Thursday, January 9, 2025

Kapasitas


Nasi gudeg dekat stasiun Kota Baru Malang. Jepreted by: tanganku dewe.

Mencoba rekonsiliasi 2021 lalu barangkali hal dungu, saya tahu. Ya tapi tetap dilakukan juga kan ternyata. Puncak kekacauan mental saya 2018-2019 dan celakanya, itu membuat isi kepala rasanya sangat penuh dan berusaha mencari teman berbagi tanpa menimbang dia siapa, seberapa kapasitasnya.

Dan inilah yang terjadi. Sebuah sindirian di Twitter dan sebuah tulisan di blog yang saya tulis dengan menangis. Menangis berhari-hari bahkan, setelah tulisan itu diunggah.

Ketika saya datang lagi dan minta maaf, teman baik saya ini ternyata kapasitasnya masih sama. Ia belum memahami kesehatan mental, pum metafisik karena belum pernah bersentuhan. Sama dengan tiga tahun lalu, ketika dia pikir saya normal-normal saja.

Saya menangis, lagi. Tapi posisinya sudah mindfulness, bahkan sudah jadi pendamping teman-teman yang lain, jadi tidak sakit sama sekali. Tidak. Tidak sakit ketika dia bilang perlu menghindari apapun yang mengganggu masa depannya dan permintaan maaf karena dia tidak bisa jadi teman yang saya mau. Namun saya lega, ternyata mampu minta maaf setelah dulu memaksanya punya kapasitas menemani.

Sedang beberapa waktu sebelumnya, salah seorang penyintas mengirim pesan pada saya. Dia menangis dan patah menjadi-jadi karena orang yang jadi tempatnya berbagi cerita kali itu marah, menganggap dia self centris hingga tidak memberi kesempatan bercerita yang sama.

Saya katakan, wajar dia patah. Dalam kondisi kacau dan penuh sesak, percaya juga bukan hal mudah. Karena bahkan, kejadian paling ekstrim sekalipun, tempatnya berbagi cerita itu tahu dan kami waktu itu sedang sama-sama memperjuangkan yang paling adil. 

”Dia kapasitasnya memang belum mampu menampung yang kamu alami sekarang.” Lanjut saya.

Lalu saya ingatkan dia fasilitas konseling gratis yang tersedia selama pendampingan. Jika baginya, bercerita dengan kami para pendamping belum cukup, kapan saja dia bisa menjadwalkan jumpa para profesional di sana. Tentu beda. Tentu beda rasanya dengan bercerita pada orang yang dia kenal sangat lama.

Tapi ya, kapasitas.

Ya. Kapasitas.

Ternyata hal yang dulu membuat saya menangis sesak, bukan hal buruk juga.