“Aku pulang...” katanya pada seorang teman lama.
Namun sepanjang ingatan, temannya itu tidak ingat pernah pasang papan bertulis ‘Di Sini Hati; Terima Kost Putra’.
Hari-hari berikutnya berlanjut dengan dikisahkannya ulang, beberapa waktu lalu diselingkuhi mantan kekasih. Katanya, mantan kekasihnya diam-diam bilang iya pada lamaran orang lain. Tawaran yang ia akui tidak pernah diberikannya.
Teman lamanya bilang, perselingkuhan bagaimana pun memang salah. Namun setelahnya, lelaki itu menyambung cerita soal si mantan kekasih yang bipolar, sangat berantakan dalam keseharian karena sakitnya itu dan tidak lebih baik dari si teman lama. Semakin si teman lama hanya mangut-mangut, ia makin banyak menceritakan hal-hal yang katanya tidak lebih baik tadi.
“Nggak kok, aku cerita jelek-jeleknya dia buat validasi aja. Biar yakin ninggalin dia.” Katanya ketika si teman lama protes, kenapa ia membuat sesama perempuan seperti sedang bersaing.
Kemudian teman lamanya itu ingat, perempuan itu satu-satunya mantan kekasih si lelaki. Menahun sebelumnya, si lelaki dirisak karena fisik dan teman perempuan yang menawarkan persahabatan pun hanya si teman lama.
Barangkali bagi si lelaki, hari itu waktu yang pas buat jadi tokoh utama. Begitu bukan ya?
No comments:
Post a Comment