Coreted by: @destianrendra |
Tidak ada yang tahan jadi pacar gadis itu lebih dari tiga
bulan. Bagaimana bisa ada yang tahan? Jika usianya dua puluh empat dan kerap
menjerit histeris ketika pacarnya melakukan satu hal; telat menjemput.
“Ayu sih, tapi kekanakan banget...”
“S2 sih, tapi suka membesarkan masalah.”
Hingga hari itu pun tiba, pacar gadis itu terlambat
sembilan menit. Mereka dua bulan berpacaran, berjumpa karena ternyata satu
gedung perkantoran. Obrolan mereka pun nyambung karena gadis itu punya
pengetahuan luas namun...
Kuku si gadis yang cukup panjang sudah menancap di kedua
lengan pacarnya itu kini. Matanya membulat, merah dan badannya gemetar. Ia pula
nyaris histeris. Pacarnya itu pun buru-buru mengibas dua tangan si gadis dan
berlalu pergi. Semua kontak gadis itu ia blok dari ponselnya.
Dengan dada sesak, gadis itu hampir jatuh terduduk. Di
depan matanya hanya ada sang ayah yang menepuk kepala kecilnya suatu pagi
dengan janji akan menjemputnya tepat jam dua belas siang, sepulang sekolah. Ayahnya
itu ternyata tidak pernah menjemputnya kembali.
Gadis itu menjatuhkan tas kantornya dan tubuhnya pun
makin gemetar. Seorang anak perempuan sembilan tahun, kini sedang berdiri di
sampingnya. Anak itu tidak menangis. Ia justru memegangi tali tas ranselnya dan
seolah berkata pada seseorang di hadapan,”Nggak apa-apa. Papa pasti masih sibuk...”
No comments:
Post a Comment