Seperti
manusia lainnya, di permukaan dada Agni ada sebuah kaca. Bedanya, hingga di
usianya yang ke sembilan belas, kaca pada permukaan dadanya tetap bisa
memantulkan gambar, baik wajahnya sendiri maupun wajah orang lain. Pantulan itu,
membuka mana binar mata yang palsu dan asli. Dengan itu, Agni susah ditipu binar
dan hidupnya menjadi sedikit lebih mudah.
Semua
kaca pada permukaan dada manusia lain, pada mulanya bisa memantulkan gambar
seperti kaca pada permukaan dadanya Agni. Namun, perasaan cemburu, kesenangan
menikam orang lain tanpa sebab, juga peluk dan cium pada sembarang orang di
luar ijab, membikin kaca-kaca itu penuh gurat lantas menghitam. Maka, makin
jauh Agni dari perasaan cemburu, menikam tanpa sebab dan peluk cium di luar
ijab, makin bening kaca di permukaan dadanya.
Suatu
malam, Agni berpikir-pikir begini,”Saya ingin betul mencium bibir lelaki itu.
Warna matanya yang abu-abu itu sungguh cantik,”
“Tapi
tidak… saya dan dia ada di luar ijab. Ciuman antara kami hanya akan membikin
saya kehilangan kaca bening pada permukaan dada saya. Dan itu akan menyulitkan
hidup.” Lanjut Agni.
Esok
hari, Agni merasa ganjil ketika melihat lelaki, yang biasanya dia sebut punya
binar mata yang palsu. Pada hari-hari sebelumnya, kaca bening di permukaan
dadanya membuka binar mata palsu lelaki itu. Namun, kaca itu kini penuh gurat
dan gelap. Agni tidak merasakan apa-apa dari lelaki itu selain bukti nyata
lembut tuturnya, yang di hari-hari lalu dia sebut palsu.
Agni
berniat menghindari ciuman di luar ijab, karena tendensinya soal permukaan hati
yang bening. Agaknya, tendensi Agni semalam, sudah membuat gurat dan kegelapan
hebat pada kaca di permukaan dadanya. Sekarang, Agni menjadi buta seperti
manusia lainnya…
No comments:
Post a Comment