Monday, February 1, 2016

Antologi Wanita 5 Musim

Baca juga, Andakah Wanita 5 Musim Itu? (Harian Surya)
AKSARA RENTAKA SIAR (ARS)
Pemerhati Aksara        : Tim MP3
Desain Sampul            : Ajar Hayu
Ilustrasi Cover & Isi    : Windha Dewi Wara
Tata Letak                   : Anisa Ae
“Salah satu bukti nyata kreativitas dan produktivitas mahasiswa adalah dengan diterbitkannya kumpulan cerpen “Wanita 5 Musim”. Cerpen ini menggambarkan tentang karakter wanita yang yang dilihat dan tergali dari berbagai sisi kehidupan nyata. Dengan bahasa dan tutur kata yang santun dan bermartabat, para penulis cerpen berhasil menggambarkan karakter wanita dengan segala ciri khasnya.”

Dr. Dedi Kuswandi, M.Pd-Wakil Dekan III FIP UM

Kara bagaikan pancaroba yang hidup di berbagai musim.
5 Musim Pancaroba, Salma Fauziah
Terkadang, dia dapat menciptakan segala suasana pada hidup semua orang. Hidupnya seperti musim.
Amang, Siska Novi
Aku lahir di bulan Oktober. Di tengah guyuran hujan deras yang memerah. Di musim hujan yang kelabu.
Arti Bahagia, Norma Rita Febri Utami
Namun ada satu lagi musim yang masih tetap utuh di hatiku. Musim rindu.
Cappucino September, Zahra Annisa
Dan di sanalah, ibu mengajarkan apa itu cinta. Cinta yang selalu bersemi di segala musim.
Cinta Yang Tumbuh Di Setiap Musim, Muhammad Arif Rizaldy
Aku juga mengetahui bahwa Taiga suka dengan hujan, baginya hujan adalah semacam candu yang tidak berbahaya di antara empat musim.
Five Seasons Of Death Goddes, Jauzy Nafighair
Akan kupersembahkan dia sebagai penebus dosaku pada Tuhan. Dia yang nantinya akan menemani hari-hariku mengurusi kuil.
Gadis Kuil, Fajrus Shiddiq
Dan lebih menyakitkan lagi, kasus penculikan dan pemerkosaan aktivis dihentikan dengan alasan kurangnya barang bukti. Bangsat!
Jalan Merah Perjuangan, Kukuh Basuki Rahmat
Gadis-gadis Gunung Harapan membuat musim kali ini menjadi musim kawin beramai-ramai.
Shaksita dan Kecupan-Kecupan Kecil, Teguh Dewangga
Kini yang terdengar hanya suara erangan yang terdengar di sudut ruangan tempat Raymond dan Lana menghabiskan malam berdua.
The Sacrifice, Dini Ria Pratiwi
Aku merahasiakan satu hal yang belum dimengerti oleh anakku. Aku takut, dia jika tahu. Aku takut dia dendam padaku, ibu kandunganya sendiri.
Darah Wanita, Ajar Hayu
Aku jatuh cinta pada kasih yang dibungkus dengan mulut kasarnya.
Ino dan Hoshi, Rosadelita
Aku akan selalu mengingatnya sebagai lelaki kopi. Wajah gelap dan pahit.
Lelaki Seribu Wajah, Esti Vita Ningtias
“…Kau hanya boleh menikah dengan suku kita, harusnya kau menjaga diri.” Sungut Bapak dengan tegas.
Martavan, Fahrul Khakim
Maria itu, balik menggenggam tanganmu. Kamu menyentuh bibirnya. Dia menyerahkan kemaluannya pada kamu.
Para Maria, Poppy Trisnayanti Puspitasari
Kini Marin semakin bertanya-tanya, apakah semua perempuan seperti Nuri, yang dapat merasa bahagia tanpa harus merasa cemas akan nasibnya sebagai seorang perempuan?
Pertanyaan Marin, J. Dika Sri Pandanari
Musim keramaian malam tercium lagi, menyeruakkan bau-bau kehidupan di kampung yang biasanya lengang.
Rembulan Lima Belas, Wahyunita Rahmawati
Ada begitu banyak pilihan untuk manusia ketika hidup. Mau hidup dengan warna-warna yang indah ataukah tanpa warna, itu tergantung pada pilihan sendiri.

Wanita Tak Berwarna, Einid Shandy

3 comments:

bohemian poemy said...

buku saya hilang haha

Poppy Trisnayanti Puspitasari said...

Saya masih ada 4 eks termasuk punya saya di rumah :D mau?

Mr. Oz said...

Hai Poppy, is there any way to contact you? Saya mau mnta/melihat buku antologi cerpen ini? I'm one of writer in that.