Tuesday, February 24, 2015

Ludah Kamu dan Kalian

Aku menyeret orang luar kampus yang expert buat ngoceh di depan mereka. Kamu dan kalian melirik sinis. Aku sudah ajak kamu dan kalian untuk gabung, tapi kamu dan kalian malah menoleh ke arah lain sambil meludah.
Oke aku aneh. Bukan cuma kamu yang bilang. Kalian juga.
Tengah  malam aku dengar lagu Sheila Ki Jaawani sambil menggumamkan liriknya sendiri,”My name is Sheila. Sheila Ki Jawani. I’m too sexy for you”.
Tanganku mengetik tulisan ‘Apa di Timut, Matahari Juga Terbit Dari Arah Timur Ayah?’. Di pangkuan ada Yeti, boneka monyetku yang warnanya hitam. Aku juga tidak lupa membuka satu dokumen lagi yang isinya data field note metode penelitian kulaitatif yang mesti aku rapikan.
Sering juga aku tertawa atau tersenyum sendiri waktu merangkai adegan ranjang atau ending pernikahan sakral dalam pagelaran yang mesti mereka mainkan.
Oke aku aneh. Bukan cuma kamu yang bilang. Kalian juga.
Aku membuka gugel. Aku belajar bagaimana fungsi html. Aku senang waktu bisa membuat sampul CD sendiri untk kali pertama. Aku senang waktu berhasil mengoperasikan program audio mixer yang aku install sendiri.
Aku kenal bang Ocid. Aku kenal Qurays Shihab. Aku kenal Aliando. Aku Kenal Andy F Noya. Aku kenal Soni Wakwaw. Aku mumumu pada mereka.
Semua hal yang aku lakukan juga di lakukan manusia lain. Kenapa kamu dan kalian bilang aku aneh?
Oke. Aku aneh. Bukan cuma kamu yang bilang. Kalian juga.
Aku mudah menangis waktu menonton film. Film sekelas ‘The Planet Of Apes’ yang penuh adegan action saja, sudah bisa membuat aku menangis. Tapi, di sisi lain aku hobi sekali menulis cerita bergenre thriller.
Aku suka hilang dari peredaran. Aku pergi ke tempat asing. Aku berkenalan dengan orang asing. Mereka mendengar ideku. Aku mendengar kritik mereka. Menurut kamu dan kalian itu tidak pernah penting.
Aku suka mengemukakan ideku pada mereka. Bukan pada kamu atau kalian. Kamu dan kalian lebih suka meludahi mukaku waktu aku mencoba mengemukakan ide.  Dengar dulu! Kalau pun aku memang aneh atau gila, seret aku kerumah sakit jiwa. Jangan buat aku mau bunuh diri saja malu- malu.
Sekarang kamu dan kalian mulai datang. Memohon kerjasama. Kamu dan kalian lupa pernah meludahi aku agaknya. Kamu dan kalian datang memohon kerjasama dengan ide yang dulunya kalian ludahi si empunyanya.
Dapuk! Kamu dan kalian menyanjung aku demi permohonan itu sekarang?

Oh… terimakasih. Aku manusia normal yang bakal tersanjung tapi tidak bakal tersandung.
“Kapan lagi bisa kerjasama bareng ANOMALI?” kalimat sanjunganmu terus bersusulan di kupingku.
SELESAI

1 comment:

Telkom University said...

How does the composition of saliva vary among individuals, and what factors contribute to these differences?Telkom University