Rombongan free pass (ndak pakai registrasi) Mata Najwa. Ada pegiat literasi, penulis dan teman-teman taman baca di Malang. Kalau saya sih selundupan wk. |
Satu malam, saya makan bareng teman baik saya dari Gusdurian Malang, Monika. Ngobrol sana dan sini, sampai kemudian Monika cerita nasib dia yang ndak bisa masuk Graha Cakrawala, padahal punya tiket. Waktu itu acaranya Mata Najwa dan yang senasib dengan Monika ternyata banyak sekali.
Yang saya sosoan kaget, waktu Monika tahu saya juga pergi ke Graha Cakrawala untuk nonton Mata Najwa. Lha… padahal waktu ketemu saya juga niatnya mau cerita, kok ya Monika ternyata justru tahu lebih dahulu. Tapi sengaja saya ndak tanya dia tahu dari mana. Bahkan dia tahu, saya dan satu teman Gusdurian Malang, namanya mas Ilmi Najib itu dapat free pass dari mas Eko Cahyono, perpustakaan Anak Bangsa. Ya… meski saya bukan dikasih sih, tapi saya lebih tepatnya minta wk.
Waktu Monika cerita seberapa jauh dia tahu, saya coba ingat-ingat, apa saya barangkali yang unggah kegiatan saya hari itu di sosmed? Eh, ternyata juga ndak. Saya sama sekali ndak bikin boomerang di lokasi acara atau foto-foto tiketnya, apalagi unggah foto bareng.
Baru sehari kemudian, beranda saya penuh dengan kiriman enam hari yang lalu. Lha… Instagram saya ini agaknya punya masalah kok ya kiriman enam hari lalu baru bermunculan. Di beranda itu juga muncul foto unggahan mas Ilmi Najib, isinya ya rombongan free pass Mata Najwa sekitar seminggu lalu dengan keterangan foto yang menceritakan kegiatan kami hari itu.
Lha… ini apa. Maha tahu sosial media sebabnya. Tentu mas Ilmi tidak bermaksud apa-apa ketika mengunggah foto di media sosial. Posisinya di Gusdurian Malang yang menuntutnya terus berjejaring, tentu bakal terbantu dengan unggahan-unggahan kegiatannya. Pun Monika yang tentu tidak sengaja melihat unggahannya mas Ilmi yang lewat di berandanya.
Tapi dari sini saya jadi berpikir-pikir, jelas begini ini toh kerja media sosial. Nggegirisi juga ketika orang-orang ndak perlu saling sapa untuk tahu satu sama lain tengah melakukan apa.
Ada teman saya namanya Zainul Ridwan pernah bilang soal media sosial, kalau unggah ya unggah saja, selama ndak merugikan orang lain bukan masalah. Tapi rumusan rugi dan tidak bagi tiap orang ternyata beda juga. Bagi saya, jika unggahan tersebut ndak ada sangkutannya dengan branding, saya bakal banyak berpikir-pikir mau diunggah atau tidak. Saya tidak ingin merugi dengan melebur jarak dari mereka yang betul berteman dan berkomunikasi dengan saya, dibanding mereka yang hanya tahu saya sebatas sosial media.
Maha tahu sosial media atas segala yang terjadi di jagat raya…
Catatan: Saya sudah cukup lama mengalihkan unggahan di media sosial semacam Facebook, Instagram dan lainnya pada blog. Ndak mau rugi saya. Biar mereka yang sekadar ingin tahu tanpa menyapa, masih bisa kasih timbal balik traffic pada saya wk.
No comments:
Post a Comment