Sumber: Gugel |
Resensi? Model tulisan satu ini, kebanyakan tidak dianggap terlalu penting. Barangkali, karena minimnya kompetisi menulis resensi, beda dengan kompetisi cerpen atau ilmiah yang bertebaran di mana-mana.
Padahal, kamu pasti kenal Goodreads. Website satu
ini, khusus memuat resensi. Bahkn, pembaca bisa memberi rate pada buku yang
telah mereka baca. Kamu mungkin jiga kenal Booklicious. Komunitas ini, salah
satunya ada di Malang. Booklicious alias BLC, khusus membahas bagaimana para
anggotanya membaca buku dan meresensinya. Di media massa pun, selalu ada kolom
khusus untuk resensi buku. Nah... Bagaimana? Apa menurut kamu resensi masih butuh
dipelajari?
Apa beda sinopsis, epilog, kata pengantar, testimoni
dan resensi?
Tentu beda. Sinopsis, adalah ketika kamu membikin
cuplikan paling menarik yang sama persis dari sebuah buku yang kamu baca.
Sedangkan epilog, merupakan bahasan leseluruhan dari sebuah buku, biasanya juga
dissrtai analisis yang cenderung ilmiah. Pun kata pengantar, yang nyaris serupa
dengan epilog. Bedanya, barangkali kamu bisa temukan proses pengumpulan cerita
hingga menjadi buku dan lain sebagainya dalam pengantar.
Lalu testimoni? Testimoni, akan kamu temukan pada
bagian belakang buku. Biasanya memuat nama dan komentar pribadi seseorang atas
buku yang telah dibacanya. Pemilihan orang-orang yang memberikan testimoni,
biasanya berdasarkan pengalaman, rekam jejak atau kesamaan profesi yang
diperkirakan akan menunjang penjualan buku.
Kemudian resensi? Resensi adalah ulasan yang dibuat
seseorang setelah membaca buku. Ulasan loh ya... Beda dengan sinopsis. Yang
artinya, resensi memergunakan bahasa dari si penulis itu sendiri, beda dengam
sinopsis yang sekadar mengambil bagian paling menarik dalam sebuah buku secara
utuh.
Lalu? Beda resensi dengan rangkuman apa? Tentu beda.
Rangkuman adalah isi buku yang ditulis ulang dalam bentuk lebih kecil. Terus?
Bagaimana cara membikin resensi? Berikut beberapa cara menulis resensi yang
bisa kamu pilih. Sebelumnya, perlu diingat bahwa antara resensi dengan spoiler beda loh ya. Batasi pemahaman
resensi, pada bagaimana kamu mengomentari buku yang sudah kamu baca, bukan
membocorkan isinya alias spoiler.
Kasihan penulisnya dong kalau kamu spoiler
isi bukunya. Mana orang tertarik beli nantinya kwkw.
1.
Bahas Isi Bukunya
Level 1, kamu baca bukunya lalu ceritakan apa yang
kamu tangkap dari buku tersebut. Hanya ceritakan saja, kamu nggak perlu mikir
lain-lainnya. Yang perlu digarisbawahi adalah, kamu ceritakan apa yang kamu
rasakan setelah membaca, apa yang kamu tangkap dari sana. Bukan menulis ulang
ceritanya dalam resensimu loh ya.
2.
Bahas Isi Buku, Plus Positif Atau Negatifnya
Level 2, kamu bisa lalukan sesuai apa yang ada di
level satu. Bedanya, kamu mulai menceritakan kelebihan dan kekurangan dalam
buku tersebut. Kamu nggak usah mikir kemana-mana dulu. Ungkap saja apa
kelebihan dan kekurangan dalam buku tersebut. Bokeh jadi, lebih banyak kamu
bahas kekurangan atau sebaliknya kelebihan. Jika memang yang rasakan tidak
seimbang antara kelebihan dan kekurangan, kamu nggak perlu memaksakan
tubahasanmu supaya seimbang. Justru subjektivitas ini yang membikin pembaca
resensimu akan kaya.
3.
Bahas Isi Buku, Plus Positif Atau Negatifnya, Ditambah Bandingan Dengan Buku
Lain/Analisis
Level 3, lakukan semua yang ada pada level 1 dan 2.
Bedanya, di sini kamu bukan lagi sekadar mengungkap namun juga mulai
menganalisis. Analisis di sini boleh kamu pilih, dengan membandingkan buku
tersebut dengan buku lain atau kamu beri batasan cara level 1 dan 2 ditambah
analisis. Lebih asyik lagi, ketika kamu bisa lakukan semua nilai plus pada
level ini, yaitu analisis dan bandingan buku lain. Dengan ini, resensimu akan
lebih tajam.
4.
Bahas Isi Buku, Plus Positis Atau Negatifnya, Ditambah Bandingan Dengan Buku
Lain/Analisis dan Juga Teori
Level 4, tentu serupa dengan level 3. Bedanya, di sini
kamu mulai menggunakan teori. Tidak perlu banyak. Bahkan, satu teori saja bisa
jadi cukup. Teori di sini, dipergunakan untuk memertajam analisismu, bukan keren-kerenan biar orang tahu bagaimana
kamu hapal banyak teori.
Memilih level berapa saja untuk membuat resensi,
bukan sesuatu yang dilarang buat kamu. Cara ini, juga berlaku untuk membuat
resensi film dan lain sebagainya. Ingat, nulis itu bahannya bisa berasal dari
mana saja. Bahkan banyak, film yang diangkat dari buku dongeng lawas yang
menarik kamu jadikan resensi. Resensi, bisa jadi wujud lanjutan dari niatmu
mencari bahan menulis, entah itu membaca atau bahkan menonton film. Ternyata,
cabang menulis bukan cuma yang cerpen-cerpen atau yang ilmiah-ilmiah saja, kan?
Jangan lupa kunjungi label resensi, dalam blog ini
juga ya…
No comments:
Post a Comment