Tante dan ibu. Sumber: dokumentasi pribadi yang dijepred oleh tukang foto keliling. |
Ibu punya kepribadian lebih terbuka, senang bergaul, tidak
begitu tertarik dengan anak-anak dan berani mencoba hal baru; naik sepeda yang
jauh lebih tinggi dari tubuhnya sebagai misal. Tante sebaliknya, lebih tertutup, lebih senang bermain
sendirian, telaten dengan anak-anak dan mudah trauma; ketika dewasa pernah
sekali jatuh naik motor dan tidak mau naik lagi hingga hari ini.
Namun semasa kecil, ibu saya justru mengenang nenek
sebagai orang tua yang tidak adil. Setiap ibu naik sepeda, nenek tidak pernah
heboh, memuji tidak, memberi uang saku apalagi. Sebaliknya ketika tante yang
naik sepeda, nenek memuji-muji, memberi uang saku pula.
Meski ketika dewasa ibu menyadari, yang demikian adalah
upaya nenek melindungi tante yang sulit bergaul dan mudah trauma. Jadi nenek
tidak menyadari upaya-upayanya ini membuat anaknya yang lain cemburu. Nenek
pikir, ibu saya yang mudah bergaul dan berani mencoba hal baru berarti tidak
punya masalah.
Dengan keterbatasan pengetahuan soal pola asuh, nenek
berusaha adil terhadap anak-anaknya. Ia berusaha mendukung hal-hal yang
dianggap bisa jadi modal hidup tante, meski akhirnya membuat ibu yang dianggap
sudah punya modal hidup tadi jadi terluka karena mengira nenek kasih sayangnya
timpang. Hingga membuat saya pun memahami... Tidak ada pola asuh yang sempurna.
Tiap orang tua punya tantangan dan formula masing-masing dalam mengasuh
anak-anak mereka.