Wednesday, December 16, 2015

Kamar Kompetisi


Ah, kamu mesti tahu. Saya masuk dalam ruangan itu dalam keadaan terus menerus memikirkan menu makan siang. Pintu dibuka lebar dan saya merasakan seluruh dari mereka duduk dengan tegang. Mata mereka gemerlapan, cerdas, penuh ambisi, masing-masing seolah berucap,”Saya yang terbaik.”
Saya duduk paling depan. Cuma kursi itu yang tersisa, jadi kamu jangan kelewat tinggi bikin ekspektasi, misalnya; soal saya yang begitu antusias dan bakal terus seperti itu sepanjang acara ini.
Tebakan saya pasti tidak meleset. Saya bakal punya rasa antusias hanya di tiga puluh atau enam puluh menit pertama. Sisanya… saya mestinya segera pulang jika menuruti intuisi. Tempat ini konyol. Tidak bakal ada hal seru, tidak akan ada teman baru.
Saya berkali-kali lupa, kami semua datang di sini dengan perasaan setara. Kualifikasi penerimaan yang sama, syarat kualifikasi yang sama. Kami diterima karena sama-sama memenuhi… standar kualifikasi. Untuk masuk kesini, kami sudah berebut tempat yang tidak banyak. Ah… kami tidak sedang berjuang bersama…

'Sayang, karakter asli manusia, bukan kelihatan waktu sedang berjuang bersama. Tapi kelihatan waktu sedang memerjuangkan hal yang sama.” -ANOMALI-

No comments: