak berani main-main pada pernikahan. Mereka juga akan merasa minder ketika tidak memiliki modal untuk bertanggungjawab akan kehidupan seorang putri dari sebuah keluarga. Namun, sebagian lagi tentu sebaliknya. Ada sebagian lelaki yang menganggap enteng pernikahan. Bahkan ada yang sengaja mencari perempuan yang kuat secara finansial supaya dirinya tidak perlu teralu bekerja keras buat menanggung hidup. Ada loh… sungguh…
“Aku biarin diri sendiri dulu, Mak. Biar dia mikir. Nanti kalau udah dingin, aku coba bicara sama dia apa sebenernya beban dia.” Pungkas Mimi di akhir curhatannnya.

Thursday, November 10, 2016

Mencurigai Kecantikan


Jika kamu menikmati kemudahan hidupmu dari berat badanmu yang proporsional, dari baju-baju dengan warna serasi yang menempel di tubuhmu, dari bedak yang kebetulan bisa membikin mukamu segar, tanpa mau susah belajar atau bekerja. Sungguh itu bukan investasi yang bagus buat hidupmu, Perempuan.
Tidak selamanya berat badanmu akan poporsional, tidak selamanya baju-baju dengan warna serasi akan nampak pas menempel di tubuhmu, tidak selamanya bedak mampu membikin mukamu segar. Saat kamu kehilangan itu semua, kamu juga bakal kehilangan kemudahan hidupmu.

“Saya ini tergolong beruntung. Saat orang lain sibuk menguruskan tubuh, memutihkan wajah. Saya tinggal terus membaca dan belajar.”
Bertha (Etta Herawati)
Hingga kini masih laris sebagai konsultan dan guru vokal dengan menggunakan pengetahuannya soal olah vokal. Hitam Putih, 01 November 2016. Saat menanggapi soal penampilan dan eksistensi.

Wednesday, November 9, 2016

(ARTI LIRIK) I Adore You by Daniel Sahuleka

I Adore You
Aku Mengagumi Kamu
Daniel Sahuleka
i’m maybe not romantic
i’m maybe not poetic
sometimes i’m not that fluent
to find those magic words
i wish that i could show you my emotion
how can i give a notion
to use all my attention
to say how deeply i adore you
i hope you do forgive me
on moments when i’m clumpsy
the truth is some uncertain
when we’re about to make love
how my jokes they cover my confusion
though it’s not my intention

Mungkin aku tidak romantis
Mungkin aku tidak puitis
Kadang aku tidak fasih
Untuk merangkai kata ajaib itu
Aku berharap aku bisa menunjukkan padaku emosiku (perasaan yang dirasakan)
Bagaimana aku bisa memberi pengertian
Menggunakan semua perhatian
Untuk mengatakan betapa dalam aku mengagumi kamu
Aku harap kamu memaafkan aku
Di saat itu ketika aku ceroboh
Kenyataannya tidak menentu
Ketika kita bercinta
Bagaimana candaanku mengatasi kebingunganku
Meski itu bukan niatku

how deeply i adore you
don’t reject me
you could hurt me
although i seem so silly
but it’ll hurt me
i’m maybe different
as you’ve discovered
but i’m getting warm inside
whenever you are near me
i’m no longer lonely
don’t ever leave me
cause i can’t stand

Betapa dalam aku mengagumi kamu
Jangan tolak aku
Kamu bisa melukai aku
Meski itu terlihat bodoh
Tapi itu melukai aku
Aku mungkin berbeda
Seperti yang pernah kamu temukan
Tapi dalam diriku ini hangat
Di mana pun kamu berada
Aku tidak bisa terlalu lama sendiri
Jangan pernah tinggalkan aku
Karena aku tidak bisa berdiri

Blog Walking: Mendapat Pembaca Blog Dengan Sekadar Merekam Jejak?


Melihat orang nge-blog itu asyik. Iya… sungguhan ini. Ya, asyik kalau kamu sudah lihat blog dia yang sekarang, yang sudah dapat pembaca, yang sudah diingat orang dan sudah ada yang komen. Padahal, untuk mendapat semua itu bisa jadi dia melakukannya menahun.
Tapi, ada satu hal krusial yang mungkin kamu lupa dari bagian yang nampak menyenangkan itu. Bagaimana proses si pemilik blog sampai ada di titik sudah mendapat pembaca dan blognya diingat orang?
Tidak jarang, orang mutung (berhenti di tengah jalan) setelah nge-blog. Alasanya? Klise,”Ndak enak nge-blog. Ndak ada yang mbaca.” Begitu bunyinya…
Yang luput dari perhatian kebanyakan blogger, lagi-lagi adalah soal proses. Untuk menaikkan blog pribadi jadi urutan atas di mesin pencarian Google, tentu bisa menggunakan ‘trik khusus’. Namun, perlu diingat, jika blog bukan dibuat untuk bisnis, keberadaan blog di bagian paling atas mesin pencarian Google menggunakan ‘trik khusus’, bisa jadi tidak terlalu berarti banyak bagi datangnya pembaca.
Blog tentu bisa naik secara alami. Google otomatis akan menaikkan blog yang sering memerbarui kontennya. Ya… ibarat orang dagang, siapa sih yang tidak suka produknya dipakai? Itu dianggap promosi, sehingga blog yang sering memerbarui kontennya akan diutamakan di mesin pencari sebagai kompensasi. Ingat… berlaku utamanya untuk konten yang original loh ya. Begitu sih kata blog-blog sebelah.
Dengan ini, kamu juga jadi terpacu buat terus menulis dan mencari-cari ide. Lebih bermanfaat juga buat dirimu ketimbang memakai ‘trik khusus’, bukan?
Kemudian, pemilik blog juga bisa melakukan blog walking. Istilah ini pasti akrab kamu lihat di blog-blog sebelah. Namun, blog-blog sebelah bisa jadi hanya menjelaskan blog walking seperti ini; dengan cara meninggalkan jejak komentar di blog orang lain, akan menambah kata kunci nama kita di mesin pencarian Google yang juga berimbas pada blog pribadi.
Sesungguhnya, blog walking bisa dimaknai lebih dari itu. Logikanya begini, bagaimana kamu bisa punya pembaca jika tidak mau membaca? Seterkenal apa sih dikau ini? Sampai berharap pembaca bisa datang sendiri padamu. Seberapa tinggi kualitas tulisan kamu sih? Sampai orang yang tidak kenal kamu rela menculik sedikit waktu buat membaca tulisanmu.
Membaca blog orang lain kemudian mengapresiasinya dalam bentuk komentar, akan membentuk ikatan pembaca dan penulis bahkan pertemanan. Orang yang kamu kunjungi blognya tentu akan merasa senang. Mereka dengan kesadaran sendiri akan mengunjungi blogmu di waktu lain. Tapi ingat, baca sepenuh hati, komentar dengan sepenuhnya apresiasi. Jangan sampai kamu sekadar berkomentar,”Bagus, Kak.” atau “Keren, Kak…” padahal, kamu tidak membaca keseluruhan isinya. Apalagi kamu menyisipkan di baris selanjutnya,”Kunjungi blogku juga ya di blablabla. blogspot.”
Nah… komentar yang begini ini nih yang terkesan kamu mengunjungi blog seseorang bukan untuk membaca tulisannya. Tidak akan ada ikatan antara penulis dan pembaca apalagi pertemanan di sini.
Bagaimana? Sudah siap nge-blog?

Monday, November 7, 2016

STOP! Mengomentari (Melabel) Seorang Anak


Kemarin, saya pergi ke rumah seorang saudara yang memiliki anak usia dini. Namanya Rizki. Rizki senang berjalan dan jarang duduk diam. Di samping itu, Rizki seorang anak yang kritis dan mandiri. Di usianya yang ke empat, dia sudah bisa makan-makanan berkuah sendiri dengan menu utama ceker ayam. Ceker ayam biasanya termasuk menu yang sulit, jika mesti disantap tanpa bantuan oleh anak usia dini. Rizki juga bisa mengomentari cucian di rumah saya yang berantakan dan memertanyakan kenapa saya belum pernah pergi ke rumahnya. Selanjutnya, saya enangkap Rizki yang hobi bercerita dan mengritisi banyak hal.
Namun, kemarin mama Rizki dengan sedih menceritakan bagaimana seseorang mengomentari anak-anaknya yang menurut si komentator, seperti set. Set dalam bahasa Indonesia berarti belatung. Bagaimana Rizki yang jarang duduk diam dianggap menyerupai sifat belatung.
Saya kemudian ingat bagaimana orang-orang di sekitar saya dulu mengomentari diri saya ketika saya masih usia balita. Saya sangat kalem dan super pendiam. Saya tidak menyenangi aktivitas fisik dan cenderung takut pada orang-orang asing. Hal ini, dianggap keanehan bagi para komentator.
Saya kemudian juga ingat, bagaimana lincahnya Aurel, anak tetagga di depan rumah saya. Rizki yang jarang bisa duduk bukan apa-apa jika disbanding kelincahan Aurel saat balita. Saya kali pertama mengenal Aurel saat usianya 1,5 tahun. Semenjak itu, Aurel hampir setiap hari pergi ke rumah saya, makan di rumah, mandi di rumah, ikut mencuci baju bersama saya, menaik turunkan benda-benda dan hanya mau duduk diam cukup lama saat bermain boneka.

Sebaliknya, Danis adik Aurel, diakui mama saya sangat mirip dengan saya ketika balita. Aurelsi super aktif ternyata memiliki adik yang super kalem. Bedanya, Danis mudah berbaur dengan orang asing, beda dengan saya dulu.
Saya, Danis dan Aurel. Sumber: Dokumentasi pribadi
Mama Aurel dan Danis ketika kecil pun mendapat pelabelan dari sekitar. Mama Aurel dan Danis yang memiliki sikap kalem pernah diejek dengan kalimat,”Telek mbok idek yo ora penyet, Vit…[1]” yang menggambarkan betapa terlalu kalemnya mama Aurel dan Danis, hingga itu patut dijadikan ejekan oleh para komentator.
Dengan banyak macam karakter anak-anak, pantas kah para komentator sibuk mengomentari mereka? Seberapa merepotkan anak-anak itu bagi para komentator? Apa anak-anak itu meminta uang susu pada mereka? Apakah anak-anak itu menuntut makan setiap hari pada mereka? Jika memang merasa terganggu, bisa kah para komentator itu diam-diam pergi saja tanpa meninggalkan label macam-macam?
Lebih berbahaya, ketika ibu dari si anak yang dilabel lingkungan mengamini label tersebut. Bisa jadi, anak yang mendapat label akhirnya turut mengamini label tersebut dan merasa tidak punya harga.
Saya sendiri, di usia balita, mampu menangkap label-label dari orang sekitar. Hingga pada hari-hari berikutnya, saya terus bertanya-tanya,”How to be normal like them, God?”



[1] Kotoran kamu injak juga tidak bisa pipih, Vit.

Sunday, November 6, 2016

(ARTI LIRIK) Running by No Doubt

Running
Berlari
No Doubt

Run Running all the time
Running to the future
With you right by my side

Berlari, berlari sepanjang waktu
Berlari menuju masa depan
Bersamamu di sampingku

Me
 I'm the one you chose
Out of all the people
You wanted me the most

Aku
Aku satu yang kamu pilih
Dari sekian banyak orang
Kamu menginginkanku lebih

I'm so sorry that I'm falling
Help me up lets keep on running
Don't let me fall out of love

Aku minta maaf jika aku jatuh
Bantu aku bangkit dan mari berlari lagi
Jangan biarkan aku lepas dari cinta

Running, running
As fast as we can
I really hope you make it
(Do you think we'll make it?)

Lari, lari
Secepat yang kita bisa
Aku sunguh berharap kamu bisa melaukannya
(Kamu pikir kita bisa melakukannya?)

We're running
Keep holding my hand
It's so we don't get separated

Kita berlari
Tetap genggam tanganku
Itu membuat kita tidak akan terpisahkan

Be
Be the one I need
Be the one I trust most
Don't stop inspiring me

Jadi
Jadilah satu yang aku butuh
Jadilah satu yang paling aku percaya
Jangan berhenti menginspirasi aku

Sometimes it's hard to keep on runnin
We work so much to keep it going
Don't make me want to give up
(The
 future)

Kadang berat untuk terus berlari
Kita bekerja banyak untuk tetap berjalan
Jangan membuat kita ingin berputus asa
(Masa depan)



(ARTI LIRIK) NOTHING COMPARES TO YOU by Sinead O' Connor

NOTHING COMPARES TO YOU
Tidak Ada yang Mampu Menandingimu
Sinead O’ Connor
It’s been seven hours and fifteen days
Since you took your love away
I go out every night and sleep all day
Since you took your love away
Since you been gone I can do whatever I want
I can see whomever I choose
I can eat my dinner in a fancy restaurant
But nothing
I said nothing can take away these blues
`Cause nothing compares
Nothing compares to you

Ini baru tujuh jam dan lima belas hari
Sejak kamu meninggalkan cintamu
Aku keluar setiap malam dan tidur sepanjang hari
Sejak kamu meninggalkan cintamu
Sejak kamu pergi aku melakukan apapun yang aku suka
Aku bisa melihat siapapun yang aku pilih
Aku bisa makan di restoran mewah
Tapi tidak satu pun
Aku bilang tidak ada yang bisa membawa pergi rasa sedih yang mendalam ini
Karena tidak ada yang bisa menandingi
Tidak ada yang bisa menandingi kamu

It’s been so lonely without you here
Like a bird without a song
Nothing can stop these lonely tears from falling
Tell me baby where did I go wrong
I could put my arms around every boy I see
But they’d only remind me of you
I went to the doctor n’guess what he told me
Guess what he told me
He said girl u better try to have fun
No matter what you’ll do
But he’s a fool
`Cause nothing compares
Nothing compares to you

Semua makin terasa sendiri tanpa kamu di sisni
Seperti burung tanpa nyanyian
Tidak ada yang bisa menghentikan kesendirian dan tangisan yang jatuh
Katakan padaku sayang, di mana kesalahanku
Aku bersandar pada tiap lelaki yang aku lihat
Tapi mereka hanya mengingatkanku padamu
Aku pergi ke dokter dan coba tebak apa yang dia katakan padaku
Tebak apa yang dia katakan padaku
Dia bilang, kamu lebih baik bersenang-senang
Tidak peduli apapun yang kamu lakukan
Tapi dia tolol
Karena tidak ada yang menandingi
Tidak ada yang bisa menandingi kamu

All the flowers that you planted, mama
In the back yard
All died when you went away
I know that living with you baby was sometimes hard
But I’m willing to give it another try
Nothing compares
Nothing compares to you
Nothing compares
Nothing compares to you
Nothing compares
Nothing compares to you

Semua bunga yang kamu tanam, mama
Di halaman belakang
Semua mati saat kamu pergi
Aku tahu jika hidup bersamamu, sayang. Kadang terasa berat
Tapi aku tetap ingin mencoba
Tidak ada yang menandingi
Tidak ada yang bisa menandingi kamu


(ARTI LIRIK) Material Girl by Maddona

Material Girl
Perempuan Metrialistis

Maddona

Some boys kiss me, some boys hug me
I think they're O.K.
If they don't give me proper credit
I just walk away

Beberapa lelaki menciumku, beberapa lelaki memelukku
Aku pikir itu bukan masalah
Jika mereka tidak memberikanku sesuatu yang menjanjikan
Aku tinggal melenggang pergi

They can beg and they can plead
But they can't see the light, that's right
'Cause the boy with the cold hard cash
Is always Mister Right, 'cause we are

Mereka bisa memohon dan mereka bisa mengaku
Tapi mereka tidak bisa melihat cahaya, itu benar
Karena lelaki dengan uang tunai
Adalah selalu yang paling benar, karena kita

Living in a material world
And I am a material girl
You know that we are living in a material world
And I am a material girl

Hidup di dunia materialistis
Dan aku adalah perempuan materealistis
Kamu tahu kalau kita hidup di dunia yang materialistis
Dan aku adalah perempuan materialistis

Some boys romance, some boys slow dance
That's all right with me
If they can't raise my interest then I
Have to let them be

Beberapa lelaki menggombali aku, beberapa yang lain mengajakku menari
Itu bukan masalah bagiku
Jika tidak bisa menarik perhatianku, kemudian aku
Akan membiarkan mereka bersamaku

Some boys try and some boys lie but
I don't let them play
Only boys who save their pennies
Make my rainy day, 'cause they are

Beberapa lelaki mencoba dan beberapa lelaki berbohong, tapi
Aku tidak membiarkan mereka dalam permainannya
Hanya lelaki yang menyimpan uang mereka
Membuat hari-hariku kelabu, karena kita

Living in a material world (material)
Living in a material world

Hidup dalam dunia yang materialistis (materialistis)
Hidup dalam dunia yang materialistis

Boys may come and boys may go
And that's all right you see
Experience has made me rich
And now they're after me, 'cause everybody's

Lelaki mungkin datang dan pergi
Dan itu semua biasa kamu lihat
Pengalaman membuat aku kaya
Dan sekarang mereka setelah aku, karena setiap orang

A material, a material, a material, a material world

Materialistis, materialistis, materialistis, dunia yang materialistis

Living in a material world (material)
Living in a material world

Hidup dalam dunia materialistis (materialistis)

Hidup dalam dunia materialistis