Tuesday, June 26, 2018

Tadarus Buku, Cara Unik Ngabuburit Ala Pelangi Sastra Malang

Sumber: Dokumentasi pribadi

Ngabuburit bisa dilakukan dengan begitu banyak cara. Berkumpul bersama teman, kerabat atau mengikuti pengajian, menjadi hal yang jamak dilakukan. Namun tidak dengan Pelangi Sastra Malang. Komunitas yang berdiri semenjak tahun 2010 tersebut justru ngabuburit dengan cara yang tidak biasa. Ngabuburit yang diberi tajuk Tadarus Buku tersebut dilaksanakan sepanjang ramadhan dengan pemantik dan bahasan yang berbeda-beda.


Senin (28/05/2018) Tadarus Buku sengaja mengangkat buku berjudul Na Willa karya Reda Gaudiamo dengan pemantik Elyda K. Rara. Elyda sendiri merupakan seorang pegiat teater yang juga menulis cerita anak. Kegiatan yang dimulai pukul 15.30 tersebut tidak hanya membahas kehidupan gadis kecil yang hidup di era 60an, yang merupakan tema besar Na Willa, namun para peserta yang berjumlah 6 orang diperbolehkan pula menceritakan pengalaman semasa anak-anak mereka dan perjumpaan dengan buku. 

Elyda sendiri mengaku terinspirasi untuk membuat keluarga yang melek literasi, salah satunya dari Yona Primadesi dan Abinaya Ghina Jameela, putrinya yang seorang penyair cilik. Pengalaman berkenalan dengan buku dari para peserta ternyata tidak melulu punya kesan positif. Salah seorang peserta menceritakan bagaimana buku dianggap orang tuanya sebagai dalih ketika tidak mampu menjawab pertanyaan, peserta lainnya lagi menceritakan ketidakmampuan keluarganya mengakses buku-buku baru, menjadikannya memiliki komunikasi yang akrab dengan sang ayah karena mengharuskan mereka berburu buku bekas bersama.

“Waktu aku kecil orang tuaku kerja. Jadi mereka kasih aku buku-buku. Saat ini aku berpikir, yang dilakukan orang tuaku dulu itu sama dengan orang tua jaman sekarang yang menyibukkan anak-anaknya dengan gadget, tidak ada kedekatan antara orang tua dengan anak. Bedanya aku dulu dikasih buku…” Ujar Ragil Cahya Maulana, salah seorang peserta.

Acara tersebut berlanjut dengan makan takjil bersama dan baru berakhir pada 19.00. Tadarus buku boleh diikuti siapa saja dan tidak dipungut bayaran. Agenda tersebut dilakukan setiap tahun ketika bulan ramadhan tiba. Bagaimana? Punya cara unik lainnya untuk ngabuburit?

Sunday, June 10, 2018

Ambulance dan Orang-orang yang Menyeberang Jalan




Kemudian kita ngobrol-ngobrol panjang sekali. Termasuk soal ketidakpercayaan dirimu ketika melihat lelaki-lelaki lain di sekitar. Si anu yang sudah pergi ke luar negeri, si ini yang kuliah di universitas yang katanya ternama dan banyak lain-lain.

Motor yang kita naiki mendadak kamu lambatkan, bahkan nyaris berhenti.

“Eh? Ada apa?” tanya saya.

Kamu justru diam beberapa saat dan nyaris membungkukkan badan. Saya kemudian lihat ada ambulance dengan sirine menyala yang tanpa suara, melaju terburu-buru dan berlawan arah.

“Saya itu begitu kalau ada ambulance atau mobil pemadam kebakaran atau sejenisnya lewat. Saya berdoa…” jawabmu setelah ambulance yang kamu maksud berlalu melewati kita.

“Oh, mendoakan korban?” balas saya tidak menduga.

“Ya… semacam itu. Biasanya saya bikin tanda salib juga kalau nggak lagi bonceng manusia…” sambungnya.

Motor kembali melaju dan mendadak kamu melambatkannya kembali, nyaris berhenti.

“Ada apalagi?” tanya saya.

“Itu…” jawabmu dengan tangan yang menunjuk pada satu keluarga yang tengah menyeberang terburu-buru. Meski ya… sebenarnya kamu pun bisa terus melaju seperti motor-motor lain, ada banyak kesempatan.

Saya diam beberapa saat dengan ingatan soal ketidakpercayaan dirimu, yang kamu nyatakan terang-terangan. Apa mereka yang pernah pergi ke luar negeri atau kuliah di universitas yang katanya ternama itu, bakal melakukan hal serupa dengan kamu? Berdoa untuk siapapun yang ada ambulance, berdoa untuk korban kebakaran dan melambatkan motor untuk memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Ah, andai saja kamu bisa lihat apa yang saya lihat…