Tiap
orang, pada nyatanya mengingat pertemuan pertamanya dengan rekam kejadian yang
beda.
Seperti
pertemuan saya dengan Asrofi. Bagian saat saya menyimpan nomor dan namanya yang
aneh; M. Asyrofi Al-Kindi yang malah saya tulis ‘Masrofi Leptop’, begitu
menarik bagi saya. Menarik karena pertemuan kami lewat pamflet itu berlanjut
sampai sekarang. Dari soal makan bersama, buku, mengakui luka masing-masing, ngerasani[1]
orang, hingga soal cewek atau cowok yang masing-masing kami sukai.
Tapi
bagi Asrofi, pertemuan pertama kami bukan dari pamflet servis laptop yang dia
pasang. Bagi dia, pertemuan pertama kami adalah saat dia menjatuhkan donat
berbubuk gula di sepatu saya. Dan Asrofi akan segera tergelak ketika
menceritakan pertemuan kami pada bagian ini.
Ketika
saya bertanya,”Kok bisa kita bareng sampai sekarang dari pamflet itu ya?”
Maka
jawaban Asrofi,”Pamflet yang mana, Mak[2]?”
Oke,
ingatan kami tidak berbarengan soal bagian yang ini.
Ketika
Asrofi bertutur,”Kita ketemu pas aku
jatuhkan donat di sepatumu, Mak.”
Maka
saya malah bertanya,”Donat yang mana, Fi?”
Oke,
pada bagian ini ingatan kami juga tidak berbarengan.
Ini
soal pertemuan pertama yang kami yakin dengan versi masing-masing. Soal
pamflet, saya terus mengulang-ulang ceritanya pun soal donat dalam versi
Asrofi. Lagi-lagi… ini soal pertemuan pertama.
Begitu
bukan, Fi?
[1] Membicarakan
[2] Panggilan untuk saya bagi sebagian teman. Di SMK,
hanya adik kelas yang memanggil saya demikian. Namun panggilan ini makin
populer dan digunakan siapa saja yang mengenal saya di masa kuliah, bahkan
hingga dosen yang telah pensiun dan berhubungan karab dengan saya.
No comments:
Post a Comment