Friday, November 12, 2021

Surat ke 16.1

Jepreted by: #AnomaliKreate

"Kamu jadi selibat kan?"

"Kelak selibat betulan kan?"

Dan pertanyaan sejenis yang tidak tahu berapa kali kamu ulang dan saya jawab iya. Kadang, saya merasa selibat adalah pembebasan, salah satu pencapaian spiritual, lepas dari ikatan. Sedang ikatan adalah sumber masalah paling besar di muka bumi ini. Ikatan pada hubungan darah, ikatan pada harta benda, bahkan sampai ikatan pada agama, juga ideologi. Tapi betulkah kita sudah lepas dari ikatan-ikatan tadi hanya dengan merasa tidak cemas menikah atau tidak, tidak cemas punya anak atau tidak?

Perasaan manunggaling itu...

Radha tidak menikah sampai akhir hayatnya (tapi versi serial, dia menikah). Sedang Krisna menikah dengan ribuan perempuan yang ternyata semuanya wujud dewi Radha. Sampai akhir mereka saling mencintai sebagai sahabat.

Tujuan pernikahan Radha versi serial pun, untuk dakwah ternyata. Mengembalikan Ayan, suaminya pada pengetahuan soal kuasa dewa. Pun Krisna yang membiarkan istri-istrinya belajar dari sifat memiliki ala manusia menuju sifat yang membebaskan. Dalam versi serial, Krisna menekankan cinta persahabatan di atas segalanya, bahkan di atas cinta eksklusif pernikahan. Dan persahabatan harusnya juga melandasi pernikahan, katanya. Juga bahwa antara dua orang yang melebur, bukan berarti kehilangan jati diri.

Jadi apa yang sebetulnya kita cari? Selibat itu sendiri sebagai pencapaian spiritual kah? Tapi bagaimana ketika Tuhan ternyata punya jalan selain itu? Akankah kita bertahan, mencukupkan pencapain spiritual pada kondisi selibat atau kita justru menerima takdir Tuhan selain selibat? Yang mana sesungguhnya disebut lepas dari ikatan?

Hari ini, kita ingin jadi teman hidup. Bersahabat, bersama di dunia, berdua selibat. Kemudian bertemu di sana jadi teman hidup lagi, saling mengingat sebagai saudara.

Tapi bagaimana jika ternyata kamu punya pertalian dengan perempuan lain? Ditakdirkan menikah lalu hidup sesuai norma, sedang saya tidak?

Tapi bagaimana jika saya punya pertalian dengan laki-laki lain? Ditakdirkan  menikah lalu hidup sesuai norma, sedang kamu tidak?

Tapi bagaimana jika kita berdua punya pertalian dengan orang lain? Sama-sama ditakdirkan menikah lalu hidup sesuai norma?

Tapi bagaimana jika kita berdua punya pertalian satu sama lain dan...

...apa yang sesungguhnya sedang kita cari dalam proses ini? Betulkah selibat adalah pencapaian spiritual tertinggi? Ataukah pencapaian sesungguhnya adalah menerima apapun takdir Tuhan sekalipun tidak sesuai inginnya kita, kesadaran awal kita?

Atau jangan-jangan, keinginan kita bersama seterusnya dengan kebetulan sama ingin selibat adalah bentuk ego yang lain? Boleh jadi itu justru ego soal memiliki tingkat spiritual tertentu lantas merasa paling dicintai Tuhan atau justru ego memiliki satu sama lain?

Sahabat baikmu,

P

No comments: