Sumber: Gugel |
Buru-buru aku menulis balasan di atas kertas warna putih. Lantas kertas itu aku masukkan dalam amplop dengan warna serupa meski sayangnya, bagaimana pun aku uring-uringan mencari perangko dalam kamar, benda persegi tipis yang super kecil itu tidak juga ketemu. Bagaimana aku bisa mengirimkan surat itu padamu jika tanpa perangko?
Dua hari kemudian, sebuah amplop berwarna kuning datang lagi. Isinya sama, sebuah kertas warna senada dengan pertanyaan yang serupa pula, bagaimana kabarmu? Aku buru-buru membalasnya dengan kertas dan amplop warna putih. Namun perangko tidak juga aku temukan dan surat itu gagal dikirimkan sekali lagi.
Pada hari-hari berikutnya, surat-surat darimu tetap juga datang, dengan warna amplop dan kertas yang selalu serupa. Warna kuning yang sama. Ubun-ubunku meremang dan menghangat kemudian.
Haleluya...
Haleluya...
Suara itu menggema dalam seisi kamar, hingga merambat lewat darah dan nadiku.
No comments:
Post a Comment