Sumber: Gugel |
Jika kamu tidak mau gosok gigi,
maka gigi-gigimu akan tanggal, Omam…
Ucapan
Mommy terus berkelebat di kepala Omam. Namun, rasa pasta gigi yang menurutnya
pedas dan pahit, melulu membuat dia kabur ketika Mommy menyuruhnya gosok gigi.
Pikir Omam, Mommy tidak pernah mengerti betapa dia benci rasa pasta gigi. Jika
sudah begitu, Mommy mulai menjerit kemudian menarik kupingnya keras-keras
hingga terasa panas dan kemerahan.
Maka gigi-gigimu akan tanggal,
Omam…
Lagi-lagi
ucapan Mommy berkelebat. Lidah Omam mulai merabai salah satu gigi bagian
atasnya dan gigi itu bergoyang-goyang seperti sebuah tanda bakal lepas dari
gusi. Maka Omam gelisah.
“Jangan-jangan,
ini karena Omam tidak mau gosok gigi.” Bisik Omam sambil menenggelamkan wajahnya
ke dalam bantal yang dipeluknya erat.
Omam
gemeteran. Jika betul giginya bakal tanggal, Mommy mestinya akan menarik
kupingnya lebih keras dari biasanya.
***
Omam bergelayut manja sepanjang
perjalanan pulang sekolah pada gadis berkulit sawo matang itu. Omam
memanggilnya Nanny. Dia pikir, itu memang nama gadis dua puluh tahunan yang
sejak tiga tahun belakangan mulai menggantikan posisi Mommy menyuapi, mengantar
dan menjemput sekolah, menggantikannya baju hingga menemaninya tidur itu.
Tidak seperti Mommy, Omam pikir
nanny lebih mengerti. Di laci kamarnya, Nanny menyimpan sebuah pasta gigi warna
merah jambu yang rasanya manis, mirip permen-permen kesukaannya. Mommy selalu
bilang, Nanny cuma bersikap memanjakan Omam dengan pasta gigi semanis itu
untuknya gosok gigi. Namun, Nanny tetap menggunakan pasta gigi itu buat
mengajaknya gosok gigi ketika Mommy tidak sedang berada di rumah.
Pada
kenyataannya, Mommy memang lebih sering berada di luar rumah, mengendarai mobil
hitamnya yang mengilat. Dulu, Omam sering bertanya kemana Mommy pergi, namun jika
sudah begitu, Mommy pasti menjerit dan membentaknya, menolak menjelaskan.
Rekaman jeritan dan bentakan Mommy membuat Omam mudah tergagap, berkeringat dan
menggigil ketika menghafal huruf, atau pada hal lain yang baginya sebuah
ketegangan.
“Mommy
pergi untuk bekerja, Sayang. Untuk membayar uang sekolahmu, juga untuk memberi
uang pada Nanny.” Lagi-lagi berbeda dengan Mommy, Nanny menjelaskan pertanyaan
yang sama dengan lebih lembut. Ini sama seperti ketika dia mengganti pasta gigi
yang pedas dan pahit itu dengan pasta gigi manis yang membuat Omam lebih ingin
sering gosok gigi, sambil sesekali menelan air bekas pasta gigi manis itu dalam
kerongkongannya, meski Nanny sudah berkata ‘jangan’ berulangkali.
Ketika
Omam menolak memberesi mainan, jeritan dan bentakan Mommy pasti mampir lagi di
kupingnya. Sedangkan Nanny, dia selalu mengiming-imingi Omam dengan permen dan
coklat jika dia mau memberesi mainan. Permen dan coklat, semuanya Nanny
keluarkan dari dalam lacinya. Lagi-lagi, menurut Mommy, yang dilakukan nanny
kelewat memanjakan Omam.
Salah
satu jeritan Mommy, sering berisi soal makanan manis yang bisa merusak gigi
Omam satu waktu nanti. Nanny hanya ingin membuatnya bersemangat memberesi
mainan dengan permen-permen itu, setidaknya itu menurut Omam. Jelas beda dengan
Mommy yang hanya bisa membuatnya gemetaran dengan jeritan dan bentakan.
Andai saja mommy bisa seperti nanny.
Pikir Omam. Mommy tidak pernah mengerti!
***
Seperti
hari-hari sebelumnya, jelang makan malam, Mommy belum juga pulang. Omam
mengunyah makanan lambat-lambat. Dia merasakan nyeri pada gigi bagian atasnya
yang sekarang terasa bergoyang lebih sering.
Nanny
meliriknya curiga. Namun Omam malah cepat-cepat berlari menuju kamar mandi dan
menyambar sikat gigi, padahal nasi di piringnya baru tersentuh beberapa sendok.
Terburu-buru dia mengoleskan pasta gigi yang biasa disodorkan Mommy dan
membuatnya kabur biasanya.
Gigi-gigimu akan tanggal, Omam…
“Omam…” panggil Nanny lembut sambil
menepuk pundaknya dari belakang, hingga tubuhnya berjingkat karena kaget.
Nanny memandang heran kali ini.
Mulut Omam penuh dengan busa, sedang pasta gigi yang habis dia gunakan juga
tergeletak di lantai. Pasta gigi yang biasanya dia benci. Nanny menyuruhnya
berkumur kemudian kembali ke meja makan.
Bola mata Omam mulai berair. Ini pasti karena Omam menolak pasta gigi
dari mommy. Pikirnya.
“Pasta gigi Nanny yang merusak gigi
Omam. Kata Mommy, makanan manis tidak baik buat gigi Omam. Pasta gigi itu manis
seperti permen.”
Nanny menggeleng pelan, mungkin
nyaris tidak kelihatan oleh Omam.
“Coba buka mulutmu…” ucap Nanny
lembut. Dia kemudian mengamati tiap sudut gigi-gigi Omam. Satu gigi bagian
atasnya kelihatan miring, mungkin nyaris lepas. Itu biasa terjadi pada seorang
anak yang hendak berganti gigi.
“Besok kita ke dokter gigi, oke?”
Omam menggeleng keras-keras.
“Hmm… kalau begitu biarkan dia lepas
sendiri.”
“Kalau Mommy tahu?”
“Serahkan pada Nanny. Nanny punya
laci ajaib yang bisa mengubah gigimu menjadi benda lain.”
Omam mengangguk. Pada Nanny, dia
percaya.
***
Omam tergugu sambil menyerahkan
giginya yang tanggal pada Nanny. Nanny mengelus kepalanya pelan sambil
berkata,”Kamu tahu, Omam? Gigi yang tanggal ini, bisa berubah menjadi uang. Dia
tanggal untuk berubah menjadi uang dan gigimu tanggal memang sudah semestinya,
bukan karena pasta gigi yang Nanny berikan padamu, Sayang.”
Pelan-pelan Omam berhenti tergugu.
“Itu artinya, Mommy tidak akan
marah?”
“Tentu tidak, Sayang.” Nanny
membungkus gigi Omam dengan kertas tisu kemudian meletakkan gigi itu di
atasnya. Dia selanjutnya membungkus dan meletakkan gigi itu ke dalam laci.
“Apa gigi itu akan berubah menjadi
uang?”
“Kita lihat besok, oke?” Ucap Nanny
sambil tangannya menggandeng Omam keluar dari kamarnya.
***
Mata Omam berbinar ketika mendapati
gigi yang semalam ada dalam balutan tisu itu berubah menjadi uang koin.
“Laci ajaibnya bekerja bukan?” Tanya
Nanny.
Kepala Omam mengangguk kencang. Laci
milik nannynya itu memang selalu menyimpan banyak benda menyenangkan. Seperti
halnya pasta gigi manis, permen dan coklat.
“Laci Nanny benar-benar ajaib!”
“Dan untuk membukanya, kamu juga
memerlukan kunci ajaib ini,” Nanny mengeluarkan sebuah kunci dengan butiran
keemasan dari dalam saku bajunya.
Mata Omam berkilat, dia hendak
meraih kunci itu dari telapak tangan Nanny. Namun, Nanny buru-buru menutup
telapak tangannya hingga membuat Omam merengek.
“Kunci ini hanya Nanny yang bisa
menggunakannya. Jika orang lain memaksa menggunaknnya, dia akan tersambar
petir.”
Omam mundur beberapa langkah dari
tempatnya berdiri. Dia sekarang mengerti, bahwa kunci itu memang tidak boleh
dia sentuh.
***
Dari
jendela kamarnya, Omam melihat Mommy keluar dari dalam mobil sebelum makan
malam. Buru-buru Omam berlari menghampiri Mommy sambil tangannya menggenggam
koin yang dia pikir benar berasal dari giginya. Omam mulai berpikir, jika saja
Mommy mau menimbun gigi-giginya di dalam laci Nanny, tentu dia tidak perlu
pergi keluar rumah sepanjang hari buat mencari uang sekolahnya dan uang untuk
diberikan pada Nanny.
“Mommy
lihat, uang ini berasal dari gigiku!” jerit Omam sambil berjingkat-jingkat.
Mommy
hanya diam. Bola mata Mommy kelihatan merah. Dia terus melangkah menuju ruang
tengah. Beberapa saat kemudian, seorang lelaki paruh baya keluar dari dalam
mobil dan menyusul langkah Mommy. Lelaki berjenggot tipis yang sangat asing
bagi Omam itu, mengekor Mommy pergi ke ruang tengah dan melewati Omam begitu
saja.
Mommy
berteriak memanggil nanny supaya membawa Omam masuk dalam kamar. Nanny kemudian
menarik tubuh Omam yang mulai meronta untuk masuk ke dalam kamar.
Tubuh
Omam tersasa makin menggigil ketika berada di dalam kamar bersama Nanny. Nanny
berusaha menutup kuping Omam dengan dua tangannya, namun dia tetap mendengar Mommy
yang saling berbalas bentakan dengan lelaki asing yang baru datang tadi.
“Apa
dalam laci nanny tidak ada benda ajaib untuk membuat laki-laki tadi berhenti
membentak Mommy?” tanya Omam sambil berusaha meredam tubuhnya yang menggigil.
Nanny
hanya menggeleng sambil terus menutup dua kuping Omam dengan telapak tangannya.
“Aku
mohon pada kamu, Maria. Kita bercerai saja, oke? Aku harus kembali pada anak
dan istriku,” suara lelaki itu mulai lebih pelan. “Soal putramu itu, aku tidak
pernah menyuruhmu membiarkan dia lahir, bukan?” kemudian terdengar suara
langkah kaki yang tergesa dan pintu yang dibanting.
Tangisan
Mommy mulai kedengaran, makin jelas dan makin keras.
***
Omam mendapati satu gigi bagian
bawahnya bergoyang pagi ini. Dia berjalan berjingkat-jingkat mendatangi kamar Nanny,
hendak mengabarkan soal giginya yang akan tanggal dan keinginannya meminjam
laci Nanny setelah giginya itu benar-benar tanggal.
Dia cukup senang, karena selama
beberapa hari belakangan, Mommy sepanjang hari hanya berada di rumah. Selama
beberapa hari itu pula, dia selalu berjalan berjingkat-jingkat karena senang.
Namun ternyata, Nanny tidak
didapatinya di kamar. Dia kemudian melanjutkan pencariannya ke dapur, ruang
tengah, ruang tamu, kamarnya sendiri hingga kembali ke kamar nanny. Tidak ada
Nanny di mana pun…
“Mommy!” jerit Omam.
Mommy berlarian dengan kaki yang
basah bekas dari kamar mandi.
“Di mana Nanny, Mommy? Di mana Nanny?”
“Dia pergi. Mommy tidak bisa lagi
memberinya uang, jadi dia pergi.”
Omam mulai berguling-guling di
lantai sambil menjerit dan menangis. Mommy melenggang meninggalkannya, dengan
bola mata yang terlihat lebih merah daripada kemarin.
Kemudian, Omam ingat pada laci ajaib
milik nanny. Dia bangkit dan berusaha mencari kunci laci itu, dia harus membuka
laci itu tidak peduli dirinya akan disambar petir.
Sambil menahan dadanya yang masih
pengap. Omam memandangi laci milik Nanny. Tidak ada lubang kunci pada laci itu
dan memang tidak pernah ada. Nanny hanya ingin Omam tidak sewaktu-waktu bisa
membuka laci itu untuk menghabiskan semua coklat dan permen dalam sekali
santap. Dia juga tidak ingin Omam tahu, bahwa dirinya yang menukar gigi Omam
dengan uang koin.
Tangan Omam menarik laci hingga
semua permen, coklat dan kotak-kotak pasta gigi berserakan di lantai.
Omam meraup semua permen dan coklat
itu, dia berusaha melahapnya sekali santap. Dia berharap gigi-giginya akan
segera tanggal, kemudian laci itu akan mengubahnya menjadi uang yang dapat
membuat Nanny kembali…
Catatan: 2016 lalu, saya menantang
diri saya sendiri untuk menulis sesuai tema lomba dan cerpen ini jadinya wkwk.
Tentu sudah saya perbaiki perkara ejaan dan lain-lain ketika hari ini saya
unggah.
2 comments:
Waah, tulisan cerpenmu maju pesat. Keren.
Gimana bisa ya gigi jadi uang?
Banyak yang bisa diambil dari cerita di atas.
Nenek yang bikin muridnya ini maju :*
Post a Comment