Aku
menyeret orang luar kampus yang expert buat
ngoceh di depan mereka. Kamu dan kalian melirik sinis. Aku sudah ajak kamu dan
kalian untuk gabung, tapi kamu dan kalian malah menoleh ke arah lain sambil
meludah.
Oke
aku aneh. Bukan cuma kamu yang bilang. Kalian juga.
Tengah malam aku dengar lagu Sheila Ki Jaawani
sambil menggumamkan liriknya sendiri,”My
name is Sheila. Sheila Ki Jawani. I’m too sexy for you”.
Tanganku
mengetik tulisan ‘Apa di Timut, Matahari Juga Terbit Dari Arah Timur Ayah?’. Di
pangkuan ada Yeti, boneka monyetku yang warnanya hitam. Aku juga tidak lupa
membuka satu dokumen lagi yang isinya data field
note metode penelitian kulaitatif yang mesti aku rapikan.
Sering
juga aku tertawa atau tersenyum sendiri waktu merangkai adegan ranjang atau ending pernikahan sakral dalam pagelaran
yang mesti mereka mainkan.
Oke
aku aneh. Bukan cuma kamu yang bilang. Kalian juga.
Aku
membuka gugel. Aku belajar bagaimana fungsi html.
Aku senang waktu bisa membuat sampul CD
sendiri untk kali pertama. Aku senang waktu berhasil mengoperasikan program audio mixer yang aku install sendiri.
Aku
kenal bang Ocid. Aku kenal Qurays Shihab. Aku kenal Aliando. Aku Kenal Andy F
Noya. Aku kenal Soni Wakwaw. Aku mumumu pada mereka.
Semua
hal yang aku lakukan juga di lakukan manusia lain. Kenapa kamu dan kalian
bilang aku aneh?
Oke.
Aku aneh. Bukan cuma kamu yang bilang. Kalian juga.
Aku
mudah menangis waktu menonton film. Film sekelas ‘The Planet Of Apes’ yang penuh adegan action saja, sudah bisa membuat aku menangis. Tapi, di sisi lain
aku hobi sekali menulis cerita bergenre thriller.
Aku
suka hilang dari peredaran. Aku pergi ke tempat asing. Aku berkenalan dengan
orang asing. Mereka mendengar ideku. Aku mendengar kritik mereka. Menurut kamu dan kalian itu
tidak pernah penting.
Aku
suka mengemukakan ideku pada mereka. Bukan pada kamu atau kalian. Kamu dan
kalian lebih suka meludahi mukaku waktu aku mencoba mengemukakan ide. Dengar dulu! Kalau pun aku memang aneh atau
gila, seret aku kerumah sakit jiwa. Jangan buat aku mau bunuh diri saja malu-
malu.
Sekarang
kamu dan kalian mulai datang. Memohon kerjasama. Kamu dan kalian lupa pernah
meludahi aku agaknya. Kamu dan kalian datang memohon kerjasama dengan ide yang
dulunya kalian ludahi si empunyanya.
Dapuk!
Kamu dan kalian menyanjung aku demi permohonan itu sekarang?
Oh…
terimakasih. Aku manusia normal yang bakal tersanjung tapi tidak bakal
tersandung.
“Kapan
lagi bisa kerjasama bareng ANOMALI?” kalimat sanjunganmu terus bersusulan di
kupingku.
SELESAI
No comments:
Post a Comment