Friday, February 11, 2022

Negasi Kejahatan

 

Sumber: Gugel

Ada tukang selingkuh, sepakat menyingkirkan istri sah bareng selingkuhannya. Istri sah berhasil dihempas dengan dua anaknya tanpa nafkah, tanpa permintaan maaf.

Kemudian si tukang selingkuh membentuk persona agamis di media sosialnya. Tidak ada hari tanpa bicara perbuatan baik disertai dalil. Orang-orang berkerumun makin banyak, mengikuti akunnya, menyatakan kekaguman.

Persona agamis itu membuat orang-orang yakin, si tukang selingkuh sudah berubah dan yang demikian disebut hidayah. Mantan istri sah dituduh tidak pemaaf ketika coba mengungkap luka dan hak anak-anaknya. Hingga menahun berikutnya, si tukang selingkuh terus berbicara soal agama, setara mereka yang membaca kitab saban hari dan mempraktikkan isinya.

Ada tiga nyawa yang kesulitan makan dan biaya sekolah pada berikutnya...

Ada tukang bully, menyingkirkan temannya dari komunitas karena dianggap pesaing. Temannya tadi berhasil dihempas tanpa permintaan maaf atau yang sejenis rekonsiliasi.

Kemudian si tukang bully membentuk persona feminis di media sosialnya. Tidak ada hari tanpa bicara women support women. Orang-orang berkerumun makin banyak, mengikuti akunnya, menyatakan kekaguman.

Persona feminis itu membuat orang-orang yakin, si tukang bully anti penindasan. Korban lamanya melihat ia divalidasi banyak orang lantas ragu apakah pembullyan yang ia alami dulu nyata. Hingga menahun berikutnya, si pembully terus bicara feminisme setara mereka yang menangani kasus kekerasan di lapangan.

Kali ini muncul pesaing baru di tempatnya kerja dan saban hari si pembully menindasnya...

Ada pelaku kekerasan seksual, korbannya trauma berat dan tidak tahu harus melapor kemana. Korban berhasil dihempas dari lingkungan tempat mereka bertemu. Negasi dari pelaku bahwa kejadian itu kurang bukti juga terus dilancarkan terhadap korban.

Kemudian si pelaku membentuk persona nasionalis di media sosialnya. Tidak ada hari tanpa bicara cinta bangsa dan anti korupsi. Orang-orang berkerumun makin banyak, mengikuti akunnya, menyatakan kekaguman.

Persona nasionalis itu membuat orang-orang yakin, si pelaku kekerasan seksual pro keadilan. Korban lamanya makin menyembunyikan diri setelah melihat ia divalidasi orang banyak. Hingga menahun berikutnya, si pelaku tetap bicara nasionalisme setara mereka yang keukeuh mengungkap kasus korupsi di sebuah desa kecil tanpa sorotan media.

Pelaku menciptakan korban baru. Di hadapan mereka selalu ia pamerkan seberapa banyak orang mempercayai dirinya...

Lalu kita pun bertanya-tanya, seberapa berat mengakui kejahatan ketimbang mengumpulkan begitu banyak orang lantas membangun citra?

Adakah kita salah satu dari para pelaku ini ternyata?

No comments: