Cerpen jaman SMK..
Dibikin tahun 2011..
Yang tersisa dari berantakannya data- data lama..
Aku sendiri ingat- ingat lupa apa ceritanya..
Dan lagi..
Ini tanpa editing alias asli ketikan pada tahun tersebut..
Rumahku sederhana. Rumah peninggalan
orang tua dengan tiga kamar didalamnya. Rumahku sederhana tapi ada surga
didalamnya. Suamiku yang baik,sabar dan pengertian juga tidak romantis tapi
ekspresive..tiga anakku dengan warna warni karakter mereka. Ini rumahku,
rumahku yang indah, rumahku yang hangat.
***
Yan, panggilan akrab buat anak lelaki
pertamaku. Dia memiliki otak brilian hingga dapat masuk Sekolah Menengah Pertama
unggulan dikota kami tanpa harus membayar sepeser pun..
Hari ini aku pergi kesekolah Yan untuk
mengambil laporan belajar milik Yan (rapor). Yan datang dua jam sebelum acara
dimulai,sedang aku memilih datang tepat waktu.
***
Kunaiki motor sederhana hasil keringat
ku dan suamiku tercinta memasuki gerbang sekolah Yan. Aku turun dari motor dan
segera masuk kedalam gedung. Kulihat Yan berceloteh riang bersama teman-
temannya di depan sebuah kelas. Yan berteriak memanggilku kemudian
mengahampiriku untuk mengantarku ke tempat yang dituju.
Ketika aku berjalan bersama Yan
melewati koridor sekolah, terdengar arakan mobil mewah berhenti di lapangan
bagian tengah sekolah. Seseorang keluar dari sana,aku mengenalnya??ah tidak.
Kami semua yang ada disini mengenalnya bukan cuma aku.
Yang keluar dari mobil adalah laki-
laki dengan wajah tampan oriental dan kulit kuning bersih juga tubuh
proporsionalnya yang tinggi besar.
Semua orang disekitar ku merangsek maju
menghampiri lelaki itu. Semua berjabat tangan karena dia..seorang menteri dan
aku mengenalnya melalui televisi.
Semua orang merangsek maju kecuali aku
dan putraku.
“Bunda..anak pak menteri sekelas dengan
Yan. Anak pak menteri sangat cantik hehe..,” Yan tiba- tiba berkata dengan wajah
tersipu.
Aku terdiam tak menyahut ucapan
putraku. Jantungku berdegup. Lelaki itu, ah...pak menteri maksudku..dia
memandangku dengan tatapan hangat. Aku merasakan kehangatan diseluruh ragaku.
Tanpa terasa lelaki yang memang pak
menteri itu mendekati tempatku berdiri bersama anakku.
Tangannya menepuk lembut kepalaku
himngga semua orang termasuk putraku terhenyak. Mendadak sisi humanisme pak
menteri keluar mengalir melalui sikap hangatnya. Dengan ramah ia berucap.
“Ndak nyangka kita ketemu disini. Kowe lali tah karo aku??’miracle girl’??
“Ndak nyangka kita ketemu disini. Kowe lali tah karo aku??’miracle girl’??
Miracle Girl??itukan sebuatanku dari...
“Sodara- sodara..ini Farah, sahabat
baik saya semasa SMP. Saya tidak menyangka bisa bertemu dia disini. Dia
termasuk jajaran orang yang membuat saya jadi sebesar ini,” kata pak menteri.
“Pak menteri..,”sergahku
“Ini saya Farah..ini saya si rapuh,”
kata pak menteri ah...maksudku orang ini..dia sahabat baikku!dia Cantal Arion.
Cantal?!!
“Cantal??saya kira hanya namamu yang
mirip dengan sahabat yang ku kenang dan hilang ditelan bumi selama bertahun-
tahun lamanya,” ucapanku mengahangat.
Cantal mengangkat tangan kanan ku ke
udara sembari berucap lantang.
“Ini Farah,sahabatku. Cahayaku, yang
menguatkan ku hingga sanggup berdiri sebesar ini,”
Aku tersipu. Semua bertepuk tangan
riuh.
***
Suasana sekolah sepi. Cantal berpamitan
untuk pergi namun kami masih harus menunggu anak kami berdua yang pergi berdua
untuk membeli sesuatu. Beberapa menit tersisa, aku dan Cantal akhirnya sempat
mengobrol setelah 15 tahun hilang kontak.
“Far??kamu masih nulis??,”tanya Cantal
memulai pembicaraan. Kami berdua berdiri didepan mobil yang terparkir.
“Iya. Belum besar tapi saya cukup
diakui khalayak lokal,”kataku agak kikuk.
“Jangan kikuk dong. Aku masih Cantal
yang dulu Far..terus menulis ya..suatu hari orang akan memahami hasil
pemikiranmu,”Cantal menghentikan ucapannya karena tatapan hangat mataku makin
dalam dimatanya.
Tanganku menyentuh pipinya. Dengan
hangat ia kucubit sekeras- kerasnya. Cantal terhenyak.
Air mata mengalir lembut disudut
mataku.
“Farah kenapa??,”tanya Cantal padaku
dengan nada khawatir.
Aku rindu kamu sahabatku!!tapi aku
tidak mungkin mengatakan itu didepanmu. Aku sudah bersuami,itu bukan hal etis
buat dikatakan.
“Kita sodara. Mulai sekarang kita bisa
menyambung kekerabatan kita yang terputus waktu itu,”kataku pada Cantal yang
dengan tangan kirinya mengelus pipinya sendiri yang merah akibat cubitan ku.
“O..oke Farah..,”balas Cantal.
***
Aku mencubit pipi pak
menteri...hahahahah siapa orang di Indonesia yang berani mencubit pipi pak
menteri kecuali aku??hahahaha..aku patut tertawa bangga.
No comments:
Post a Comment