Friday, February 20, 2015

Iming- Iming Antologi ala Penerbit Indie

Dimuat di Jawa Pos Radar Malang, 01 Maret 2015

Tidak dapat dipungkiri, keberadaan penerbit indie saat ini makin menjamur. Sosial media menjadi salah satu media bagi penerbit indie dalam berinteraksi dengan konsumen.
Editing, pembuatan cover dan pembuatan barcode hingga buku siap terbit dan jual, diramu dalam paket penerbitan yang harganya terjangkau. Paket penerbitan inilah yang menjadi daya jual penerbit indie. Selain paket penerbitan, penerbit indie tidak pernah menolak naskah apapun. Penerimaan penerbit indie terhadap naskah apapun,  juga menjadi daya jual.
Tidak semua orang mau merelakan sejumlah uang untuk paket penerbitan yang ditawarkan penerbit indie. Selain pertimbangan dana, sistem penjualan online yang diterapkan penerbit indie juga jadi pertimbangan berat bagi seseorang sebelum menyerahkan naskah miliknya pada penerbit indie. Untuk buku- buku yang dijual di toko saja, banyak masyarakat masih menganggap harga yang ditawarkan belum mewakili daya beli. Kesadaran masyarakat untuk memiliki sebuah buku akhirnya menjadi tidak cukup tinggi. Banyak orang yang berpikir, buku yang ada di toko saja tidak mudah untuk terjual, apalagi buku yang di jual secara online?
Foto oleh: Angelita Setianing Widiastuti
Penerbit indie pun akhrinya menggunakan terobosan baru dalam menggaet konsumen. Penerbit indie mulai menggadakan lomba- lomba menulis dengan iming- iming antologi dan e- sertifikat bagi penulis terpilih meskipun penulis tersebut tidak memenangi lomba.
Banyak orang kepincut dengan iming- iming antologi dan e-sertifikat dari penerbit
indie. Apalagi, lomba- lomba tersebut diadakan secara gratis. Sertifikat dan antologi menjadi kebanggan tersendiri bagi kebanyakan orang. Dua hal tersebut dianggap mewakili kemampuan mereka sehingga mereka terpilih dalam suatu kompetisi menulis yang diadakan oleh penerbit indie.
Pada kenyataannya, penerbit indie akan memilih beberapa pemenang utama. Hadiah yang diberikan biasanya adalah e-sertifikat dan voucher penerbitan. Voucher penerbitan tentu saja hanya bisa di pergunakan pada penerbit yang mengadakan kompetisi. Voucher adalah salah satu taktik untuk memikat seseorang menerbitkan karya pada penerbit indie. Potongan harga atau voucher memang hal menarik bagi banyak orang.
Selain voucher, karya mereka akan di masukkan ke dalam antologi. Antologi tersebut harus mereka beli dengan sejumlah uang yang harganya hanya selisih beberpa ribu dari harga yang di tawarkan kepada umum.
Kontributor antologi diserap sebanyak- banyaknya dari jumlah peserta yang ada. Sekalipun tulisan tersebut sebenarnya kurang memiliki kualitas, tulisan tersebut tetap dimuat dalam antologi. Dengan memuat tulisan peserta lomba dalam antologi dengan jumlah sebanyak- banyaknya hingga antologi itu sendiri harus dibagi dalam beberapa buku, maka pembeli antologi yang berasal dari para kontributor itu sendiri jumlahnya akan meningkat. Para kontributor ini pun harus membeli antologi
Foto oleh: Angelita Setianing Widiastuti
yang memuat karya mereka dengan selisih harga hanya beberapa ribu dari harga yang ditawarkan penerbit pada konsumen non kontributor.
Kebanggan para kontributor yang merasa tulisannya terpilih juga membantu penerbit indie dalam menjual buku terbitannya. Kerabat dan teman- teman kontributor yang terpilih bisa di pastikan akan ikut membeli antologi tersebut. Konsep ‘antologi’ dan konsep ‘penulis terpilih’ juga membuat kebanggan tersendiri bagi kerabat atau teman- teman kontributor. Hal inilah yang juga membantu penerbit indie dalam menjual buku- buku terbitannya.
Terlepas dari sifat penerbit indie yang cenderung menyerap kontributor sebanyak mungkin tanpa memerdulikan kualitas sebuah tulisan dalam suatu kompetisi menulis. Antologi bisa jadi batu loncatan bagi orang- orang yang memiliki kemauan untuk menulis. Tulisan- tulisan yang memang berkualitas pasti banyak di dalam antologi tersebut. Tulisan yang demikian bisa di jadikan tolak ukur bagi penulis lain sebagai acuan selanjutnya dalam berkarya. Dalam sebuah antologi juga dimuat biodata penulis. Dari sana, orang- orang yang memiliki kemauan menulis bisa saling mengenal satu sama lain dan membangun jejaring. Mereka bisa meengembangkan kemampuan menulis, saling bertukar dan mengoreksi karya masing- masing. Hal inilah yang akan membantu orang- orang yang memiliki kemauan untuk menulis dalam mengembangkan diri mereka masing- masing.
SELESAI

2 comments:

Mizuki-Arjuneko said...

Intinya, aku nggak percaya penerbit indie yang ngadain lomba2 antologi. Pasti kontributornya cuma dibayar dengan "rasa bangga" doang

Poppy Trisnayanti Puspitasari said...

Komentar-komentar di sini, di FB kok pada tersulut gini yak >_< hiiiiii... jangan tuduh aku tukang bakar-bakaaar... Thanks udah ngomeng di sini, Mbak Put :*