Friday, April 15, 2022

Tutorial Mencintai Kekasih, Pemaknaan Seni Mencintai Erich Fromm -2-

Sumber: Seni Mencintai halaman 68

Waktu kecil, kita dijejali bahwa cinta bentuknya pasti lelaki dan perempuan, berlarian di taman, berciuman, lalu menikah dan bahagia selamanya.

Waktu remaja, kita bilang ciye pada siapapun lelaki dan perempuan yang nampak duduk berdua saja, seolah sudah pasti mereka sepasang kekasih.

Waktu dewasa, kita mengasihani orang-orang yang usianya 25 tahun atau lebih tapi tidak kunjung menikah, seolah mereka tidak buru-buru menjemput yang namanya bahagia.

Erich Fromm bilang, objek cinta ada lima; cinta diri, cinta keibuan, cinta Tuhan, cinta persaudaraan dan cinta erotis.

Tiga paragraf pertama tadi, objek cinta erotis, yang eksklusif antara dua orang saja. Barangkali ada yang menyebutnya pacaran, ada juga yang menyebutnya pernikahan.

Dan ini kisahnya A, dia suka bidang bahasa namun mengiyakan saja ketika keluarga menyuruhnya masuk ekonomi. Bidang bahasa hanya membawanya jadi guru, begitu nasihat yang ia terima.

Ia pilih tidak ngotot masuk bahasa, tidak juga mencari seberapa besar potensinya di sana dan peluang apa yang bisa diciptakan sendiri.

Hari-harinya berat karena jurusan ekonomi membuatnya banyak berhitung. Hitung-hitungan ternyata tidak seringan bahasa dalam kepalanya.

Lalu A masuk english club. Dengan cepat ia didapuk jadi pemateri karena kemampuannya dianggap lebih. Kemudian ia merasa bosan, tidak ada lagi jenjang kemana pun setelah jadi pemateri.

Teman-teman menyarankannya ikut MUN. Tapi ketika ia coba masuk, hal yang dipelajari katanya terlalu luas, jadi dia mundur. Tidak ada english club, tidak ada MUN, lalu ia bertemu kekasih yang tumpuan objek cintanya sama.

Bagi A, bertukar kata cinta tidak serepot memberi argumentasi pada keluarga soal lebih suka bidang bahasa, tidak juga serepot pindah dari english club ke MUN. Hanya ada mereka, tanpa pertanyaan siapa diri, siapa Tuhan. Tanpa keluarga, teman, hobi, komunitas dan tujuan hidup.

Ketika mereka sibuk hanya berdua saja, ada teman-teman kita yang lain, sibuk mencoba satu UKM ke UKM lain di kampus, mencari mana yang paling pas. Ada juga yang belajar membaca kitab, mulai bertanya apa benar ingin menganut agama yang tertera di KTP. Ada juga yang membawa kotak di perempatan, menyanyi dan orasi untuk korban bencana alam.

Kemudian kekasih A pergi, dengan lelaki lain yang punya objek cinta erotis yang ia cari; pernikahan. Pacaran tidak lagi membuatnya aman ternyata.

A seperti dirampas sayapnya. Ia baru sadar tumpuannya hanya si kekasih. Ia tidak kenal siapa dirinya, apa yang ia ingin dalam hidup, hal apa yang bisa dikembangkan dalam karirnya.

Pergi kerja pagi, pulang petang, tanpa ada lagi si kekasih, satu-satunya orang yang bisa diajak mengobrol. Tidur di kostan di akhir pekan, tanpa hobi yang menanti. Ia juga baru sadar, tidak satu pun tetangga kost dikenalnya.

Tuhan bahkan terkekeh melihatnya menangis sesak sambil berkata,”Ngobrol denganku kan sebenarnya bisa...”

No comments: